Epilogue

1.1K 96 10
                                    

"Oya, [y/n]-kun? Aku sudah menunggumu." Senyum pria pedo itu padaku.

Aku menutup pintu dan berdiri tepat di tengah ruangan, menghadapnya yang sedang duduk sambil menumpukan tangannya di meja. Gadis bergaun merah itu tidak ada di sini hari ini.

Sudah berapa hari sejak Osamu menghilang ya... aku sendiri tidak tahu bagaimana kabarnya. Aku ingin bertemu dengannya.

"Mori-san, mengenai yang kukatakan dulu..."

"Harusnya kau sudah memanggilku dengan panggilan Bos, bukankah begitu, [y/n]-kun?"

Aku terdiam dan kemudian mengangguk. Aku membuat perjanjian dengan orang ini. Dia tidak akan menyentuh yakuza dan dojo milik kakek Yuzan, sebagai gantinya aku akan menjadi anak buahnya.

Osamu tidak memperbolehkanku membunuh, jadi bagaimana caraku bekerja di sini tanpa membunuh orang lain? Karena itu sebenarnya aku tidak ingin bekerja di Port Mafia. Aku tidak ingin disebut sebagai anjing Port Mafia seperti Nakahara-san.

"Tenang saja, kau bisa bekerja tanpa membunuh orang lain." Itu katanya sambil berjalan mendekatiku. Aku mengangguk, dia pasti memikirkan suatu cara licik lainnya. Tapi, jika itu membebaskanku dari beban membunuh, aku akan menerimanya.

"Aku... aku tidak bisa bekerja begitu saja di Port Mafia. Selama ini aku bersama Osamu..."

Tangan bersarung putih milik Mori-san menepuk bahuku pelan. "Ya, kurasa kau memang tidak bisa lepas darinya."

Aku mengangguk, itu benar. Duniaku sudah lama berputar di sekitar Osamu selama ini, bagaimana caranya untuk melepaskan hal itu dengan mudah? Bagaimana? Dia berharga untukku, ini menyakitkan mengingat dia sudah pergi.

Ah, kenapa ada bekas air mata di karpet? Kurasa... tanpa kusadari ternyata aku menangis, aku tertunduk sambil membiarkan air mata itu terus terjatuh melewati pipiku dan membentuk rintik-rintik kecil.

"Tenang saja... " entah kenapa aku tidak bergerak ketika dia memberikan pelukan untuk menenangkanku, "karena kau adalah yang akan menggantikan Dazai." Lanjutnya tidak terdengar jelas di telingaku. Kurasa, dia mengatakan sesuatu yang aneh.

Aaaa... harusnya aku tidak menangis agar bisa mendengarkan suaranya lebih jelas. Tapi aku sendiri tidak bisa menghentikannya.

Ini memalukan menangis di pelukan papa para mafia. Dan lagi orang ini adalah pedofil, kuharap tangisanku segera berhenti dan bisa pergi dari ruangan ini. Memikirkan itu membuatku menangis makin keras kan... hiks.

@@@

Aku duduk di mejaku, ini sudah beberapa tahun berlalu, 2 tahun kurasa. Dan secepat itu juga aku mulai terbiasa dengan pekerjaan di sini. Eum... aku memang lebih sering mendapat tugas untuk memata-matai, tapi terkadang aku juga ikut melakukan serangan, walau aku masih tidak membunuh.

Sebenarnya aku tidak bisa ikut dalam tim yang dibawahi langsung oleh semi-eksekutif di atasnya. Tapi Mori-san, maksudku bos mengakui cara bermain pedangku dan mengijinkanku ikut dalam tim milik Nakahara-san atau Kouyou-san.

Itu tidak menyenangkan mengingat aku harus mundur perlahan ketika mendapat tugas membunuh, jadi tugas itu lebih sering digantikan orang lain. Jika terpaksa, terkadang aku melakukan itu, membunuh orang. Kurasa aku mulai terbiasa dengan itu, tapi nyatanya aku masih menjadi sepucat kertas setelah melakukannya.

"Oi, [y/n]. kau ikut denganku hari ini." Seru Nakahara-san di ujung pintu. Aku berada di ruangan lama milik Osamu. Tempat ini tidak dirombak sama sekali dan aku diperbolehkan menggunakannya, tapi tetap saja bukan milikku.

Aku hanya meminjam mejanya untuk membaca beberapa berkas. Ya, ini hanya berkas mengenai Osamu selama dia berada di Port Mafia. Syukurlah hubunganku dengannya membuatku dengan leluasa boleh membaca berkas ini, berkas yang hanya boleh di baca eksekutif ke atas.

"Kemana? Aku tidak akan ikut jika kau menyuruhku melakukan penyerangan lho." Sahutku menutup berkas bertuliskan top secret itu dan merapikan lipatan rok.

"Aku tahu." Dengus pria pendek itu mengusap kepalanya, "hanya mengintai."

"Baiklah, kalau begitu bisa kau berada sejauh 5 meter dariku selama kita mengintai? Aku tidak mau ada kesalahpahaman selama pergi bersamamu."

Dia menahan amarahnya, pria ini menahan diri untuk tidak marah padaku. Aku masih membencinya, karena dia masih saja berisik seperti sebelumnya.

Lebih menyenangkan jika aku bisa mengerjai pria ini bersama Osamu. Tapi Osamu kan tidak ada di sini lagi. Terakhir kali aku mendapat surat tanpa alamat darinya juga berisikan kalau dia sedang ikut ters ujian masuk. Aku tidak tahu ujian apa yang dia maksud. Kurasa dia sudah menemukan tujuan barunya. Aku jadi ingat teks terakhir dari suratnya yang membuatku senang akhir-akhir ini.

Aku merindukanmu.

Hanya sebaris itu. mungkin kalau aku sudah mengetahui keberadaannya di mana, aku bisa menemuinya.

"Ayo cepat!"

"Baik baik... Tuan eksekutif Nakahara Chuuya-san." Sahutku mengikutinya.










yak selesai~

adegan romancenya kurang ya...

ah, itu... aku sendiri tidak sadar.

well, bisa saja aku melanjutkan cerita ini ke buku selanjutnya, tapi ini tergantung kalian sebagai pembaca. tergantung minta dan dukungan kalian.

karena itu aku menunggu komentar kalian untuk perkembangan cerita ini. mungkin mau ditambahkan adegan romancenya atau aku kurang mendetailkan pada sesuatu.

jadi jangan sungkan-sungkan memberikan pendapat atau komentar kalian, aku akan menyambutnya dengan baik :)

kalau ada yang kurang dipahami silahkan bertanya juga

terima kasih sudah mampir dan memberikan dukungan~~

terima kasih sudah mampir dan memberikan dukungan~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Chap. 08 - ketika reader gemetar ketakutan setelah kematian temannya





terima kasih banyak buat yang sudah membantu menyumbangkan ide

2019/07/03

No DoubtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang