Chap. 06 - X

971 97 18
                                    

Musim dingin beberapa bulan yang lalu. Saat ini hampir mendekati akhir Februari dan tempat ini masih berisik seperti biasa. Itu bukan masalah, lagipula aku menikmati keseharianku yang baru di rumah ini, walau dengan para yakuza menakutkan itu.

Mereka tidak semenakutkan itu, sikap mereka sama seperti berandalan memang, itu karena keseharian mereka. Tapi jika kalian tahu, para yakuza tidak menyadari diri mereka menyukai sesuatu yang terbalik dari mereka sendiri.

"Awww~~ kamu lucu sekali neko-chan~~"

Ya... itu yang baru saja kudengar ketika aku melewati beberapa orang yakuza tengah bermain dengan seekor kucing belang tiga. Lucu melihat wajah mereka tidak sinkron dengan penampilan mereka. Dan kurasa mereka sangat tahan dengan yang namanya dingin.

Ini kesekian kali-nya aku mampir di rumah nan besar ini. Rumah berlorong-lorong dan penuh sekat. Dengan dojo berpedang milik kakek di sisi paling selatan rumah dan taman yang mengitari rumah. Bukan taman dengan bunga-bunga, tapi taman sederhana dengan tanaman yang itu-itu saja, hijau semua dan kolam penuh ikan dengan bambu yang bergemeletuk tiap kali air terisi penuh. Yah, walau semua itu sedang tertutup salju sekarang.

Bagaimanapun, keberadaanku disini bukan berarti aku menganggap mereka sebagai keluargaku. Tapi aku masih bisa disebut beruntung, aku mendapatkan seseorang yang mau merawatku dan mengambil hak asuh dari wali-ku sebelumnya.

Aku... tidak bisa menerima seseorang menjadi keluargaku lagi setelah yang kulalui sebelumnya. Walau mereka memberikanku senyuman dan kasih sayang, aku tidak bisa menerimanya. Itu juga membuatku kebingungan, bagaimana caranya aku membalas budi kebaikan mereka atas segala hal.

Tentang balas budi, kurasa aku tanpa sadar terpengaruh dari waliku sebelumnya yang terus berteriak menyuruhku untuk membalas budi karena mereka sudah mau repot-repot merawatku. Mereka mengatakan itu dengan berteriak.

Salah siapa yang ingin mengambil hak asuh-ku begitu saja. Lagipula, perlakuan istimewa mereka bukankah sudah sepada dengan dana asuh simpanan orang tua-ku sebelumnya, juga ditambah dari pemberian pemerintah.

Tapi aku sendiri tidak bisa lepas dari mereka, merekalah yang sudah melindungiku di saat Kota Yokohama masih dalam keadaan kacau, setidaknya aku berterima kasih dengan kebaikan kecil mereka. Syukurlah aku sudah melakukan balas budiku kepada mereka sebelum pindah ke sini.

Apa? Kalian sudah tau itu dari Osamu ya.... Kurasa aku melakukannya. Seingatku.

Kenapa?

Bukankah aku membebaskan mereka dari beban kehidupan karena sudah merawatku? Aku sudah memberanikan diri untuk melakukan itu. kalian sendiri tidak akan berani melakukannya, aku juga sebenarnya.

Ah, waktu itu aku ingat kalau Osamu datang dan... tidak, lupakan saja.

"[y/n], kau akan bertemu dengan anak nakal itu lagi?"

Suara kakek, seperti biasa dia akan duduk di ruangannya ya. Dia hanya duduk ditemani semangkuk okaki dan teh hijau yang masih menyembulkan asapnya.

"Tidak, dia ada misi dengan Nakahara-san dan aku tidak mau bertemu dengan pria brengsek itu."

Maksudku tentu saja partner Osamu yang chibi itu. sejak pertama kali bertemu aku sudah merasa tidak nyaman berada di dekatnya, dia terlalu banyak bicara dan sifatnya yang mudah marah itu menyebalkan. Mengganggu kehidupan tenangku.

"Bukankah si pria berperban itu lebih brengsek? Kenapa kau bisa dekat dengannya?"

Aku mengangkat bahu, bingung menjawab seperti apa. Kurasa awal bertemu dengannya aku merasakan semacam kesamaan atau mungkin nostalgia. Tapi sekarang aku menikmati berada di dekatnya, ya, aku melupakan alasanku.

No DoubtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang