Chap. 09

881 92 13
                                    

"Dia bersamaku, sakit." Kataku kepada kakek tua di ujung telepon dan sekarang dia malah memarahiku.

Pip.

Aku mematikan sambungan telepon secara sepihak sebelum si kakek tua selesai berbicara. Aku tahu kalau dia mencemaskan musang kecil karena sudah dua hari tidak pulang. Ya... mau bagaimana lagi, ternyata dia stres memikirkan kematian temannya—kalau bisa disebut begitu—dan itu membuat suhu tubuhnya naik bahkan hingga tidak bisa bangun dari tempat tidur.

Mori-san bilang dia kena demam dan menyuruhku untuk tidak membiarkannya memaksakan diri. Apalagi dengan luka yang masih belum sembuh dan memperparah sakitnya.

Itu bukan... mungkin itu salahku. Lagipula sudah terlanjur. Alasan? Aku melakukannya agar kejadian itu semakin seru.

"Oya, kau tidak pergi untuk menyelesaikan misimu?" tiba-tiba seorang wanita berambut semerah api masuk sembari tersenyum tipis.

"Ane-san... apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku tidak senang. Aku tidak pernah membiarkan musang kecilku bertemu orang lain, tapi ketika wanita bernama Kouyou ini tahu musang kecilku sakit, dia memaksa, bahkan mengancamku agar membiarkannya untuk merawat gadis itu.

Dia bilang karena aku tidak pernah merawat orang sakit dan lebih sering mengganggu orang sakit itu. Korban atas ulahku adalah seorang bocah bernama Nakahara Chuuya.

"Dia menghabiskan buburnya? Gadis yang baik..."

"Aku menyuapinya." Sahutku cepat. Itu karena sebelumnya musang kecil bilang kalau dia tidak mau makan. Jadi aku mengancamnya untuk memilih, antara kusuapi dengan sendok atau dengan mulut.

Wanita itu tertawa pelan di balik lengan kimononya. Aku mengernyit tidak senang, ingin rasanya segera mengusir wanita itu dari sini, tapi dia sudah membantuku merawat musang kecil.

"Syukurlah kalau dia terlihat nyaman tidur di kamarmu, bahkan sekarang kau menambahkan layanan dengan menggenggam tangannya." Celetuk wanita itu. "Ah, kurasa bekas ciuman di sepanjang lehernya bertambah lagi."

Lihatlah! Setelah mengatakan itu dia melihatku sembari tersenyum. Wanita ini memiliki senyuman yang sama menyebalkannya dengan Mori-san. Memangnya kenapa kalau aku yang melakukannya?

"Tidak apa bukan? Lagipila musang kecil adalah milikku." Sahutku mengabaikan senyuman itu dan memilih menyingkirkan rambut dari wajah gadis yang terlelap di tempat tidurku saat ini.

"Baik baik, sekarang pergi laksanakan misi dari Bos sana."

"Tidak mau."

Aku membuat wanita itu menghela nafas perlahan. Aku tahu dia tidak pernah berbuat buruk padaku, bahkan bertingkah layaknya seorang ibu. Tapi saat ini aku tidak ingin meninggalkan musang kecil sendirian.

"Aku akan menjaganya, jadi lakukan pekerjaan pentingmu itu!" serunya bersikeras sambil memaksaku keluar dan meninggalkan musang kecil yang masih terlelap. "Serahkan saja dia padaku." Senyum Ane-san mantap kepadaku yang terlihat setengah hati untuk pergi.

Ya... aku juga tidak bisa membiarkan Odasaku menangani kasus satu ini sendirian kan. Kasus penyerangan dari organisasi bernama Mimic. Bagaimanapun, aku harus pergi.

@@@

....

Sudah beberapa hari ini aku tidak memiliki banyak waktu luang, bahkan aku tidak bisa leluasa bersama dengan musang kecilku. Dia sudah sembuh dari demamnya dan dia masih pergi ke sekolah serta tinggal di rumah kakek tua itu.

Aku berhenti membujuk si kakek tua, karena aku sibuk sekarang. dan entah kenapa Mori-san sendiri tidak mempermasalahkan itu.

Dan yang jadi masalah sekarang, aku ingin segera bertemu dengan musang kecil dan memeluknya. Memeluknya erat dan tidak membiarkannya lepas. Ini sudah sore, aku yakin dia masih bangun, masih melakukan beberapa pekerjaan rumah atau sekedar duduk menggambar.

No DoubtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang