Why

98 11 0
                                    


Felix berdiri di depan pintu, Tangannya dilipat didepan dada, wajahnya murka entah apa yang telah terjadi.

Sesekali ia menatap arloji yang tertempel sempurna di dinding bercat krem itu.

"Aku pulang" terdengar suara serah dari kejauhan.

Felix menegakkan tubuhnya menghadang orang yang baru saja tiba dirumah.

"Minggir dong mau lewat nih" suara serak Changbin

Felix berhasil menutup akses pintu kedalam.

"Kenapa sih?"

"Seminggu ini kemana aja?"

"Kan udah bilang, aku dirumah ortu"

"Oh, terus ini apa" felix menyodorkan hpnya ke Changbin.

"Aku bisa jelasin ini kemaren itu tuh aku gak..."

"Stop gue muak, dari dulu lo tuh emang nggak serius sama gue!"

Felix pergi menggebrak pintu.

Entahlah Changbin baru pulang dan disuguhkan hal yang tak mengenakan, sungguh membuat Changbin geram.

"Kenapa jadi gini sih" Changbin mengepalkan tangannya
"Jisung" gumamnya lalu mencari anak bermarga Han itu.

.



.


"Ngapain nyariin gue" ucapnya tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.

"Lo bener Changbin sama Jisung itu ada hubungan" Ujar Felix dengan mata yang berair.

Minho kembalikan badannya lantas menepuk pundak Felix "Makanya gue nggak mau lo terluka, cukup gue aja"

Felix memeluk Minho "Makasih Ho lo mau ngertiin gue, dan lo juga mau nerima gue"

Minho mengelus rambut Felix "Udah jangan nangis lagi, sekarang kan lo punya gue"

Felix hanya mengangguk, namun rasa sakit dihatinya begitu menusuk, Changbin mengkhianatinya, terlebih dengan Jisung sahabatnya sendiri.

Dibawah langit sore di sungai Han ini menjadi saksi bahwa Felix dan Minho telah menjadi sepasang kekasih.

"Bagaimana dengan Jisung?" tanya Felix

"Jisung juga menghianatiku, salahkan jika ini ku jadikan Boomerang?"

Felix hanya tersenyum. Meskipun Minho yang kini menjadi pacarnya namun hatinya hanya untuk Changbin.
Bukan bermaksud ia menjadikan Minho sebagai pelampiasan. Hanya saja ia membutuhkan orang yang mampu mendengarkan ceritanya.

.

.

"Jadi mau cerita apa lagi, udah sore nih" pria itu mendongak

"Pusing gue, apa Minho udah tau soal ini"

"Entahlah mungkin setelah ini dia akan tau, you know lah sumbernya dari siapa"

"Felix" jawab Changbin

Jisung mengangguk kecil, "udah sana gih urusin bayi kecil kamu itu, palingan sekarang lagi nangis nangis"

Changbin segera keluar dari kamar Jisung.

ia menghela nafas, andai saja ia tak terikat hubungan dengan Jisung mungkin hal ini tak akan terjadi.

Mungkinkah felix masih mau menerimanya? Entahlah intinya sekarang ia harus menemui Felix.

.

.

Dibawah sinar lampu yang temaram Changbin masih saja memandangi foto mereka berdua. Sudah hampir tengah malam. Haruskah ia menemui Felix sekarang namun hatinya masih gundah.

Baiklah Changbin bukanlah orang yang gengsi untuk meminta maaf, tapi ini masalah perasaan haruskah ia meminta maaf. Sedangkan hatinya kini telah berpaling. Haruskah ia meminta maaf sedangkan perasaan itu tak bisa disalahkan.

Dengan secepat kilat ia melenggang menuju kamar Felix kamar Felix tak terkunci langsung saja ia memutar gagang pintu tersebut.

Pandanganya menyapu bersih isi kamar Felix, namun nihil Felix tak ada di kamarnya.

"Ngapain lo"

Changbin terlonjak kaget, "Anjir ngagetin aja lo"

"Weh santuy, ngapain lo kekamar Felix" Tanya Junkyu dengan nada mengintimidasi.

"Nyari Felix lah"

"Lo nggak tau, Felix udah pulang ke Australia sejak 3 jam yang lalu" Tutur Junkyu

"Nggak usah boong lo"

"Nggak percaya cek aja lemari nya" Junkyu pergi dari kamar Felix tanpa mencurigai Changbin

Segera Changbin mengecek lemari, dan memang benar pakaian Felix sudah tiada. Bahkan tandas Tak ada lagi pakaian yang tersisa.

Changbin harus bagaimana, andai saja ia tadi mengejar Felix, andai saja ia tak mengunci dikamar.

Salahkan Changbin yang lebih peduli dengan jisung.

Tapi mengapa Felix pergi secepat itu, bahkan tak berpamitan, atau mungkin Felix sengaja menyembunyikan ke pulang nya.






















Pengen cepet tamatin ini cerita....

[Darkside] Stray Kids & Treasure 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang