"Jiwa tersesat?" Tanya Soobin, seorang Malaikat Maut lainnya yang merupakan salah seorang rekan Yeonjun.
"Ya, apa kau pernah mendengarnya?" Tanya Yeonjun.
"..tidak, bahkan aku tidak pernah menjumpai satu arwah penasaran pun," ujarnya di sela-sela acara makannya.
Mereka berdua saat ini memakai wujud manusia mereka dan tengah menghabiskan makan malam di sebuah cafe. Percakapan dan kehadira mereka tidak akan di dengar dan dilihat oleh orang lain karena mereka membatasi penglihatan dan pendengaran sekitar mereka, kecuali mereka sendiri yang memanggil orang-orang terpilih dan salah satunya adalah manusia yang akan mati atau sudah mati. Tapi, tidak untuk malam ini, mereka benar-benar datang hanya untuk makan dan mengobrol santai.
"Ohya? Kau tidak pernah melihat arwah penasaran?" Tanya Yeonjun lagi.
"Tidak, kenapa memangnya?" Tanya Soobin sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Hmph.. kau harus bisa melawan mereka jika bertemu nanti." Ujar Yeonjun sambil meminum es kopinya.
"Kau pernah bertemu dengan mereka?" Soobin balik bertanya.
"Tidak," Yeonjun menyengir ke arahnya dan itu membuat Soobin kesal.
"Ah, apa kabar dengan Sean?" Tanya Yeonjun. Sean adalah hewan peliharaan Soobin, seekor anjing berbulu putih.
"Baik-baik saja.. tidak ada masalah. Biar ku tebak, apa Ryan membuatmu kesal lagi?" Tanya Soobin sambil tersenyum penuh arti. Yeonjun mengetahui maksud pertanyaannya dan itu membuatnya semakin kesal.
Yeonjun memilih mengabaikannya meski itu artinya ia setuju dengan ucapan Soobin dan semakin menjengkelkan lagi karena ucapan Soobin benar. Soobin tertawa kencang melihat reaksi Yeonjun.
Setelahnya mereka hanya berbincang-bincang mengenai masa-masa sekolah dulu sebelum resmi menjadi seorang Malaikat Maut hingga larut malam.
"Baiklah, sampaikan salamku untuk Ryan." Ujar Soobin sambil melambaikan tangannya. Yeonjun hanya mengangguk sebagai balasan.
Dalam perjalanannya kembali menuju Apartemennya, sosok jiwa tersesat itu selalu muncul di dalam pikiran Yeonjun. Setiap ia membuka halaman yang berisikan mengenai datanya, tidak ada informasi yang diperbaharui dan masih memperlihatkan tanda tanya disetiap keterangannya, kecuali mengenai apa dia.
Tanpa terasa sekarang Yeonjun sudah berdiri di depan pintu Apartemennya. Ia memasukkan kunci dan menekan sandi pintunya dan ia segera masuk begitu lampunya menunjukkan warna hijau.
"Ryan, aku pulang." Ujar Yeonjun sambil mengunci kembali pintunya.
Ryan yang sedang tidur di atas sandaran sofa terbangun dan menoleh masam ke arah Yeonjun. Selalu seperti itu, wajah kucing itu memang seperti itu. Yeonjun yakin, jika Ryan adalah seorang manusia, Ryan pasti seorang kakek-kakek berusia 80 tahunan atau lebih yang ditakuti oleh cucu-cucunya karena wajah pemarahnya.
"Kau ini, sama sekali tidak ada manis-manisnya.." Yeonjun berlalu sambil mengelus kepala Ryan, sedangkan kucing abu-abu itu hanya mengeong kesal kepada Yeonjun.
Yeonjun pergi menuju kulkas dan berjongkok di hadapannya. Entah kenapa ia sangat ingin nyemil meski baru saja menghabiskan 3 porsi nasi goreng bersama Soobin.
"Raoowwnggg.. hiisssss!!" Ryan tiba-tiba mengerang marah.
"Tenanglah Ryan, aku sedang melihat-lihat isi kulkas." Ujar Yeonjun masih dalam posisi jongkoknya.
"Raaawwrrr... Grrrrr..." Ryan semakin menjadi.
"Ryan, sudah ku bilang--APA?!" Yeonjun terkejut begitu melihat sosok pucat dan tembus pandang yang saat ini sedang berdiri menatap Ryan dengan tatapan kosongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Souls | yeongyu
FanfictionSeorang Malaikat Maut yang bertemu dengan seorang atau sebuah jiwa yang tersesat di tengah-tengah perjalanan pulangnya. Highest Peak: #2 - beomjun #34 - kematian