THE BOYS

49 1 6
                                    

Katanya kesetian di dalam persahabatan antarperempuan akan diuji apabila salah satunya telah mengenal lelaki.

Bagaimana menurutmu ?

====================================

Hancur sudah semua harapan Lyla, Alea, dan Louisa membuatku bahagia dengan cara mereka. Alih-alih bisa mengadakan pesta ulang tahunku, mengundang teman-teman satu sekolah, meneguk bir dan bermain bir pong bersama tapi justru saat ini kami hanya bisa terjebak di ruang kamar tidurku.

Kami semua berbaring di lantai kamar yang beralaskan karpet bulu favoritku dan ditemani film New Moon yang sengaja diputar dengan mode mute.

Seharusnya kami menonton atau setidaknya khawatir dengan gaun yang akan kusut jika tidak bangkit dalam beberapa detik. Oh, tapi siapa yang peduli apabila semua angan-angan kami porak poranda akibat satu kebodohan kecil dari asisten rumah tanggaku.

Seminggu yang lalu, tepat di ujung tahun kedua bersekolah di The Upper Central School, kami berempat sudah menunggu-nunggu moment ini. Saat itu, Lyla mengusulkan akan mengadakan pesta besar untuk merayakan hari jadiku yang ke 17 saat kedua orang tuaku sedang melakukan perjalanan dinas ke luar kota. Lyla sungguh tidak menyembunyikan hal ini. Dia bahkan mengadakan presentasi kecil-kecilan di pinggir lapangan basket di hadapan kami bertiga saat sedang istirahat sekolah. Baginya, kejutan hanyalah omong kosong. Jika kau bisa mengatakannya sekarang lalu untuk apa harus ada kejutan. Aku sudah sangat hapal jika Lyla mengatakan ini dengan nada sinis.

Lyla benar dan aku setuju dengan hal itu. Maka, kami berempat pun mulai membuat berbagai macam rencana mulai dari membuat undangan yang disebarkan melalui facebook dan twitter, lalu membeli bahan dekorasi semacam lampu hias LED dengan kabel panjang, puluhan botol beer dan soda bermerek, dan tentu saja beberapa cemilan seperti cheese & chocolate pillow, chocolate ball, dan candy.
Lima hari berselang, aku sudah mendapatkan konfirmasi kedatangan 50 murid di sekolahku. Oh, aku tak sabar! Seluruh dekorasi dan cemilan juga sudah siap tinggal menunggu D-Day.

Sayangnya, kami tidak melakukan kordinasi ini kepada orang-orang di rumahku. Alhasil, seluruh rencana yang sudah matang itu musnah dalam sekejap. Nancy, asisten rumah tanggaku mengacaukan segalanya. Dia -mengaku- tak sengaja memberitahu Mom lewat telepon tentang semua rencana ini sejam sebelum acara resmi dimulai.

Lyla, Alea, dan Louisa memandangku penuh iba ketika Mom memakiku melalui mode speaker, "Siapa yang mengizinkanmu membuat pesta brutal di rumah Mom dan Dad?! Kalian itu semua masih di bawah umur dan tugasmu itu belajar, Darla! Bukan justru membuat pesta jalang seperti itu!"

Aku sangat tahu batas kesabaran Mom. Ketika dia memanggilku dengan nama lengkap, ia pasti amat murka. Aku memilih tak bersuara.

"Berapa banyak teman-temanmu yang akan bercinta di semua sudut ruangan rumah, hah? Aku melarang pesta sampah itu!" teriakan Mom benar-benar memekakan seluruh telinga di ruangan ini.

Aku menatap satu persatu sahabatku yang berdiri mengelilingiku. Lyla lalu mendelik, memberikan isyarat agar aku harus mencoba bernegosiasi dengan Mom.

Walaupun aku tahu itu mustahil, aku tetap melakukannya, "Tapi Mom, aku janji mereka tidak akan membuat kegaduhan. Emm, kar... karena mereka akan datang satu jam lagi."

"DARLA! KAU ITU TULI YA! BARUSAN MOM BILANG APA?!" kami semua bergantian mundur menjauhi pesawat telepon dan duduk di sofa coklat di sisi kanan. Argghhh aku sungguh kesal sekaligus malu dengan situasi ini. Kesal karena rencana ulang tahunku kandas begitu saja dan malu karena semua sahabatku harus melihat aku dimarahi habis-habisan.

"DARLA, KAU MASIH DISANA??" Mom bertanya masih dengan intonasi tinggi. Aku menjawab ogah-ogahan. Aku sudah sangat frustasi dengan situasi ini. Alea dan Louisa bergerak menghimpitku sambil merangkul penuh iba, "AKU INGIN KAU BERJANJI UNTUK MEMBATALKAN PESTA ITU SEKARANG!"

My PsychoPALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang