THE GIRLS

46 1 3
                                    

Sekolah baru (✔)

Suasana baru (✔)

Sahabat baru (✔)

Everything is kinda perfect to me!

====================================

TIIIINNN!!

"Shit!" rutukku pada klakson mobil yang tiba-tiba mengejutkan. Aku mengintip dari balik tirai seraya memasang jepitan di sisi kanan rambut pirangku. Sebuah sedan Hyundai Genesis berwarna putih susu sudah terparkir sempurna di halaman rumah. Sambil memasukkan beberapa buku pelajaran, aku bergegas keluar kamar.

Di ruang makan, aku melewati Mom dan Dad yang sedang menyantap sarapan. Keduanya sudah berpakaian rapi menuju kantor. Mom mengenakan setelan jumpsuit berwarna senada sedangkan Dad mengenakan jas navy blue lengkap dengan dasi berwarna biru muda.

"Bye Mom, Dad. "

"Apa-apaan kamu Darl?!" Mom membentak, membuat Dad ikut memperhatikanku. Akhirnya aku terpaksa menghampiri mereka.

"Tapi Mom.." lagi-lagi bunyi klakson memotong penjelasanku. "See, Mom?" Aku memberi isyarat agar Mom dan Dad tidak berkomentar banyak. Cepat-cepat kukecup pipi Mom dan Dad kemudian pergi.

Suara Mom langsung melengking di balik punggung, "Oh, lagi-lagi dia! Bisakah dia mampir atau paling tidak sarapan bersama?!" aku paham Mom pasti sangat kesal karena ini berarti sudah ketujuh kalinya aku melewatkan sarapan bersama mereka. Dulu, aku termasuk anak yang tidak bisa keluar rumah sebelum mengisi perut dengan -setidaknya- setangkup roti dan segelas susu. Namun, kali ini semua berubah, khususnya semenjak menjadi siswi The Upper Central School dan bersahabat dengan Lyla.

Aku langsung membuka kasar pintu mobil sedan yang selalu ia banggakan.

Semenjak dihadiahi mobil baru oleh ayahnya lima hari terakhir ini dan resmi memiliki SIM, Lyla selalu menjemput dan mengantarku ke sekolah. Sebagai gantinya, aku harus menelponnya sampai bangun agar tidak terlambat ke sekolah. Jika sudah tidur, Lyla memang sangat sulit dibangunkan.

"Hei, bisakah kau sedikit pelan ketika membuka pintu!" dari dalam si gadis berambut merah langsung menyemprotku.

"Oh, Mornin' Lyl. Terima kasih juga atas kesabaranmu!" balasku sarkastik.

Lyla tertawa cekikikan di balik kemudinya. Dia kemudian lanjut mengunyah permen karet sambil memperhatikanku meletakkan tas di kursi belakang. Lalu, aku mendengus kesal sambil menutup pintu mobil -kali ini- dengan teramat pelan, "Mungkin lain kali kau bisa mampir ke dalam lalu sarapan bersama Mom dan Dad. Setidaknya agar mereka tidak mengutukku jadi anak durhaka."

"Yeah, Darl. Next time cobalah bangunkan aku lebih awal saja." Lyla membalas acuh di sela-sela sisa tawanya. Ia kemudian menurunkan sunglasses merek Gucci dari puncak kepala dan memakainya. Ia selalu terlihat fashionable dengan segala barang branded yang ia miliki. Aku mengaguminya. "So, are you ready, pal?"

"Ugh, tolong antarkan saja aku dengan selamat, Lyl" kelakarku sambil memasang sabuk pengaman. Kami bersitatap sedetik lantas tertawa bersama.

Lyla langsung menginjak pedal gas dalam-dalam dan mobil berwarna putih susu itu melesat jauh memecah jalanan ibu kota menuju sekolah kami.

***

Omong-omong, di akhir pekan ini sekolah akan mengadakan sebuah camping dalam rangka penutupan masa orientasi sekolah. Seluruh murid angkatan baru diharuskan ikut tanpa terkecuali. Saat itu aku bisa melihat berbagai kelompok pertemanan. Berbagai siswa-siswi terlihat memilih duduk dengan kelompoknya, bersenda gurau di bis dan berbagi makanan bersama. Sedangkan aku dan Lyla memilih duduk di baris paling belakang sambil memutar mp3 Supermasive Blackhole milik band Muse.

My PsychoPALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang