"Kau senang?" Lyla bertanya tanpa berpindah posisi.
Aku masih tercengang dan tak mengerti arah pertanyaan Lyla.
Dahiku mengernyit "Lyla. apa-apaan ini? Apa yang terjadi pada Caroline?"
"Bukankah itu yang kau mau, Darl?!" Lyla berjalan ke seberangku. Di situ nampak bangku dan meja kayu yang diatasnya ada sebuah gelas sampanye berisi setengah. "Aku senang bisa membantumu menyingkirkannya. Mudah ternyata membuatnya tak berdaya hanya dengan seteguk sampanye dan obat."
"LYLA!" aku berteriak tak percaya.
Di seberang, Lyla hanya terkekeh menikmati kepanikanku. Dia kemudian duduk di bangku tersebut sambil menatapku tajam. "Mengapa kau panik? seharusnya kau senang karena akan lebih mudah mendapatkan Charlie, bukan ?"
Aku tak menghiraukan ucapan Lyla yang terkesan asal. Aku kembali fokus menyadarkan Caroline dengan menepuk-nepuk pipinya meskipun tahu bahwa hal ini agak sia-sia.
"Darl. Kita berdua tahu kau menyukai Charlie dan bisa jadi dia menyukaimu juga. Bukan begitu?" Lyla berkata sangat tenang seakan apa yang terjadi di hadapannya hanya permainan.
Aku menggeleng-geleng menatapnya, "Kau sudah gila, Lyl. Kau benar-benar gila. Ini tak ada hubungannya dengan aku dan Charlie."
Sekali lagi Lyla terkekeh, "Apa kau bilang? Hei, like dan komen yang Charlie berikan pada statusmu tadi sore, ini membuktikan dia menyukaimu. Tadi aku juga melihat dia menghampirimu dengan muka ingin menciummu, Darla!"
Amarahku tersulut. Aku bangkit dan membiarkan tubuh Caroline berbaring di atas kasur. "Kau hanya mengada-ada Lyl. Itu semua halusinasimu saja! Seharusnya kita sama-sama tahu kalau Charlie lebih memilih Caroline daripada kau yang gila! Seharusnya malam ini kau bisa menerima itu semua! Dan aku... aku tak ada hubungannya dengan Charlie seperti yang kau tuduhkan!"
"Sudahlah Darl. Aku tak butuh pengakuanmu! Aku tahu selama perseteruan kita berdua kau justru mendekati Charlie. Aku tahu semua rahasiamu. Saat Damian mengejarmu, aku tahu kau lari kemana." cecar Lyla masih di posisi duduknya. Aku melihat jemari lentiknya menari santai di pinggiran bibir gelas sampanye.
Jantungku semakin berdegup kencang, Aku tahu Lyla benar tentang semua fakta itu tapi tidak dengan hasil akhirnya yang mengatakan aku menyukai Charlie.
"Dengan demikian aku membantumu menyingkirkannya agar jalanmu lancar mendapatkan Charlie." sudut bibirnya terangkat.
Kuakui, aku semakin panik dan tersudut dengan serangan Lyla. "Kau yang membuat aku bersahabat dengan Charlie. Kau yang memaksaku melawan perseteruanmu! Jika kau tak mulai menyulut perseteruan, kita tak seharusnya disini Lyla."
"Omong kosong!" Hardik Lyla kencang membuatku mundur selangkah. Lyla lalu berdiri, "Jika kau tidak centil dengan misi konyolmu..."
"Aku berusaha membantumu saat itu, saat dimana kau sedang hancur. Wajar bila aku ingin membantumu. Aku pasti akan melakukan berbagai cara untuk membuatmu bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
My PsychoPAL
ChickLitAku pikir dengan mengampuninya bisa mengubah dia menjadi pribadi yang lebih baik. Nyatanya dia justru semakin menjadi-jadi, menciptakan drama-drama agar aku bertahan di sisinya. Esok adalah kesempatan emasku. Kali ini aku harus membulatkan tekad un...