PARTY PLAN

12 0 0
                                    

Mungkin saja dia melupakannya, tapi bukan berarti dia mengampuninya.

Semua orang berhak memilih menjadi apapun yang ia inginkan. Tak terkecuali menjadi kejam.

---------------------------------------------------------

Lyla cemberut kesal saat tahu Alea dan Louisa mendadak membatalkan janji untuk main ke rumahnya sepulang dari kursus masing-masing. Aku membiarkannya mengoceh tak karuan sejam lamanya sambil mengerjakan soal bahasa Prancis di kantin sekolah bahasa Prancis.

Kami berdua baru usai ikut tes Ivy League yang diselenggarakan lembaga sekolah bahasa Prancis. Aku sungguh was-was dengan hasilnya yang akan keluar seminggu lagi. Jadi sejak tadi aku memilih mengerjakan semua soal di buku pelajaran dan meyakini bahwa jawabanku tepat.

 Jadi sejak tadi aku memilih mengerjakan semua soal di buku pelajaran dan meyakini bahwa jawabanku tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Come on Darl. Cuma kamu yang emang sahabat sejatiku. Alea terlalu banyak alasan dan Louisa dia terlalu sibuk untuk mengejar mimpinya. Padahal kita juga bisa belajar di rumahku kan."

Kali ini aku tidak setuju dengan pendapatnya, " Lyl. Tapi kita selalu saja tertidur di atas ayunanmu."

"Oh, itu kalian saja yang memang malas." kata Lyla tak mau kalah. Dia menggelung rambut merahnya dan memaksa menutup buku pelajaranku. "Darl. Kau tidak lelah selama ini selalu belajar dan meninggalkan masa-masa yang menyenangkan?"

Aku mendesis sebal sambil menangkis tangan Lyla dan membuka bukuku lagi. "Kita sudah mau lulus Lyl. Kau mau kita santai sambil bernostalgia menonton dvd Twilight saga?"

"Ih, bukan itu yang kumaksud!" seru Lyla tak mau kalah. "Aku kepikiran kita bisa mengadakan sebuah pesta."

Aku melongo sembari meletakkan pulpen di tengah buku. "Pesta macam apa Lyl? Seluruh murid saat ini pasti sedang fokus agar bisa lulus ujian yang diadakan sebulan lagi."

"Eits, justru itu, bisa jadi pesta ini adalah semacam pra-ujian kelulusan. Lagipula tidak ada salahnya aku memajukan pesta ulang tahunku."

Aku memutar bola mataku, "Lyl aku tak setuju. Kau ingat satu sekolah masih membicarakan kita?"

Lyla ikut memutar bola matanya sambil balas bertanya "Darl, apakah kau tidak ingat kita sudah baikan dan tidak ada salahnya mengumumkan bahwa kita sudah akrab kembali?"

Aku pura-pura terkekeh, "Apa peduli mereka pada kita?"

"Mereka akan tau bahwa kita tak seburuk yang mereka duga. Kita teman baik. Kita bisa mengubah image The Girls."

"No! Aku mau pulang sekarang!" Aku berdiri lalu pergi sementara Lyla dengan susah payah menyamai langkahku sambil terus merayuku perihal pesta.

"Darl, aku bisa saja mengundang Charlie dan Caroline di pesta itu." Sesampainya di dalam mobil Lyla, dia mengatakan dua nama yang selama ini tak pernah disebut oleh kami berempat.

Sejak bersahabat kembali, secara tidak langsung THE GIRLS selalu menghindari percakapan yang melibatkan Charlie ataupun Caroline. Bahkan kami juga menghindari bertemu dengan Charlie dkk selama di sekolah. Bagi kami, ini sebuah langkah untuk menghargai perasaan Lyla.

My PsychoPALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang