Terkejut 2

577 32 5
                                    

    Hidangan makan malam sudah tersedia di meja makan.  Ada berbagai makanan mewah tertata rapi di sana.  Sania sempat kagum demi melihat makanan super wow yang mengiurkan tersebut. Setelah berganti pakaian ia awalnya berencana untuk tidur, tapi kemudian secara tidak sengaja ia melihat segala makanan tersaji di meja makan.  Dengan penasaran ia masuk dan melihat apa yang ia lihat saat ini.

"Apa yang kamu pikirkan cantik?  Ayolah dimakan hidangan itu.  Bukankah kamu belum makan dari pagi tadi?" Suara lelaki itu terdengar laki di telinganya.

Apa tidak apa ... bila kumakan ini,  jangan-jangan ada racunnya? Sania curiga. "Kamu gak memasukkan racun atau sejenisnya, kan dalam makanan ini?"  tanya Sania sembari mengaduk sayur lodeh

"Abang sudah jereh (capek) Dek masak hagan (untuk) situ, difitnah lagi," keluh lelaki itu dengan menggunakan gaya bahasa Kalimantan Timur.

"Benar nih, ya, gak ada racunnya?  Awas kalau ada kucari kamu terus kupaksa makan ini semua."  Sania mengancam sembari duduk dan mulai makan.

"Gimana rasanya enak?" Lelaki itu bertanya.

"Hem ...  lumayan," jawab Sania sambil mengunyah makanannya.

"Kalau tidak enak harap maklum,  soalnya kakakmu ini baru belajar masak."

"Pantas," komentar Sania.

"Pantas apanya, Dek?" tanya lelaki itu.

"Pantas kurang garam, terasi, ketumbar."  Sania menilai masakan itu.

"Oh ya, karena pembantuku pada cuti semua ...  kamu saya yang akan melayani semua keperluanmu selama di sini."

"Kapan aku bisa pulang?" tanya Sania.

"Kubilang kamu gak akan pulang sebelum menikah denganku. Kalau perlu selamanya jangan balik-balik lagi."  Suara lelaki itu terdengar tegas.

"Selama aku di sini banyak kasus yang kuabaikan, mana bisa tidak pulang,  kalau kamu mau menikah sebaiknya dengan pohon nyiur yang ada di depan sana. Ia tidak pernah pindah sama sekali dari situ," nasehat Sania.

Gadis itu sudah mulai gerah dengan lawan bicaranya yang sangat misterius itu. Ingin rasanya ia menemui secara langsung dan menampar wajah lelaki yang berani menculiknya itu.

"Apa kamu bisa menghubungi keluargaku?"  tanya Sania.

"Kamu, setahu aku tidak memiliki keluarga, jadi tidak perlu berdusta sayang."

"Sejak kapan kamu mengintaiku?" tanya Sania sembari minum.

"Sejak melihatmu bertarung di SMU Bakti. Aku sudah naksir kamu waktu itu," jawab lelaki itu.

"Sinting!  Perempuan bentrokan ia malah naksir," gumam Sania.

"Apa? Ganteng, haha.... Aku memang ganteng."  Lelaki itu salah dengar.

Gila dia mengaku ganteng.  Siapa sih orang gila ini?!  "Telingamu sepertinya mesti dikorek dulu dengan menggunakan linggis, barulah bisa mendengar dengan jelas perkataanku tadi,"  nasehat sesat dari Sania.

"Hahaha...."  Suara gelak tawa terdengar semakin sayup-sayup kemudian menghilang.

"Sepertinya dia sudah pergi. Aku akan berjaga tengah malam,  kalau-kalau dia keluar membereskan ini semua." Rencana gadis itu.

Sania memang berniat menangkap basah lelaki itu, dengan memergokinya malam nanti. Ia merasa penasaran dengan orang ini.

DICULIK PEMUDA TAMPAN (serial SANIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang