Berusaha Kabur

547 25 8
                                    

Diculik pemuda tampan 

   

    SUARA  cuci piring terdengar dari arah dapur, di ruangan yang luas itu suara sekecil apa pun akan menjadi sangat nyaring dan menggema bila pada tempat yang sunyi seperti ini.

Gadis cantik itu terbangun dari tidurnya, ia mendengar suara itu walau kamarnya sangat jauh dari dapur. "Ada yang sedang berada di dapur, pasti dia!" Sania segera bangkit dan berlari.

Klotak!  klotak! Suara kaki gadis itu berlari begitu nyaring suaranya. Sania segera menuruni tangga dan menuju dapur, ia penasaran dengan lelaki itu.
Ketika sampai di depan pintu dapur, kembali gadis itu harus menelan kekecewaan karena ternyata yang mencuci piring adalah seorang pelayan wanita yang mengenakan seragam biru muda. Tidak hanya itu ada dua pelayan lelaki yang sedang sibuk mengangkat bahan makanan.

"Apa Anda perlu sesuatu, Nona?" tanya seorang pelayan berusia separuh baya. Tepat di belakangnya.

Sania kemudian berbalik dan menatap perempuan itu. "Majikan kalian di mana?" tanya Sania.

"Dia sedang berada di kamarnya," jawab pelayan itu sembari tersenyum.

"Di mana kamarnya?" tanya Sania lagi.

"Di atas kamar Nomor 12," jawabnya.

"Terima kasih." Sania segera melepas sendalnya dan berlari cepat ke atas, kemudian berjinjit ketika akan tiba.

Kriet... Sania mendorong pelan pintu kamar itu. "Dasar ceroboh, dia tidak mengunci kamarnya." Sania tersenyum penuh kemenangan.

"Cantik sedang apa kamu di kamar kita, ini kamar pengantin kita. Kamu pasti tidak sabar ya... hahaha." Suara itu terdengar di telinga Sania.

"Kurang diajar. Pasti dia tidak di sini. Ah, sia-sia." Sania menghempaskan dirinya di sofa empuk milik calon suaminya itu.

"Tiga hari lagi kamu akan menikah denganku, jadi untuk saat ini tolong jangan bernafsu dulu untuk bertemu," ucap lelaki itu.

Sania memijit pelipisnya kuat-kuat. "Aku ingin ketemu kamu, aku mau lihat kamu," ujar gadis itu.

"Modus ya? Nanti kalau aku keluar bakal dibuat rempeyek sama kamu. Takut ah," jawab lelaki itu.

Sania diam sejenak mencoba untuk berpikir. Dia pintar juga, apa yang harus kukatakan ya, agar lelaki itu keluar dari persembunyiannya? Terus terang aku penasaran sekali ini.  Aku gak mau nikah dengan orang yang gak kukenal, apalagi macam kamu, aku ngerasa akan menikah dengan arwah." Sania mencoba memancing emosi, tapi yang dipancing malah terkikik geli.

"Nanti saja cantik, pas ijab, pasti ketemu," ujarnya.  "Sabar ya sayangku," tambahnya.

"Huh." Sania melipat kedua tangannya di dada. Dengan wajah yang cemberut itu, ia menambah kelucuannya dan membuat lelaki itu makin tertawa puas.

"Aku ingin menciummu Sania," ucap lelaki itu.

Mata Sania langsung mendelik, tapi kemudian berubah dengan seulas senyum jahil di wajahnya. "Kalau begitu keluarlah sayang," rayu gadis itu dengan senyum hangat nan menggoda.

DICULIK PEMUDA TAMPAN (serial SANIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang