PERNIKAHAN

274 13 1
                                    

GAUN pengantin yang dipakai Sania sangat mewah, gadis itu mengeluh karena baju itu sangat berat. Para pelayan mendandaninya dengan begitu telaten.

"Guru, sebaiknya kau pergi saja atau bunuh saja lelaki itu. Aku tidak suka dengan caranya," kata Aina yang sedang memandang gurunya dari depan pintu kamar Sania.

Sania tidak menanggapi, gadis itu tampak kegerahan dan mengipas dirinya sendiri dengan telapak tangan.

"Guru, kau dengar tidak?! Apa mau kuhajar dia, seenaknya saja menculik orang," kata Aina dengan wajah masam.

"Aku yang mau, kenapa kau yang sibuk?!" Sania berbicara sinis.

Aina menggerutu kesal. Ia kemudian menghampiri Rama yang sedang berbincang dengan Bian di ruang tamu.

"Hey, Bejo! Kuat juga guna-gunamu, hingga Sania mau saja dengan lelaki psiko macam kau," sindir Aina pada Damian.

Damian yang tadinya tersenyum, menjadi jengkel. "Untung kamu itu temannya Sania, coba kalau bukan ... awas!" ancam Damian pelan.

"Sutt... diam, Sania dengar, habis kita." Rama menengahi mereka berdua.

Tidak lama penghulu mempersilakan mereka duduk. Di sana hanya ada Rama, Aina, dan para pelayan.

Sania keluar dengan diiringi pelayan. Gaun putih cantik membuat Sania persis sama seperti bidadari. Damian hanya menunduk, tidak mau memandang kedatangan calon istrinya itu. Namun dalam diam ia tersenyum.

"Baiklah kita mulai acaranya," ucap penghulu.

"Saya tidak memiliki kedua orangtua, saya yatim piatu dari saya dilahirkan," ucap Sania tegas.

Aina merangkul gurunya dengan sedih, bagaimanapun juga ini adalah hari pernikahannya. Tidak ada wali sungguh menyedihkan. Rama menepuk bahu Sania, ia paham dengan masa lalu Sania.

Damian tidak mengatakan apa pun, ia hanya menghela napas.

"Baiklah, saya akan menjadi walimu," ucap penghulu itu.

Aina dan Rama tersenyum bahagia. Acara dilaksanakan dengan lancar. Kini Damian resmi menjadi suami-isteri. Saat penghulu mengatakan kata "sah" Sania mencium punggung telapak tangan suaminya. Damian mencium kening isterinya.

*****

Damian mengemasi pakaiannya, sementara Sania sedang berganti pakaian di kamar mandi.


"Sania, selama aku di sana, apa pun kebutuhanmu, gunakan saja kartu ATM-ku," kata Damian pada Sania.

Sania yang baru saja berganti pakaian dengan piyama kini duduk di tepi ranjang. "Aku punya penghasilan sendiri," elaknya.

Damian menatap Sania, kemudian menghampirinya. "Kenapa kamu bilang begitu sayang, ini nafkah yang kuberi untukmu," kata Damian dengan lemah lembut.

Damian kini duduk bersisihan dengan Sania di pinggir ranjang. "Sania, kamu istriku sekarang, jangan tolak itu semua," jelasnya.

"Baiklah," ucap gadis itu perlahan.

Damian tersenyum, kemudian mengusap kepala Sania dengan kasih sayang. "Besok pagi sekali aku berangkat, sebaiknya kita tidur," sarannya.

Sania hanya mengangguk setuju sembari mengambil posisi tidur. Sedang Damian menyelesaikan berkemas.

"Udah tidur belum?" gumam Damian sembari memandang Sania.

Dirasa Sania sudah pulas, ia kemudian memotretnya dengan Handphone-nya. "Lumayan, buat obat kangen, hi hi hi." Ia terkikik geli sendiri dengan kelakuannya.

DICULIK PEMUDA TAMPAN (serial SANIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang