KANGEN KAMU

211 7 0
                                    

Sepintas lalu Sania memandang taman jembatan, penyeberangan Kumala Tenggarong. Melihat seseorang sedang memotret dirinya dengan gaya manis. Ia dapat mengenali siapa pemilik handpohone baru yang sedang booming saat ini.

Arnold lelaki berusia genap dua puluh tujuh tahun itu. Kini sedang asyik bergaya ala artis Korea. Ingin tahu tentang pemuda itu, Baca serial Sania episode 1 dengan judul SANIA.

Tanpa sadar mata mereka saling beradu pandang. Arnord segera melambai tangan dan berlari ke arah sahabatnya itu.

"Hey! Sania...!" teriak pemuda itu sembari berlari. Pemuda tampan dengan rambut rapi dan kacamata selalu setia di wajahnya.

"Huh, lelaki rese ini lagi." Keluh gadis itu.

"Aduh! Sania aku kangen berat sama kamu!" ucap Arnord dengan sisa napasnya. Ia sangat lelah berlari.

"Aku tidak sengaja datang ke tempat ini, kupikir akan melihat pemandangan bagus. Ternyata hanya lelaki usil sepertimu yang ada," sindirnya.

Arnord tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan Sania. Ia malah tertawa gelak saat melihat Sania mengedipkan mata sebelahnya.

"Yuk, ikut berfoto, aku ingin berfoto bersamamu," ajak Arnord sembari melingkarkan lengannya di bahu Sania.

Sania menepis tangan pemuda itu dan berucap, "Gak deh, nanti kau edit jadi foto gandeng," sindir Sania.

Arnord awalnya kaget, tapi kemudian tertawa. "Hahaha... Tahu aja kau," akunya. "Memang rencanaku, biar dikira suami-isteri gitu."

"Dasar," kata Sania.

"Tumben ke sini, mau apa San?" tanya Arnord mulai serius.

Sania tidak langsung menjawab, ia berjalan terus dan menghampiri si pemilik ojek tikar. Ia menyewanya dan menggelarnya di rumput.

"Belikan minuman sana!" perintah gadis itu dengan nada ketus tanpa memandang lawan bicaranya.

Arnord tidak membantah ia pergi, sementara Sania malah tidur.

Arnord datang dengan membawa kresek belanjaannya, ia mendapati Sania yang tidur pulas.

"Dasar." Arnord menyumpah.

Banyak para pengunjung lalu-lalang, memandang sekilas mereka berdua kemudian kembali asyik dengan urusan masing-masing. Sementara itu Arnord sedang menunggu Sania terbangun. Ada niat jahil di pikirannya.

"Hehe... foto ah," Ia mengambil Handphone yang tersimpan di balik kantung celananya.

"Arnord, mau mati atau tetap hidup?!" tanya Sania.

Arnord tercengang. Kembali ia tatap Sania, gadis itu malah masih tertidur pulas dengan tangan sebagai penumpu kepalanya.

"Perasaan dia ngomong deh?" gumam pemuda itu. Tanpa sadar ia telan ludahnya.

Ia tertawa sumbang dan menepis bahwa mungkin dia hanya sedang berhalusinasi saja. Kembali ia angkat Handphone-nya untuk memotret gadis itu, tapi Sania malah membuka matanya dengan lebar.

Arnord sekali lagi tercengang, ia terlambat menyembunyikan HP-nya. Setelah sadar ia keluarkan cengiran rasa bersalahnya pada gadis itu.

"Bosan hidup ya...?" ucap Sania dengan nada mengancam. Walau begitu wajahnya terlihat sedang  tersenyum, senyum yang menurut penglihatan Arnord adalah senyum pembawa bencana.

"Ee, enggak kok, cuma lag-lagi potret pohon di sana!" Arnord bangkit berdiri. Dengan gugup ia coba mengalihkan perhatiannya ke pohon kamboja di ujung sana. "Aduh! Celaka." Gumamnya sembari menyeka keringat dingin yang keluar dari kening dan juga lehernya.

DICULIK PEMUDA TAMPAN (serial SANIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang