Makan Barsama

426 20 0
                                    

Duduk semeja dengan orang tampan memang sudah sering dialaminya. Tapi ini berbeda orang ini benar-benar keterlaluan tampannya. Sania sampai geleng-geleng kepala dan menghela napas lelah. Lelah menghayati pemandangan bagus di depannya.

Pelayan lelaki berusia dua puluh sembilan tahun dengan mengenakan jas putih datang dan menuangkan susu ke dalam cangkir Sania. Kemudian ia juga menuangkan air putih ke dalam sloki milik gadis itu.

Damian hanya tersenyum memberi isyarat mata pada gadis itu mulai menikmati hidangan yang telah disediakan di meja makan.

"Ini benar-benar susu?" gumam Sania sembari mencium aroma susu yang dipegangnya saat ini.

"Tidak ada alkohol di dalamnya sayang, kamu, kan tahu aku ini siapa, mana bisa sih, aku mabuk-mabukan," terangnya.

Sania diam saja dan langsung meneguk susu itu hingga habis tanpa ragu lagi.

"Kamu mau tambah lagi?" tanya Damian sembari memberi isyarat agar pelayan mengangkat teko dan menuangkan susunya lagi.

"Boleh aku mau mabuk malam ini," jawab Sania sembari meletakkan gelasnya.

"Mabuk katanya? Dasar," gumam Damian yang tersenyum geli.

"Boleh kumakan semua ini orang ganteng?" sindir Sania dengan tampang tidak tahu malu.

"Silakan sayang," jawab Damian.

Damian hanya memperhatikan Sania yang makan dengan sangat lahap. Ia menumpukan sebelah tangannya untuk menompa kepalanya. Sesekali tersenyum dan terlihat menggumam.

Sania tidak ambil pusing, perutnya sudah sangat lapar. Lagipula ia ingin mengetes seberapa besar cintanya Damian padanya. Apakah dengan sikap tidak tahu malu seperti itu bisa mengubah perasaan Damian terhadapnya. Sifatnya kali ini sudah seperti Aina.

"Melihat Aina, aku jadi berpikir ... ternyata sifatnya menurun darimu." Komentar Damian.

Sania tidak peduli, ia tetap makan dan sesekali menjawab perkataan Damian. "Kalau iya memangnya kenapa? Bukankah Aina itu muridku. Wajar saja, kan?" dalihnya.

"Gak papa, aku tambah cinnntaaa... kamu kok!" ucapnya dengan setulus hati dengan nada panjang.

Sania hampir muntah. Ia segera meminum segelas air putih. "Apaan sih. Gak nyambung banget," ujarnya.

"Hahahaa...," Damian tertawa lepas melihat Sania cemberut dan tidak mau makan lagi.

Sania karena melihat Damian tertawa akhirnya tidak tahan dan ikut tertawa pula. Para pelayan yang ada di pojok ruangan itu tersenyum-senyum melihat mereka.

******



8 tahun yang lalu

D a m i a n  sedang kesal karena harus ikut orangtuanya pindah sekolah di Indonesia. Ia masih betah di Amerika. Tapi karena sebuah bisnis yang dijalani keluarganya mengharuskan ia untuk ikut pindah pula.

"Kamu akan betah di sini Damian, apalagi kamu itu cukup cerdas," kata ayahnya saat itu.

Damian tidak menjawab tidak juga membantah. Hanya prilakunya yang terlihat tidak senang. Ayahnya tahu itu, ia pun tidak dapat berbuat banyak apalagi Damian tidak memiliki seorang ibu, ia tidak tahu bagaimana harus menjaga anak remajanya itu dari pergaulan bebas, tapi beruntung Damian sangat patuh dan selalu pengertian.

Damian keluar dari rumahnya untuk melihat-lihat pemandangan, ia menghela napas. Indonesia berbeda dengan negaranya. Tidak terlalu padat pembangunan dan Mall. Penduduknya juga tidak terlalu sibuk seperti di negaranya. Jalanannya juga tidak serapi jalanannya, tapi di Indonesia mereka bebas tertawa, bercanda dan santai. Melihatnya saja sudah iri sekali.

DICULIK PEMUDA TAMPAN (serial SANIA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang