5 Tahun Kemudian...
Gue memandang langit malam kota New York yang terlihat Indah jika dilihat dari atas balkon. Ya, disinilah gue sekarang. Di rumah Mommy and Daddy. Di sini gue berusaha untuk mengubah sikap-sikap gue dulu yang mungkin terlalu bad itu.
Fuh. Gue masih bingung sampai sekarang. Gue sama sekali gak pernah lagi ketemu sama Vano, Elisa, Rio, Kevin, dan Dino. Gue gak tau mereka di mana. Dan gue gak pernah dapet kabar satu pun dari mereka. Mungkin kalian bingung kenapa gue gak pernah bahas tentang Vano lagi karena gue dan dia, gue anggap udah putus. Ya walaupun putusnya cuma sepihak, tapi ya mau gimana lagi. Gue bukan tipe orang yang cuma nunggu doang smabil berdoa untuk dia datang lagi ke sisi gue. Iya kalau datang. Kalau nggak? Masa gue harus nunggu, nunggu, dan nunggu. Dikira nunggu itu enak? Kalau emang enak, sini tukaran posisi. Lu yang nunggu, gue yang ilang. Mamam tuh nunggu.
Gue tau gue jahat, tapi urusan gue bukan untuk nyariin dia doang dan juga gue orangnya gak terlalu pentingin urusan cinta yang ribet minta ampun ini. Gue percaya, kalau emang Vano jodoh gue, kita bakalan dipertemukan oleh Tuhan. Tapi ya, kadang, Tuhan hanya mempertemukan bukan mempersatukan.
Okay, ganti topik. Gue kira hidup gue di New York bakalan sengsara eh taunya, enak banget coy, gak nyesel gue tinggal di sini. Kalau mau 'ini' tinggal dibeliin, kalau mau 'itu' tinggal dikasih, kalau mau 'ono' tinggal dibuat, kalau mau 'onu' tinggal dibikin. Mantap jiwaa.
Owh, i'm so lucky! HAHAHA.
Gue keluar dari kamar dan langsung menuju meja makan. Ouch, terlihat Mommy dan Daddy sedang suap-suapan.
"Apalah daya diriku hanya LDR dan tidak bisa bersuap-suapan manja bersama sang kekasih. Hiks," kata gue dengan lebay dan menjijikan. HAHAHAHA.
Daddy langsung mendelik ke arah gue. "Ganggu aja sih lu."
Puk!
Mommy menepuk tangan Daddy. MAMPUS HAHAHAHA, dosa gue makin hari makin banyak tjoy.
"Ayo Vita, kita makan. Abaikan saja Daddy-mu yang lebay ini." muka Daddy merah menahan amarah. HAHAHA. Gue pun duduk di depan Mommy. Mommy mengambil makanan untuk gue, "Kamu masih sanggup LDR?" tanya Mommy.
"Masih dong."
"Kok bisa langgeng ya? Mom bingung, biasanya anakanya temen Mom yang pernah LDR bilang kalo LDR itu ngebosenin."
"Enggak kok. Malah seru tau," jawab gue nyengir.
"Kalau misalnya salah satu dari kalian ada yang selingkuh gimana?" tanya Mommy lagi.
Gue terdiam dan berpikir, "Orang ketiga gak bakalan ada kalau di antara keduanya gak memberi celah, yang nantinya bakal membelah."
"New York sama Jerman beda enam jam lho. Di sini siang, di sana malam. Gimana lo ngehubungin cowok lo?' tanya Daddy.
"Di New York kan tengah malem, sedangkan Jerman itu siang, nah, aku sama dia bikin jadwal. Misalnya, hari ini yang begadang tengah malem aku, besoknya dia. Gitu terus sampe gak LDR lagi," jawab gue tertawa.
"Dih kurang kerjaan banget dah lu," cibir Daddy.
"Ish. Kayak gak pernah muda aja lu," cibir gue balik.
Sudah-sudah. Makan dulu, nanti aja lagi ngomongnya," kata Mommy mengakhiri pembicaraan.
Setelah makan, gue kembali ke kamar. Gue menghidupkan Skype, terlihat seorang cowok lagi tersenyum manis ke gue. Aduh, gak kuat Dedek, Bang!
"I really miss you so much, i want to meet you soon, dear," katanya dengan menyengir. Aih, manisnya cowokku, hihihi.
"Kamu kok pas pacaran sama aku jadi alay ya?" canda gue dengan tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl VS Ketua Osis
HumorAnak baru yang mendapat julukan 'Bad Girl. Si tukang cari ribut di sekolah barunya sering mencari masalah dengan ketua osis yang sangat membenci keributan. Apakah yang terjadi?