13

2.9K 79 0
                                    

"Hei sayang," sapa gue dengan semangat ketika Vito menelepon. Gue sekarang udah di halaman kampus, karena gue masuk kelas siang hari ini, itu artinya gue nongki-nongki dulu di kantin sama temen-temen gue yang berasal dari Indonesia.

"Kita putus...," katanya singkat, padat dan jelas.

Tut... Tut... Tut...

Setelah itu, telepon dimatikan.

Gue terdiam kembali mencerna apa yang dikatakan Vito barusan.

Putus?

"Vit, aku panggil dari tadi kenapa gak nengok ke belakang?" kata Ainun tiba-tiba berada di samping gue sambil menahan tangan gue.

Gue menatap Ainun dengan diam. Ainun mengernyit bingung.

"Kamu kenapa?"

"Gue putus sama Vito."

Ainun melotot, "Masya Allah. Kok bisa?"

"Dia barusan nelepon gue dan mutusin gitu aja," jawab gue dengan wajah bingung.

Ini beneran putus? IYA? GUE PUTUS? SUMPAH DEMI APA?!

"YEAYY! GUE PUTUSSSS! YEAAAY! HOREEE!!" teriak gue dengan girang sambil melempar handphone gue ke atas, lalu terhempas ke bawah.

"Mulai deh gilanya." Ainun mengambil handphone gue yang retak itu dan menarik gue masuk ke dalam kampus

GUE PUTUS JIR! GUE PUTUSSSS!

--00--

"Hai ganteng...," sapa gue sambil duduk di depan bule yang gue yakin sama sekali gak tau bahasa Indonesia. Karena gue sekarang lagi gak ada kelas, jadinya gue mau nongki sambil nyari hiburan di kafe depan kampus.

Bule itu hanya mengernyit bingung menatap gue

"Sendirian aja ya?" tanya gue sambil mengedipkan mata sebelah.

"Sorry?" katanya bingung dan gue ngakak.

"Udah punya pacar belom?"

Bule itu diem sambil natap gue lama. "Udah, tapi kayaknya gue gak dianggep deh soalnya pacar gue dulu mutusin gue secara sepihak karena gue ngehilang tanpa jejak. Gimana dong?"

Gue cengo.

Gue melotot.

Gue kaget.

WAT DE FAK?!

"Vano?" tanya gue dengan nada tak percaya.

"Vita," katanya tersenyum.

BOLEH MATI GAK?!

"Gak mungkin," kata gue dengan terkekeh miris. "Bye!" gue langsung berdiri dan berlari meninggalkan kafe itu, dan gue janji kalau GUE GAK AKAN PERGI KE KAFE ITU LAGI SEUMUR HIDUP. CAMKAN ITU!

"Kenapa lo Vit?" tanya Christian dengan tertawa ketika gue berlari ke arah meja meja kantin kampus yang mereka; Christian, Ainun, Raya dan Devon duduki dengan wajah panik.

"Vita putus sama Vito" jawab Ainun.

"Kok bisa?" kata Raya dengan melotot.

"Ckckck. Kasian yang baru putus. Pajak putus bisa kali," kata Devon yang pengen banget gue gantung di tiang listrik.

"Bukan, bukan masalah itu! Gue ketemu Vano barusan!! Di kafe depan kampus, bangsat!" umpat gue dengan mengacak rambut frustasi.

Bad Girl VS Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang