Chapter 1; The Man With Black Coat

1.5K 249 131
                                    

Sosok itu berdiri di atap gedung, sepasang mata yang dilapisi kacamata berwarna hitam itu nampak memandang ke bawah, di mana jalan raya dengan banyak kendaraan berlalu lalang dan juga manusia-manusia yang berjalan di trotoar.

Di antara keramaian kota Seoul, di antara kesibukan teratur ibukota dan juga, bisingnya kendaraan yang hilir mudik. Dalam sepersekian detik, sosok pria yang tadinya berada di atas gedung, menghilang dan berpindah tempat di tengah jalan. Namun, tidak ada apa pun dan siapa pun yang menyadarinya.

'Tiin tiiinnnn'

Suara ribut klakson bersahutan ketika sebuah mobil nampak begitu ugal-ugalan. Lagi, pria itu hanya memandang dalam saat mobil tersebut menabrak mobil lainnya, menjadikan sebuah kecelakaaan beruntun yang melibatkan beberapa kendaraan roda dua.

'BRAKKK'

Hanya terdengar efek suara benturan itu, kendaraan-kendaraan berhenti dan orang-orang kerimpungan memanggil ambulans dan juga polisi.

Namun, pria berkacamata hitam tadi hanya berjalan santai menuju mobil penyebab kecelakaan yang dikendarai seorang pria mabuk.

Perlahan tapi pasti, roh pria itu nampak keluar dari tubuhnya dan roh itu nampak celingak-celinguk memandang sekitarnya dengan raut wajah kebingunan. Lalu, berakhir kaget sampai terjengkang melihat 'tubuhnya' bersimbah darah dan tanpa hembusan napas.

"A-aapa yang terjadi?" Pria itu nampak ketakutan dan sangat pucat.

"Cih, selalu saja seperti ini," pria berkacamata hitam berdecih lirih melihat reaksi pria yang baru saja mati itu.

"Hei," dia berujar malas membuat roh pria itu mendongak memandangnya.

"Heo Jungha, pria, empat puluh enam tahun, profesi akuntan di kantor pajak, waktu kematian pukul dua belas lewat dua puluh tiga menit delapan detik, penyebab kematian lalai karena mabuk," datar, benar-benar tidak ada intonasi naik turun sama sekali.

"Si-siapa kau? Apa maksudmu? Aku belum mati!" Histeris Heo Jungha.

Si pria berkacamata hitam memutar bola matanya malas. Meskipun tak bisa dilihat, jelas sekali tahapannya begitu datar dan tak bersahabat.

"Aku Jimin, malaikat maut. Dan ya, kau sudah mati, terima saja kenyataan itu,"

"Ba-bagaimana mungkin?"

"Kau idiot? Manusia pasti mati, karena itulah aku di sini," pria itu, yang memperkenalkan sebagai malaikat maut bernama Jimin nampak mulai kehilangan kesabarannya.

Ah, atau memang dia selalu seperti itu?

"Cepat berdiri,"

Roh itu nampak menurut dengan pandangan takut pada pria di hadapannya. Yang mengenakan elemen hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki. Benar-benar tidak ada warna lain kecuali kulitnya.

"Ayo pergi," Jimin nampak berbalik dan mengibaskan lengannya pelan dan dalam hitungan detik, mereka berdua berada di entah berantah dengan sebuah pintu di hadapam

"Ke mana?"

Jimin tersenyum sinis.

"Neraka."

.

.

.

Lagi-lagi berlatarkan sebuah atap di gedung yang tinggi. Di mana beberapa sosok berpakaian hitam itu berbaris rapi, lima orang laki-laki dan satu perempuan. Di hadapan mereka, sosok berjas hitam dengan buku catatan hitam terbuka di tangan nampak mengabsen mereka satu persatu.

Dan mereka semua adalah malaikat maut.

"Ah, Jimin. Akhirnya kau datang juga," satu-satunya pria di luar barisan itu tersenyum sumringah melihat malaikat maut berkacamata hitam itu.

Angel with Black WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang