Chapter 8; A Little Blind Veil

1.2K 171 106
                                    

Istana Lucifer memang gempar, tapi itu tidak terjadi untuk waktu yang lama. Setelah mendapatkan beberapa petunjuk tentang indikasi keterlibatan sang putri, Lucifer segera menghampiri Lucia dan menanyakan kebenarannya.

"Apakah itu kau yang memberikan jalan untuk penyusup?"

"Bukan aku,"

"Oh. Baiklah."

Hanya begitu saja.

Masalah selesai.

Semua bisa menganggap bahwa Lucifer terlalu memanjakan Lucia, tapi itu bukan hanya kabar burung karena memang begitulah adanya.

Lucifer benar-benar memanjakan putrinya.

Karena, hei! Tidak ada alasan untuk sang Raja Neraka tidak memanjakan Lucia!

Dia dilahirkan oleh kekasih hatinya, satu-satunya wanita yang dia cintai. Yang susah payah ia temukan dengan jalan berliku-liku untuk mendapatkannya dan berbagai cobaan untuk memakunya di sampingnya. Lucia adalah yang dia nanti-nanti, harta yang bahkan tak sebanding dengan tujuh lapisan Neraka!

Lucifer bukannya begitu buta sampai tidak tahu kalau anaknya berbohong. Namun untuk iblis, apakah kebohongan itu hal yang besar? Tentu saja jawabannya tidak.

Jika sang anak mengatakan bahwa dirinya tidak terlibat, maka Lucifer hanya butuh untuk 'menganggap' Lucia tidak terlibat. Itu mudah saja. Jika membesarkan masalah malah akan membuat Lucia melakukan hal yang lebih ekstrem.

"Kau benar-benar sudah membuat seluruh Neraka gempar! Saudariku," V dengan dramatis memuji Lucia sepenuh hati. Apalagi sikap apatis yang ditunjukkan Lucia pada reaksi ayahnya sendiri, benar-benar membuat V berdecak kagum.

Hanya dengan satu kalimat maka masalah tuntas. Hanya Lucia yang bisa membuat Lucifer melakukan tindakan tak bijaksana macam itu.

Mungkin itu terkesan sangat longgar, namun Lucifer jelas punya alasan dan argumennya sendiri. Dia masih menjadi sosok yang paling tidak bisa diprediksi oleh siapa pun juga. Pola pikirnya itu, kadang-kadang benar-benar tidak bisa dimengerti.

"Aish, ekspresi macam apa itu?"

V lagi-lagi harus kecewa karena Lucia terlihat tidak menunjukkan reaksi. Tapi dia tidak mengatakan apa pun lagi untuk mengorek informasi karena pada dasarnya, dia bisa melakukannya sendiri.

'Tapi kenapa harus Malaikat Maut?' V pun bingung sendiri. Satu hal inilah yang tidak bisa ia pahami dan tidak bisa ia dapatkan jawaban kecuali Lucia memberitahunya dengan sukarela.

Tapi, keajaiban jenis apa yang mesti diciptakan hal itu bisa terjadi?

Kemudian hening.

V sibuk dengan pikirannya sendiri.

Lucia sibuk menenggelamkan diri dalam lamunan yang panjang.

.

.

.

Jimin bukan tidak pernah melepaskan atribut malaikat mautnya sehingga bisa kasat mata oleh manusia. Dia melakukannya, namun tidak bisa dikatakan dia berbaur dengan mereka.

Bahkan meskipun saat 'berbaur' dengan manusia, dia masih akan mengenakan kacamata gelap yang akan menyembunyikan sepasang iris birunya. Lalu, dia hanya akan menyendiri, datang hanya untuk duduk di pojokan sebuah kafe, seolah dia menempatkan ilusi buruk rupa di wajahnya sehingga tidak ada satu pun wanita yang berani mendatanginya.

Kegiatan ini adalah rutinitas Jimin di kala penat.

Dia hanya akan duduk sendiri dan memesan minuman atau makanan ringan yang semua bahan dasarnya dari teh hijau. Banyak disebut green tea dan populer dengan nama matcha.

Angel with Black WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang