Chapter 12; Unreasonable

436 92 59
                                    

"Akh," Lucia reflek berteriak saat jarum rajut itu menusuk jemarinya, itu bukan karena sakit, tapi lebih kepada terkejut karena ini adalah pertama kalinya ia tertusuk jarum. Darah tampak perlahan mengalir dari lukanya, berwarna merah seperti manusia pada umumnya karena saat ini, ia sedang menggunakan wujud manusianya.

"Yooongi! Kau tidak apa?" Lucia menoleh dan mendapati Christ menghampirinya, terburu-buru duduk di sampingnya dan memeriksa luka di jari telunjuknya. Luka benar-benar bukan apa-apa bagi Lucia, tapi Christ bersikap seakan luka itu bisa membunuhnya.

"Aku harus menjauhkanmu dari jarum itu," Christ berujar muram.

"Jane mengajarkannya dan ini milik Jane," Lucia buru-buru menanggapi.

"Aku ingin membuat syal untukmu, sebentar lagi musim dingin dan itu artinya, sudah satu tahun aku menumpang di rumah kalian," Lucia menunjukkan senyum paksa yang membuat Christ merasa tak enak hati.

"Setidaknya aku ingin membalas, meskipun apa pun tidak akan pernah cukup."

Christ menarik Lucia ke pelukannya, sama sekali tidak tahu bahwa gadis yang ia khawatirkan itu, kini tengah tersenyum penuh kepuasan.

.

.

.

"Jimin, wajahmu muram sekali," Jimin melirik Hoseok yang baru saja mendaratkan kakinya di sampingnya, di sebuah atap sebuah gedung yang biasa Jimin tempati untuk melihat Kim Seokjin.

"Kau tidak mungkin ketinggalan informasi," datar Jimin singkat.

Hoseok tertawa singkat dan menepuk bahu Jimin.

"Kau sudah mengalami peningkatan, melindungi Juniormu huh? Sungguh mentor yang baik," puji Hoseok.

Jimin memandangnya malas.

"Itu lebih mudah dilakukan,"

"Alasan. Kau berbuat baik kenapa harus malu?" Hoseok berujar seraya menepuk punggung Jimin dengan cukup keras.

Ekspresi Jimin benar-benar masam, tapi ia tidak sesadis itu untuk  membalas Hoseok karena yang ada, Malaikat bersayap putih itu malah akan terpental. Yah, sebanyak itulah perbedaan kekuatan fisik di antara mereka. Jika Surga diibaratkan sebagai istana, Malaikat Maut akan menjadi prajurit dan Malaikat Penyembuh seperti Hoseok akan menjadi Tabib kerajaan.

"Oh iya Jim, kau yakin kau tidak jatuh cinta pada manusia itu? Maksudku, kalau tidak kenapa kau berada di sekitarnya padahal namanya belum tercatat dalam buku kematian," Hoseok bisa dikatakan selalu memiliki pertanyaan yang sama jika menemukan Jimin di tempat ini. Mau bagaimana lagi ketika tidak ada jawaban yang memuaskan, penasaran Hoseok yang teramat berujung tak mendapatkan obat.

"Bukankah itu adalah kemungkinan yang paling tidak mungkin? Berapa kali harus aku katakan?" Jimin mendengus jengah.

"Tapi tidak ada penjelasan yang masuk akal darimu, Jimin,"

"Kau pikir jika aku tahu, aku akan menyembunyikannya alih-alih menyumpal mulut cerewetmu itu?" Balas Jimin sarkastik.

Hoseok nyengir tapi kemudian tersadar satu hal.

"Jadi kau sendiri bahkan tidak tahu?" Tanyanya memastikan.

Jimin mengangguk membenarkan.

"Aku juga ingin tahu, tapi aku tidak seluang itu untuk mencari tahu." Atau lebih tepatnya, Jimin tidak sepeduli itu.

Hoseok mengusap dagunya dengan ekspresi berpikir keras.

"Kalau begitu, kemungkinan ini ada hubungannya dengan masa lalumu," katanya mengambil kesimpulan yang baginya paling memungkinkan.

Angel with Black WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang