Chapter 9; Between The Living and Dead

536 126 40
                                    

Kim Seokjin menolehkan kepalanya tepat saat bunyi lonceng menggema tanda pelanggan masuk. Ia mendapati sosok berpakaian serba hitam masuk. Meskipun merasa sedikit aneh karena kedatangan pria itu yang terlalu awal–Seokjin bahkan baru saja buka satu menit lalu, tapi gadis itu bersikap biasa dan menyambut dengan ramah.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

Di balik kacamata hitamnya, Jimin memandang wajah Seokjin dengan pandangan yang rumit. Ia tidak tahu apa yang merasukinya sehingga muncul di hadapan gadis itu dalam wujud kasat mata setelah beberapa waktu belakangan hanya melihat dari kejauhan. Jimin pikir ini sangat bodoh, sedikit gila, tidak masuk akal bahkan bagi dirinya sendiri.

Hanya saja, semuanya sudah terlanjur terjadi.

"Aku menginginkan bunga untuk ungkapan duka cita," akhirnya Jimin berkata.

"Apa Tuan menginginkan sesuatu yang spesifik?"

Jimin menggelengkan kepalanya. Dia bahkan tidak tahu sedikit pun tentang bunga. Ia hanya tahu bunga mawar dan melati, selebihnya terlihat sama baginya.

Seokjin mengangguk paham, terbiasa menerima permintaan pelanggan yang buta bahasa bunga. Gadis itu pun menunjukkan sekumpulan bunga lili putih yang masih segar.

"Apakah baik-baik saja dengan lili putih? Berapa banyak buket yang Tuan inginkan?"

"Satu, berikan aku satu."

Seokjin menyiapkan satu buket bunga lili, Jimin membayarnya namun pria itu hanya mengambil satu tangkai dan meninggalkan yang lain.

.

Di tengah jalan raya, Jimin meletakkan setangkai lili putih di antara hilir mudik kendaraan yang berlalu lalang, menembus begitu saja tubuhnya tanpa menghasilkan apa-apa. Beberapa saat, pria itu hanya berdiri di sana dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku mantel hitam yang dia kenakan.

Melihat jam tangannya sekilas, Jimin pun menyingkir dan beralih berdiri di samping jalan.

"Selamat pagi Senior." Beberapa Malaikat Maut yang bersiaga menyapanya dan Jimin hanya membalas mereka dengan anggukan kepala singkat.

Sekitar tiga malaikat maut dari distrik yang berbeda memenuhi panggilan untuk menjemput arwah dari wilayah mereka masing-masing yang akan meninggal pagi ini. Itulah kenapa mereka sudah bersiaga sejak satu jam yang lalu. Beberapa persiapan kecil harus dibicarakan karena kecelakaan yang akan terjadi akan melenyapkan cukup banyak nyawa.

"Senior! Senior!" Jungkook muncul dan tampak kacau dengan tudung jubahnya yang tidak terpasang sempurna. Jimin hanya menatap gadis itu datar dan Jungkook meringis dan berkali-kali membungkuk meminta maaf karena kedatangannya yang terlambat.

Sebenarnya, tidak bisa dikatakan terlambat pula karena ini masih lima belas menit menjelang kecelakaan. Namun, karena ini pertama kalinya gadis itu akan melaksanakan tugasnya sebagai malaikat maut sesungguhnya, dia seharusnya menunjukkan sedikit banyaknya antuasiasme seperti yang seharusnya dilakukan orang baru.

Jimin tidak memiliki keluhan apa pun tentang itu tapi Jungkook terlanjur berpikir macam-macam karena watak mentornya yang tidak bersahabat itu.

Jungkook menelan ludahnya dan mencoba menenangkan dirinya sendiri. Selama Jimin diam, artinya pria itu tidak marah. Antusiasmenya melebihi kapasitas, membuatnya tidak bisa tidur semalaman dan berujung bangun terlambat pagi ini. Jungkook begitu antusias mengakhiri masa pelatihannya, ia ingin segera bertugas seperti sebagaimana mestinya!

Hari ini adalah tugas pertamanya untuk mengantarkan arwah, prosesi akhir untuk meresmikan statusnya sebagai Malaikat Maut. Jika seorang Malaikat Maut tidak berhasil di misi pertamanya, maka masa pelatihannya tidak bisa berakhir.

Angel with Black WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang