Chapter 18; Fake Memory

308 64 3
                                    

"Untuk ukuran tempat yang ditakuti, bukankan ini terlalu biasa?" Yoongi merasa tempat ini terlalu sepi untuk disebut Jurang Tanpa Batas. Sejak mereka masuk, tidak ada sesuatu yang menakutkan atau bahkan jiwa-jiwa pelarian yang berkeliaran, ia mulai meragukan kebenaran reputasi Jurang Tanpa Batas ini. 

"Ini belum dimulai." Jimin menyahut, ucapannya entah bagaimana terdengar seperti peringatan. Jadi Yoongi bersiap-siap, mengantisipasi apa pun yang akan terjadi.

Dan benar saja, dalam sekian detik kabut datang ke arah mereka, aromanya menyengat dan warnanya lebih pekat daripada yang sebelumnya. Untuk beberapa alasan, kepala mereka mulai pusing dan pandangan mengabur.

Jimin, yang pernah mengalami hal yang sama sebelumnya—sejak rumor yang mengatakan kalau di pernah lolos dari Jurang Tanpa Batas nyatanya bukanlah rumor belaka, tapi ia terkejut saat membuka mata, pemandangan di hadapannya telah berubah drastis—terlalu drastis, bahkan.

"Kenapa ini memengaruhiku?" Meski dalam keadaan asing, Jimin tahu betul apa yang terjadi padanya. Tapi saat itu, kabut mimpi tidak berhasil berpengaruh kepadanya, menurut seorang kenalannya di Jurang Tanpa Batas ini, itu dikarenakan Jimin sebagai Malaikat Maut tidak memiliki keinginan, harapan atau bahkan masa lalu. Jadi intinya, Kabut Mimpi tidak akan mempengaruhi  mereka yang tidak memiliki hal tersebut.

Tapi sekarang, bagaimana  bisa? Jimin merasa dirinya yang sekarang dan dirinya tiga puluh dekade yang lalu, tidaklah berbeda sama sekali.

Konflik batinnya buyar saat angin kencang menerpa tubuhnya, wajahnya tertampar sampai harus memejamkan mata, topi jerami yang ia kenakan terbang di bawa angin, membuat Jimin menyadari bahwa saat ini ia tengah berada di paparan sinar matahari yang terik, di sebuah ladang jagung entah berantah dan dari rumah yang ada di sisi jalan, ini bukan wilayah Korea ataupun Asia.

"Christ? Christ? Christ!"

Jimin tersentak—atau katakan saja tubuh yang dihuninya. Jadi sepertinya Jimin ada dalam tubuh seseorang dan dia tidak  memiliki kuasa untuk mengendalikan tubuh tersebut, yang bisa ia lakukan hanya menonton dan berbicara pada dirinya sendiri.

"Maaf Jane, aku sedikit melamun." 

Saat memperhatikan dengan lekat sosok yang ada di hadapannya, Jimin merasakan perasaan tidak asing. "Gadis toko bunga?" Batin Jimin berseru. Meski gadis di hadapannya jelas seperti orang british, namuun sentuhan Asia di beberapa titik membuat Jimin langsung mengingat Kim Seokjin yang berdarah Korea murni. Wajah mereka tidak sama, warna mata mereka berbeda, namun Jimin merasa yakin bahwa itu Kim Seokjin!

."Ada apa? Tidak biasanya,"

Jimin merasa tubuh yang dihuninya tersenyum, dengan cara yang paling lembut yang bisa dibayangkannya. "Sungguh tidak ada. Ayo kita segera pulang, aku yakin Yoongi kesepian,"

'Yoongi?'

Gadis yang dipanggil Jane terkekeh jahil lalu berkata dengan nada menggoda, "Jadi itu, kau hanya sangat merindukan kekasihmu,"

'Huh? Jangan-jangan-'

"Tidak perlu malu pada kakakmu sendiri, Christ."

Jimin mengumpat. Seketika.

Saat raga yang ditempatinya  berjalan pulang, Jimin terlalu sibuk dengan pikiran, perkiraan, spekulasi, informasi dan kemungkinan yang terus berputar di kepalanya. Dia seharusnya tidak berada di sini! Lalu ingatan siapa yang ia jalani saat ini? Lucia? Apa karena gadis itu memiliki cukup banyak kekuatan sehingga dapat menarik Jimin ke dalam salah satu kepingan kenangan yang dimilikinya. "Itu yang paling masuk akal," Jimin menggertakkan gigi. Tapi bukan saatnya untuk pasrah di situasi ini, ia harus keluar bagaimanapun juga atau dirinya akan terjebak di Jurang Tanpa Batas selamanya!

Angel with Black WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang