Bisakah kau ceritakan padaku,
Apa itu cinta
Dan bagaimana definisi bahagia.oOo
Pemuda itu tersentak, buru-buru ia benarkan posisi menjadi duduk yang semula bersandar di tong sampah.
Pangkal alis Krist bertautan mengitrogasi pria di hadapannya tanpa suara.
“Phi ...!” serunya tertahan sembari bangkit. Sesekali tangannya mengelus lebam dipipi.
“Kau berkelahi,” selidik Krist.
Pemuda itu tak langsung menjawab. Suara erangan perutnya terdengar sangat keras membuat Krist diam-diam tersenyum samar.
“Belum makan malam?” tanya Krist yang dijawab anggukan lemah pemuda itu dengan mata terus menatap bungkus makanan yang dibawa Krist sembari mengecapkan bibir.
“Nih.” Krist menyerahkan makanan yang awalnya untuk Sinto. Tak apalah, daripada dibuang. Mubazir.
Pemuda ini antusias, melahap makan malam di sebelah tong sampah dengan semangat.
Keduanya berdiam-diaman sejenak. Krist duduk di sampingnya sambil memandang taburan bintang yang terlihat cerah malam ini sambil menunggu pemuda di sebelahnya menyelesaikan makan malamnya. Sangat banyak. Saking banyaknya seluruh bagian langit terlihat bercahaya. Krist tak ingat, kapan terakhir kali ia menatap begitu bebas langit malam.
Setahun, atau dua tahun yang lalu. Saat Singto mengajaknya bertemu di restaurant out door pinggir pantai. Sesaat, semuanya terasa bahagia.
Dia masih ingat embusan angin darat yang menerpa, suara ombak kecil yang berkejar-kejaran di bawah terang bulan bersama bau laut yang menyeruak dalam penciuman membuat dadanya mengembang lega hingga perutnya terasa geli seolah ribuan kupu-kupu herterbangan di dalam sana.
Semuanya terlalu sempurna hingga Singto memperkenalkan Pie sebagai kekasihnya.
Kening Krist mengerut, tidak mengerti dengan maksud kekasihnya.
“Ma-maksudnya,” ucap Krist tergagap.
“Pie pacarku,” terangnya.
Krist tersekat. Dadanya tiba-tiba terasa sakit sekali seakan seseorang barusaja menusuk dalam hatinya dengan belati yang tajam tak terkira.
“Lalu kita,” cicit Krist.
“Tidak ada kita, Krist. Maaf, kurasa perasaanku padamu tak lebih dari sekadar mengagumi. Bukan menyukai.”
“Setelah semua yang kita lalui, kau bilang begitu?”
Rasanya saat itu dunia terbalik begitu saja, seluruh isinya tumpah, berhambur tak berarah.
Seperti Krist, yang luka tapi tak berdarah.
“Phi, kau menangis?”
Usapan lembut di pipinya membuyarkan lamunan Krist tentang masalalu. Dia bahkan tidak sadar kalau airmatanya perlahan mengalir. Buru-buru ia berpaling mengusap kasar sisa airmatanya kemudian menorehkan senyum pada pemuda yang kini menatapnya iba.
“Kau kenapa?” tanyanya lagi.
Krist hanya menggeleng lemah. “Aku tidak apa-apa. Hanya kelilipan,” dustanya.
Pemuda itu diam. Matanya menilik langit mengikuti pandangan Krist.
Lengang, hanya ada angin malam yang sesekali menjamah kulit berteman suara kendaraan yang berlalu.
“Dulu, ibu pernah berkata. Terkadang menangis adalah cara terbaik untuk menyuarakan isi hati yang tak sanggup terbilang bibir. Lalu, aku menangis setiap hari di pangkuannya hingga tertidur,” lirihnya sembari terkekeh. Krist menoleh, menatap lekat wajah tegas pemuda di sampingnya yang perlahan tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN [Singto x Krist] (TAMAT)
FanficGimana ceritanya kalau mantan harus tinggal seatap? - Krist bekerja pada Peng-ibunya Singto-untuk membersihkan apartemen anaknya yang super kucel. keduanya sama-sama tercengang. Putaran masalalu merasuk dalam kepala. lalu, apakah kisah mereka akan t...