ten

218 44 3
                                    

"Dan!" panggil seseorang yang membuat kami berdua sontak menengok secara bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







"Dan!" panggil seseorang yang membuat kami berdua sontak menengok secara bersamaan. Ku lihat Natalie yang berjalan mendekat. Dia berdecak lalu terkekeh, "mentang-mentang nama hampir sama, nengok dua-duanya," lanjutnya.

"Bukan salah gue. Lo nya aja yang kurang spesifik," jawab Daniel yang sekarang menjulurkan lidahnya itu.

"Ape lo?" balas Natalie yang ikut-ikutan menjulurkan lidahnya.

Jonah datang membawa dua botol minuman dengan rasa yang berbeda. Dia menoyor kepala Daniel yang membuat pemuda itu merasa kesal, "Apa lo? Julur-julur lidah segala ke pacar gue. Mau gue potong lidahnya?" ujar Jonah dengan galaknya selagi ia duduk di sebelah Natalie. Kami memang sedang berada di kantin.

Natalie tersenyum licik dan memeluk Jonah selagi Daniel menatapku dengan tatapan yang menggemaskan. Pemuda ini merentangkan tangannya lebar-lebar. Aku menggeleng cepat, "Nggak, ya. Pokoknya nggak," ujarku.

Daniel terlihat kesal, "Nanti gak aku kasih coklat lagi, ya?" ujarnya yang berusaha untuk mengancamku.

"Situ yang ngasih. Saya mah terima aja," jawabku yang membuat Daniel memasang wajah drama nya itu. Dia benar-benar menggemaskan. Aku memutar bola mataku, "masih enak juga oreo,"

Ucapanku yang tadi membuat Natalie dan Jonah menatapku dengan tatapan tidak percaya. Aku juga tidak mengerti kenapa aku mengatakan hal tersebut. Kenapa juga aku membahas camilan bodoh berbentuk bulat itu lagi? Daniel mengganguk mengerti, "Kamu mau aku kasih oreo mulai sekarang?"

"EH JANGAN!"

Bukan, bukan aku yang mengatakan hal tersebut. Siapa lagi selain Jonah dan Natalie? Dasar, kompak sekali mereka berdua. Aku hanya menggeleng kecil pada Daniel, "Bercanda," ujarku.

"Lagian itu udah dua bulan yang lalu, Dan. Dianya juga udah kek gak kenal gitu sama kita, kan? Udah, lupain aja," ucap Natalie lalu memegang bahuku selagi tersenyum.

"Siapa?"

Si Daniel, emang kepo banget, ya. Untung ganteng.

Belum aku sempat menjawab apapun, Jonah sudah berbicara, "Corbyn," ujarnya yang membuat Natalie langsung memukul belakang lehernya. Jonah terlihat akan protes tetapi Natalie menyuruhnya untuk diam.

Aku melihat Daniel yang tersenyum kecil padaku. Lalu dia melihat ke arah lain, membuat kami bertiga juga mencari apa yang di lihat olehnya. Corbyn, bergandengan tangan dengan seorang gadis. Aku tahu ini akan terjadi, maka dari itu yang bisa ku lakukan hanya tersenyum.

"Buset, itu si Inem," ujar Jonah yang membuat diriku mau tidak mau tertawa mendengarnya.

"Belum gue tendang, ya, mulut lo," ujar Daniel yang terlihat kesal.

Aku masih tetap tertawa, selera humorku kacau, astaga. Cara Jonah berbicara tadi sangat lucu, menurutku. Terlebih, di saat diriku bingung harus menjawab apa pada Daniel, bisa-bisanya mulut dia berbicara seperti itu? Entahlah, tapi Jonah sedikit membantu.

"Napa? Suka kamu sama si Inem?" tanya Natalie dengan galak.

"Ih, nggak, sayang. Kaget doang, sumpah,"

Daniel terlihat teralihkan oleh Jonah dan Natalie, "Boong ituma, Nat. Emang, geh, Jonah kan penggemar berat Inem dari pertama masuk sekolah," tambah Daniel berusaha memanaskan suasana hati Natalie.

"Ah, lo gak ngebantuin. Gak tau diri lo, Kudanil. Kalo gue gak ada, gak mungkin Dania mau sama lo," ujarnya.

"Dih, Dania mau sama gue emang karena kerja keras gue sendiri,"  balas Daniel.

"Siapa bilang gue mau sama lo, Dan?" ujarku yang membuat Natalie dan Jonah tertawa puas. Bahkan orang-orang di kantin keheranan dengan pasangan yang satu ini.

Daniel menatapku dengan tatapan kecewa yang di buat-buat, "Selama ini kita apaan, Dan? Kamu jahat, ya, sama aku. Kamu tega?" ujar Daniel mendramatisir keadaan.

Daniel berpura-pura menangis dan memeluk tubuhku. Aku mendorongnya terus-terusan tapi tenaganya tentu lebih besar, "Daniel jijik, ih,"

Daniel diam dan melepaskan pelukannya. Lagi-lagi dia menatapku, "Aku nikahin tau rasa, kamu, ya,"

Duh, jadi inget Corbyn.

"Kalo bukan jodoh, gimana?"

"Kalo iya, gimana?"

"Diem lo berdua. Yang pasti jodoh mah gue sama Natalie," ujar Jonah tiba-tiba yang membuat aku dan Daniel menyorakinya dengan kompak.

Daniel bahkan melemparkan kentangnya pada Jonah. Dasar, ada-ada saja.

Diam-diam aku melihat ke arah Corbyn dan Inem duduk. Pemuda itu juga melihat ke arahku, lalu dia melirik Daniel sekilas, dan mata kami kembali bertemu. Jarak kita lumayan jauh, tapi aku bisa jelas melihat iris mata biru itu. Mata yang aku rindukan. Pemuda itu pun melepaskan kontak mata kami ketika gadis di sebelahnya itu mulai mengajaknya berbicara. Pemuda itu hanya tersenyum tipis pada sang gadis. Aku belum pernah melihatnya tertawa lagi semenjak kejadian pensi.

Apa yang di katakan Jonah waktu itu ada benarnya?

Entahlah, yang jelas aku merindukannya. Amat sangat merindukannya.

"Dania, mereka nyebelin," ujar Daniel yang mengadu padaku, dengan buru-buru aku mengalihkan pandanganku padanya. Daniel terlihat sangat manja padaku. Lalu dia terlihat menyadari sesuatu, "tadi ngeliatin apa?"

"Ah? Nothing,"






**

Hayolo tiba tiba apdet, malem malem lagi AHAH. KURANG BAIK APA COBA NIH DI KASIH APDETANNYA OREO.

TIM DANIEL APA CORBYN NIH?

ah, aing mah udah fix sih sama Zach aja (sorry Kay) lol jk. OK vote sama comment yak tolongggg. makasiiii.

All the love,

-Saraeze.


-Saraeze

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oreo • Corbyn Besson • [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang