"Hey!" ujarku pada seseorang dengan rambut keriting. Dia berbalik badan dan tersenyum, "Jack temennya Daniel, ya?"Pemuda ini terlihat sedikit kaget, "E-eh? Iya. Lo pacarnya Daniel, kan, ya?" tanyanya. Ingin sekali aku menghantam wajahnya saat ini, tapi aku harus tetap stay cool. Aku hanya bertingkah malu-malu saja agar bisa meyakinkannya. Pemuda ini terkekeh, "ada apa?"
Aku melihat Natalie yang memandang kami berdua dengan bingung. Jadi dia sekelas dengan Natalie? Aku kembali melihatnya dengan senyuman, "Mau gabung, gak? Daniel sama Jonah juga ada, kok!" seruku dengan semangat.
"Kok mendadak?"
Aku mengangkat kedua bahuku, "Cuman lagi pengen berteman sama semua temennya Daniel, kok. Gak ada salahnya, 'kan?"
"Nggak, kok. Nggak sama sekali,"
Iyelah ngga ler. Orang lo yang untung. Dasar monyed.
Eh, gak boleh ngomong kasar.
"Yaudah, yuk?" tanyaku dan dia mengangguk, "Nata kita tunggu di kantin, ya!" teriakku pada gadis itu sebelum pergi ke kantin.
Setelah sampai kantin, aku melihat Daniel yang sudah duduk terlebih dahulu di meja tempat kami sering berkumpul. Aku melambaikan tanganku, awalnya ku lihat Daniel yang membalasku dengan senyuman lalu ku lihat wajahnya yang kebingungan setelah melihat Jack di sampingku. Pemuda berambut keriting itu terkekeh, "Dia juga pasti bingung," ujarnya.
"Gue emang gak bilang dia. Yaudah, yuk, kita kesana," ajakku lalu pemuda ini menurut. Aku duduk di samping Daniel dan pemuda itu duduk tepat di hadapan Daniel, "hey, Dan," sapanya.
"J-jack?" tanyanya bingung lalu melirikku dengan tatapan meminta penjelasan.
"Chill, Dan. Dia bilang dia pengen kenal sama temen-temen lo. Bagus juga, kan? Biar hubungan kalian jalannya makin mulus?" ujar Jack.
Daniel menatapku lagi, "Oh, iya, hubungan kita?" ujarnya yang terlihat meminta penjelasan padaku.
"Maaf, ya, Jack. Daniel emang suka linglung akhir-akhir ini," ujarku yang di balas tawaan oleh pemuda bernama Jack Avery ini.
Belum lama kita mengobrol, Natalie datang bersama Jonah. Mereka duduk menghadap ke arah ku dengan Daniel. Dengan Jonah yang duduk di tengah, dia sedikit protektif pada Natalie. Mereka berdua juga menatapku dengan bingung, "Hey, jadi kita sebangku sekarang?" tanya Natalie pada Jack dan pemuda itu hanya mengangguk melirikku.
Sekarang semuanya menatap ke arahku, astaga. Dan sialnya, belum sempat aku berkata apapun, Zach sudah datang dan duduk di sampingku. Ya, aku di tengah-tengah. Pemuda itu tersenyum tanpa rasa bersalah, "Hey," sapanya pada kita semua.
"I'm sorry, what?" tanya Daniel kebingungan.
Zach tahu dia datang terlalu cepat. Aku menatapnya malas sedangkan dia hanya tersenyum. Aku memaksakan senyumanku selagi menatap yang lain, "Gue pengen kenal sama temennya Daniel. Dan gue juga pengen Daniel kenal sama temen-temen gue. Jadi, ya-"
"Sejak kapan lo temenan sama adek kelas?" tanya Jonah dengan curiga.
Aku melihat Jack yang menatap Zach tidak suka. Jelas, dia tahu kalau Zach adalah mantan kekasih dari sepupunya. Aku masih tidak tahu harus menjawab apa, ku lihat Daniel menunduk dan menggelengkan kepalanya. Lalu dia menatapku dan tersenyum, "Kalian gak tau?" tanyanya lalu menatap yang lain, "Dania kan emang temenan sama Zach. Mereka temenan gegara Bu Mulyati,"
"Ha? Bu Mulyati?" tanya Jack kebingungan.
"Iya. Mereka berdua kan panitia prom tahun ini," jawab Daniel yang membuat diriku dan Zach mau tidak mau mengangguk.
"Dania? Yakin jadi panitia lagi?" tanya Jonah, mengingat apa yang terjadi setelah diriku menjadi panitia beberapa waktu lalu.
Aku terdiam. Lalu Daniel memegang tanganku yang membuat diriku menatapnya, "Yakin," ucap Daniel lalu menatap Jonah, "kan gue juga ikut jadi panitia," lanjutnya yang membuat diriku tersenyum.
"Yaudah, sekarang pesen makan! Kalian semua seperti biasa, 'kan?" ujar Jonah yang sepertinya sudah tidak tahan dengan rasa laparnya, "Jack sama Zach mending ikut. Gue gak tau kalian mau makan apa,"
"Ah, gak usah. Gak laper, kok," tolak Zach dengan halus yang membuat Jonah mengangguk lalu pergi begitu saja dengan Jack.
Aku menatap Daniel penuh tanya. Pemuda itu mengangguk, "Kenapa aku bilang prom? Simple, karena disana bakal ada Corbyn sama Inem," jawabnya.
"Tunggu, apa cuman gue yang gak ngerti apa maksud kalian?"
Astaga, baru ingat kalau disini masih ada Natalie.
Gadis itu terlihat berpikir. Lalu dia membuka mulutnya. Dan setelahnya, gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Zach mendekatkan kepalanya ke telingaku, "Dia gak tau?" bisiknya.
"As you can see," jawabku lalu dia mengangguk.
"Daniel, lo yakin tentang ini?" tanya Natalie kepada pemuda di sampingku ini. Aku bahkan hampir lupa tentangnya. Dan yang aku lihat adalah senyumannya. Aku tahu dia kecewa dan sedih. Tapi, senyumannya tidak pernah hilang untukku.
"Apapun buat Dania,"
***
Hey, Oreo balik lagi!
Waduh, gimana kisah Dania sekarang? Terus Daniel gimana nanti? Dania bakal balik lagi sama Corbyn atau malah sama Daniel, ya?
Udah, udah. Baca lagi aja, oke.
Anyway, terimakasih readers ku lope-lope. I really appreciate all of you. Makasih udah mau baca, vote, comment, apalagi sampe story ini masuk ke reading list kalian! Makasih banyak!
Love,
-Saraeze.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oreo • Corbyn Besson • [ COMPLETED ]
Fiksi PenggemarMemang tugasnya Oreo untuk membuat dua menjadi satu. (Book 1)