Aku berjalan keluar dari ruangan itu dengan tanganku yang bergandengan. Dengan siapa? Pemilik tangan ini adalah pemuda berambut pirang. Pemuda yang sangat ku rindukan. Bisa ku lihat di sampingku juga ada Natalie yang memegang tanganku yang lain. Ku tengok Jonah merangku Corbyn dari sampingnya, "Gimana?" tanyanya."Selesai, pokoknya," jawab Corbyn mantap lalu menatapku, "yang penting bisa balik lagi sama yang ini," lanjutnya selagi mencium pipiku dengan lembut.
Aku terkekeh karena hal tersebut. Begitu juga ketiga orang ini. Di jalan aku bertemu dengan Sofia dan Zikri yang melambaikan tangan ke arah kami. Tentu saja ku balas dengan senyuman sehangat mungkin. Lalu tak lama aku melihat Inem dan Zach yang sedang memainkan gitarnya. Masing-masing dari kami memberi high-five pada mereka berdua lalu kembali berjalan ke arah kantin. Daniel sudah menunggu di meja yang biasa kami duduki. Dia terlihat sediki aneh, tapi sepertinya belum ada yang menyadarinya.
Aku duduk di samping Corbyn. Sedangkan di hadapanku ada Daniel. Jonah dan Natalie? Di samping Daniel tentunya. Pemuda bertubuh tinggi itu berdiri kembali, "Pesen seperti biasa? Gue traktir," ujar Jonah.
"Gue gak, deh," ujar Daniel.
"Minum aja, ah," jawabku.
"Sama," tambah Corbyn.
Jonah menatap ke arah Natalie dan gadis itu mengangguk. Dengan cepat Jonah segera pergi menjauh dan mendapatkan semua pesanan kami. Dia duduk di tempatnya kembali dan membagi-bagikan makanan juga minuman di atas meja, "Ini buat gue, ini buat Natalie, Corbyn, Dania, terus Daniel dapet es teh aja, ya. Soalnya gue gak tau harus beliin apa. Abis lo nya bilang nggak doang," ujarnya.
Kami semua menerima pesanan masing-masing lalu menatap ke arah Daniel yang belum bereaksi sama sekali. Dia menunduk lalu menghela nafasnya panjang.
Kenapa dengan pemuda satu ini? Galau?
Jonah menepuk bahunya, "Daniel," panggilnya.
"Ha?" tanya pemuda itu kebingungan. Tuh, kan, kebanyakan bengong. Dia mengangkat kepalanya, "maaf, gak fokus,"
Kami semua terkekeh melihatnya, "Mikirin apa, sih?" tanya Natalie penasaran.
"Mikirin siapa lebih tepatnya," tambah Corbyn yang membuat kami terkekeh lagi. Pemuda berambut pirang ini memberikanku Oreo selagi menatap Daniel, "kalo ada apa-apa cerita. Lo aneh kalo begini, tau," lanjutnya.
Daniel terlihat sedikit berpikir lalu mengangguk, "Gue kayaknya suka sama dia, deh," jawabnya yang membuat kami terbelalak, "apa?" lanjutnya.
Aku menggeleng, "Gila, akhirnya lo nemu cewe laen," ujarku yang bangga terhadapnya. Pemuda di hadapanku ini tersenyum, "siapa, btw? Anak sini juga?" tanyaku lalu dia menganguk.
"Wah, kelas berapa?" tanya seseorang yang tiba-tiba datang. Siapa lagi jika bukan seorang Zachary?
"Alah, tuyul, ngagetin gue aja," ujar Daniel yang menoyor kepalanya.
"Santuy, bang. Gue kan kepo," ujarnya lalu terlihat kembali penasaran, "seriusan, kelas berapa? Apa tipe cewe lo sama kayak gue? Lebih tua gitu cewenya, kayak Inem lebih tua setahun dari gue,"
"Dih, kaga," jawab Daniel dengan tatapan malasnya, "seangkatan, santuy,"
"Wah, Zach, ni anak pasti suka sama si Inem! Basmi aja, sekalian!" tambah Corbyn yang berusaha membuat suasana semakin panas, dasar.
"Gue sukanya sama Lauren, dih!" jawab Daniel dengan cepat dan lantang.
Ya, lantang.
Bahkan satu kantin ini bisa mendengarnya. Semua orang terkaget dan mendadak menjadi hening. Daniel menoyor kepala Zach dan Corbyn lalu mengusap wajahnya kesal. Aku dan Natalie hanya bisa tertawa saja melihat kejadian ini.
Aku menatap bungkus Oreo yang belum sempat ku buka ini. Lalu tiba-tiba semua orang menjadi ricuh saat Lauren memasuki area kantin, astaga, dia pasti bingung. Bisa ku lihat Zach dan Corbyn yang sudah berdiri juga mengangkan kedua tangan mereka, "Happy birthday, Lauren! Happy birthday, Lauren!" nyanyi mereka berdua selagi tepuk tangan. Gerakan mereka di ikuti oleh orang-orang di kantin, "louder!" teriak Zach.
"Happy birthday, happy birthday! Happy birthday, Lauren!" nyanyi mereka semua lalu bertepuk tangan semakin ramai.
Lauren yang kebingungan hanya berjalan cepat menuju kami semua. Ya, iyalah bingung. Gak ada angin, gak ada hujan, malah di nyanyiin ulang tahun.
Padahal ulang tahun Lauren udah kelewat jauh.
Aku melihat Daniel yang sekarang semakin mati gaya. Lalu ku lemparkan bungkus Oreoku. Dia menatapku bingung. Sama dengan Corbyn, Natalie, Jonah, juga Zach. Aku tersenyum, "Dia juga kayaknya suka Oreo," ujarku yang membuat laki-laki itu tersenyum.
"Thanks,"
Setelah itu, Daniel menarik tangan Lauren pergi jauh dari kami bahkan sebelum gadis itu berada di hadapan kami. Kantin menyoraki mereka lagi. Bisa ku lihat Daniel merangkul Lauren sembari mengangkat jari tengahnya pada seisi kantin, membuat kami semua semakin heboh, sedangkan bisa ku pastikan Lauren bingung setengah mati.
"Kenapa Oreo nya kamu kasih?" tanya Corbyn sembari tertawa kecil padaku.
"Tugas Oreo udah selesai buat kita berdua. Sekarang giliran yang lain," jawabku lalu Corbyn memelukku dengan erat dari samping.
**
Hai! Gimana? Seru gak ceritanya? Mohon dukungannya dari kalian melalui vote dan comment ya! Bakal appreciate juga kalo ada di antara kalian yang sampe share tentang cerita ini!
Ganyangka bakal ada yang baca cerita ini, hehe.
Ceritanya gantung di Daniel sama Lauren, nih. Gimana? Sequel?
Hehe, love you all,
-Saraeze.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oreo • Corbyn Besson • [ COMPLETED ]
FanfictionMemang tugasnya Oreo untuk membuat dua menjadi satu. (Book 1)