Aku melihat cerminanku dan memastikan bahwa aku sudah siap. Pakaianku sudah terlihat baik, rambutku juga ku gerai seperti biasanya, dan tentu saja semua barangku sudah berada di dalam ransel. Aku mengambil ponsel ku di atas nakas lalu keluar dari kamarku. Berjalan menuruni tangga, setelah sampai bawah aku bisa melihat keluargaku yang sudah berkumpul sarapan bersama. Aku tersenyum pada mereka, "Pagi," ujarku.Semuanya membalas sapaanku. Aku duduk di sebelah kakak lelakiku lalu mulai mengambil gelas yang sudah berisi susu stroberi. Belum saja aku meminumnya, bel pintu rumah terdengar. Aneh, siapa yang bertamu pagi-pagi seperti ini? Kakak ku berdiri, "Biar Darian aja, kalian lanjut sarapan," ujarnya lalu pergi meninggalkan kami.
Aku meminum susu stroberi ku dan menerima roti dengan selai yang di berikan oleh Mama, "Makasih, Ma," ujarku yang di balas senyuman olehnya.
Kami mendengar suara orang-orang yang berbicara. Dan sekarang bisa terlihat jelas bahwa Darian, kakak ku, berjalan bersama pemuda itu mendekat. Aku menelan rotiku, "Corbyn?" tanyaku.
"Hey," ujarnya tersenyum padaku lalu bersalaman dengan kedua orang tuaku. Darian mempersilahkan dia untuk duduk di sampingku, "terima-kasih. Tapi, gak lama kok,"
"Kalian berdua barengan jadi panitia pensi, ya?" tanya Papa dan aku mengangguk, "oh, sarapan dulu. Biar perutnya gak kosong,"
Pemuda itu menunjukkan senyumnya yang dapat menyejukkan hati, "Buru-buru, Om. Lain kali aja. Saya kesini buat jemput Dania, soalnya kita berdua bener-bener harus pergi," ujarnya.
Aku mengangkat sebelah alisku, "Buru-buru?" tanyaku lalu membuka ponselku. Benar saja, ada dua pesan sms masuk dari Bu Mulyati yang memerintahkan kami berdua mencari barang lainnya untuk dekorasi. Aku memakan rotiku dan meminum susu stroberi tadi sampai habis. Kami berdua kembali berdiri dan berpamitan pada orangtua juga kakakku, "Dania berangkat sama Corbyn, ya!"
"Berangkat dulu, Om, Tante, Kak," ujar Corbyn lalu kami pun keluar dari rumah ini setelah berpamitan.
Kami berlari kecil mendekati motor Corbyn dan kali ini aku memakai helm sendiri. Aku tidak bodoh, aku bisa memakainya sendiri. Tapi, memang dari kemarin aku tidak mengerti kenapa harus Corbyn terus yang memakaikannya padaku. Entahlah, lucu menurutku saat dia memakaikannya padaku. Perlakuan nya padaku membuatku senang, itu kenapa aku membiarkannya. Seperti sekarang, dia mengeluarkan selembar tisu entah dari mana, lalu mengusapkannya pada daerah mulutku, "Minum susu juga belepotan, ih," ujarnya yang hanya ku balas dengan senyuman.
Kami bergegas naik motor tersebut, dan soal tanganku? Sudah memeluk tubuhnya sedari tadi. Aku bahkan sekarang merasa semakin nyaman bersamanya. Tidak terasa, sudah hari ke-5 kami menjadi panitia pensi ini. Dan acaranya akan di laksanakan lusa. Aku harap semuanya berjalan lancar, karena persiapan kami semua sudah maksimal. Lagipula, Corbyn sudah berjuang banyak. Aku tidak mau dia kecewa.
"Dania," panggil nya membuat diriku membalasnya dengan gumaman, "bawa bekel, gak?"
"Nggak, kenapa?" tanyaku.
"Nanti siang beli nasi padang, mau?" ujarnya yang membuatku terkekeh. Aku kira dia mau meminta bekal ku lagi. Bukannya aku tidak mau berbagi makananku, tapi aku benar-benar lupa membawanya hari ini. Aku sedikit berpikir dan menggeleng, "terus maunya apa? Gado-gado, mau? Atau mau nyari soto?"
Aku pun senang setelah mendengar nama makanan yang ku suka, "Gado-gado aja. Tapi, belinya yang di depan SD, ya! Kalo yang depan sekolah kita kurang enak," jawabku.
Corbyn mengangguk mantap, "Siap. Apapun buat Dania Sanjaya," ujarnya yang membuatku tersenyum mendengarnya, "sekarang jangan lepas pegangan nya, ya,"
"Iya. Nggak di lepas,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oreo • Corbyn Besson • [ COMPLETED ]
Fiksi PenggemarMemang tugasnya Oreo untuk membuat dua menjadi satu. (Book 1)