"Nih, seratus persen buatan Daniel Seavey, cowo paling ganteng yang ada disini," ujar pemuda bermata biru cerah itu selagi memberikan empat gelas minuman dengan warna berbeda-beda pada kami. Aku mencoba minumannya dan rasanya enak. Daniel tersenyum bangga, "pasti enak, kan? Seger gue jamin,""Pegawai Starbucks ahli lah buat ginian doang, mah," ujar Corbyn yang membuat kami semua terkekeh.
Baru saja mau membayar, Jack menolak uang kami, "Gak usah, anjir. Kalem, kalem. Duduk aja kalian di kursi yang udah kita sediain," ujarnya.
"Jangan gitu, gak enak dong," jawab Natalie.
"Gak apa-apa. Dari kemaren kan kalian udah kerja mulu ngurusin acara buat kita semua ini," ujar Jack dengan senyumnya yang imut itu.
"Thanks, mate," ujar Corbyn lalu kami semua berterima-kasih dan duduk di kursi yang ada di depan booth ini.
Kami semua menengok ke arah panggung karena teriakan orang-orang. Oh, ternyata adik kelas kami yang fenomenal itu akan tampil. Aku menyatukan kedua alisku, "Siapa namanya? Aku lupa, bean," ujarku pada Corbyn.
"Ih, ini pacarnya si Inem itu, 'kan?" ujar Jonah yang di balas anggukan oleh Corbyn, "iya, ih, anjir siapa namanya? Gue lupa, aduh,"
"Tau, lupa gue. Pokoknya gue pernah bilang ke Dania kalo dia cem babi,"
Natalie pun menyemburkan sedikit minumannya melalui hidung akibat mendengarkan perkataan Corbyn. Jonah langsung menolongnya sedangkan diriku dengan Corbyn tak kuat menahan tawa kami. Natalie mengipasi hidung menggunakan tangannya sendiri. Jonah mengelap air di daerah wajah Natalie dengan tisu yang ada di atas meja, "Kenapa, si, Nat? Panas idungnya, pasti. Aku cari kipas, mau?"
Natalie menggeleng lalu menatap Corbyn yang baru berhenti tertawa bersamaku, "Setan, lo, Corbyn. Itu si Zach. Masa cute banget gitu di bilang kek babi, sih? Jahat, sumpah. Idung gue panas, nih, jadinya. Mana ada rasa green tea nya gitu," ujarnya yang membuat diriku dengan Corbyn lagi-lagi tertawa.
"Udah, udah. Dia mau tampil. Sekarang diem dulu. Pengen denger suara pacarnya si Inem," ujarku dan akhirnya kami memutuskan untuk menonton pemuda itu bernyanyi.
Baru saja dia mengeluarkan suaranya, gadis-gadis disini sudah gelisah tak karuan. Termasuk diriku dan Natalie. Suaranya sangat bagus! Dia menyanyikan lagu Night Changes dengan sangat baik. Pantas saja perempuan secantik Inem mau menjadi pacarnya. Ya, keduanya sudah berpacaran lagi. Beritanya tersebar dimana-mana. Wajar saja, Inem adalah salah satu gadis paling cantik di angkatanku. Boleh juga, Inem. Bisa ku jamin hidupnya bahagia mendengar suara pacarnya yang sangat indah ini sehari-hari. Astaga, aku bisa-bisa meleleh walaupun hanya mendengarkan dan melihat dari jauh.
"Ah, paan, gak bagus suaranya. Udah, yuk, pergi," ajak Corbyn yang tiba-tiba menarik tanganku.
"Suaranya kek minion, aneh," tambah Jonah.
"Kalau sirik gak usah hina, dong," ujar Natalie yang di setujui olehku.
Kami akhirnya berdiri membawa minuman masing-masing setelah Corbyn dan Jonah berteriak pamit pada Jack dan Daniel. Aku tidak bisa protes apa-apa begitu juga Natalie. Ya, mungkin kami senang mendengar suara indah Zach. Tapi, bukan berarti kami akan sengaja membiarkan Corbyn dan Jonah. Kami pun berpisah karena Jonah dan Natalie mempunyai urusan yang lain. Akhirnya, Corbyn membawaku ke arah taman sekolah yang sekarang tidak terlalu ramai.
"Kamu suka cowo yang jago nyanyi?" tanya Corbyn yang membuat diriku tertawa mendengarkannya. Yang benar saja? Apa ini masih berhubungan dengan adik kelas tadi? Ada-ada saja. Corbyn terlihat serius dan memanyunkan bibirnya, "seriusan, ih. Aku nanya ini. Kamu suka cowo yang jago nyanyi?"
Aku mengerdikkan bahuku, "Gak tau. Aku gak punya tipe-tipe gitu, sih. Lagian, apa coba mendadak banget pertanyaannya," ujarku. Corbyn menunduk sembari berjalan, terlihat sedang berpikir. Ya, ampun, ada apa dengannya? Aku tidak suka melihatnya begini. Membuat diriku memegang bahunya, "bean?"
Dia menengok dan tersenyum, "Sekarang kita balik lagi aja, yuk. Takutnya di cariin," ujarnya yang lalu berjalan duluan pergi begitu saja.
Seriusan? Dia berjalan terlebih dahulu meninggalkanku di belakang? Yang benar saja.
Dia marah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Oreo • Corbyn Besson • [ COMPLETED ]
Fiksi PenggemarMemang tugasnya Oreo untuk membuat dua menjadi satu. (Book 1)