Selamat membaca ^^
*****
Lula berjalan ke rumah Arga sambil bersungut-sungut. Ini baru pukul delapan, tapi cowok itu sudah heboh menelepon dirinya Lula berkali-kali, mengingatkan tentang hukuman. Dalam hati, Lula pun tak henti menyerapahi sahabatnya yang kejam karena menghancurkan hari liburnya.
"Arga! Buka pintunya!" Tanpa sopan santun, Lula berteriak sekaligus meluapkan kekesalannya.
Seorang cowok dengan kaus hitam dan celana training hitam berdiri di tengah pintu dengan seringaian di bibirnya. "Udah siap dengan tugas lo?" tanyanya.
Lula mendengkus sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Kalo nggak siap pun, lo tetep maksa, dasar Arga nyebelin!"
Arga mengernyit, tapi bibirnya tetap menyeringai. Ia berjalan mendekat ke arah Lula. Tangan kanannya meraih tengkuk cewek berkaus merah muda dan celana jeans selutut di hadapannya hingga jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa senti. "Lo yang mulai permainan ini, jadi jangan salahin gue kalo kasih hukuman karena permainan lo itu jelas jelek banget. Makanya jangan pernah main-main sama Arga."
Setelah mengatakan hal itu, Arga menjauhkan tubuhnya dari Lula. "Tugas pertama lo, bikinin gue sarapan. Buruan." Arga berbalik meninggalkan Lula yang mematung merasakan debaran jantung yang menggila.
***
Lula terus menggerutu ketika Arga dengan sengaja membuang bungkus makanan ringan di sembarang tempat. Cowok tersebut tengah asik bermain ponsel, tetapi bibirnya tak henti menyuruh Lula melakukan ini-itu.
"Dasar demit!" kutuk Lula dengan suara pelan agar tidak didengar oleh Arga.
Suara pintu diketuk membuat keduanya yang berada di ruang tamu menoleh seketika. Dengan gerakan kepala, Arga menyuruh Lula untuk membuka dan melihat siapa yang datang. Cowok yang berbaring di sofa itu terkikik geli melihat ekspresi jengkel dari Lula. Rasanya Arga gemas ingin mencubit pipi tembam sahabatnya, tapi tak pernah terlaksana.
"Ga, tuh, dicariin Syana," ketus Lula.
"Oh iya. Yaudah, gue keluar dulu. Lo nggak boleh ke mana-mana. Beresin kamar gue." Arga memasukkan ponselnya dalam kantung tanpa peduli dengan gerutuan Lula.
***
Sebuah toko kado yang menjual berbagai macam perlengkapan ulang tahun, juga beberapa macam barang yang bisa dijadikan kado menjadi tempat keberadaan Arga dan Syana kali ini. Arga sibuk memilih kado, sedangkan Syana mencari perlengkapan ulang tahun.
Seusai mendapatkan apa yang mereka mau, keduanya memutuskan untuk mengisi perut di salah satu kedai sebelah toko. Hari ini merupakan ulang tahun Lula, mereka merencanakan kejutan untuk gadis itu.
"Hei."
Dua orang yang duduk berhadapan itu menoleh ke sumber suara yang menyapa mereka. Orang yang juga ikut andil dalam rencana ini akhirnya datang.
"Lama banget," komentar Arga.
"Ya maaf, sih. Gue sibuk." Delvin memilih duduk di samping Syana.
"Kak Delvin sok sibuk, deh. Hari libur juga sok banyak kegiatan, paling juga tidur di rumah."
Delvin tergelak, tangannya mengacak rambut Syana hingga membuat gadis itu mengomel. "Tau aja kebiasaan gue."
"Duh, tolong, ya, ini ada jomlo di sini. Berasa dunia milik berdua aja," cecar Arga.
"Makanya, buruan diresmiin, tuh, si Lula."
Arga menatap Delvin geram. "Lo pikir gedung, pake diresmiin segala."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Asmara [Complete]
Fiksi Remaja[SEGERA TERBIT] --- "Sebenernya hubungan kita ini apa, sih, Ga?" "Sahabat, kan?" "Kalo cuma sahabat, kenapa lo peduli banget sama gue? Apalagi belakangan ini sikap lo nggak terlalu nyebelin, malah kadang perhatian gitu. Bener kita sahabatan aja?" ...