Tangannya gemetar.
Air matanya jatuh tak terbendung.
Akal sehatnya mendadak lebur bersatu dengan suara tangisan Jimin yang kian mengeras.
Tongkat itu lepas begitu saja dari genggaman nya.
Jeon Hyena tak kuasa menahan kekhawatirannya kala melihat putra kebanggaannya jatuh tak sadarkan diri akibat ulahnya sendiri. Belum lagi saat ia mengingat seberapa keras pukulan itu yang harusnya ia layangkan untuk Jimin.
Hyena bertetiak histeris menyerukan nama Jungkook. Ia mendorong kasar tubuh Jimin yang juga menangis dengan posisi tertindih tubuh Jungkook.
Inha hanya dapat mematung diambang pintu, menyaksikan bagaimana wanita itu tampak menggila memaki Jimin yang tak salah apapun. Punya hak apa dia untuk mencampuri urusan tuannya tanpa perintah? Walau kini hatinya terasa hancur melihat Jimin yang meraung menggoyang goyangkan tangan sang adik namun malah lagi lagi tamparan yang ia dapat.
Jungkook masih beruntung karena ada Hyena sebagai ibunya. Tapi Jimin? Bahkan ia lupa kapan terakhir kali Jimin mendapatkan kecupan sang ibu.
Saat ini dimata Inha, Hyena bahkan tak lebih waras dari orang gila. Wanita itu terus meraung memaki Jimin sambil terus memanggil manggil nama Jungkook yang jelas tidak akan didengar nya.Inha tersentak ketika sang majikan tiba tiba bersuara padanya
"Bibi Inha! Panggil Hoseok cepat! Suruh dia bawa Jungkook kekamar, hiks..,""I-iya nyonya" segeralah Inha memanggil Hoseok, supir pribadi keluarga Jeon.
.
.
Hyena terus terusan mengelus lembut surai arang sang putra selagi dokter memeriksa keadaannya. Tak pernah tautan itu terlepas barang sedetikpun walau dokter masih perlu memeriksa putranya.
"Kondisi Jungkook tak begitu parah, jadi jangan khawatir. Tapi bila saat bangun nanti ada anggota gerak yang tidak berfungsi, imo bisa langsung membawanya ke rumah sakit" jelas dokter itu yang diketahui bernama Kim Seokjin, dokter kepercayaan Hyena sekaligus anak tunggal dari kakak iparnya.
"Ta-tapi Jungkook baik baik saja, kan? Kapan dia akan bangun?"
"Tak ada yang perlu dicemaskan. Dan jika saya tidak salah perkiraan, sebentar lagi Jungkook akan sadar" begitulah cara bicara Kim Seokjin pada Hyena. Sekalipun mereka masih keluarga, namun Seokjin seperti memberi batasan pada imo nya sendiri.
Hyena mengangguk paham. Namun gurat kekhawatiran tidak juga luput dari wajahnya
"Kalau begitu, saya permisi. Ada banyak hal yang harus saya urus dirumah sakit" pamit Seokjin sambil membereskan alat alat kedokteran nya.
"Ah iya... Maaf mengganggu waktu mu, Jin-ah"
Seokjin terdiam, namun sesaat kemudian ia kembali memasang senyum manisnya
"Saya permisi".
Ia langkahkan kakinya keluar dari kamar. Begitu kaget ketika melihat seorang pemuda yang ia kenal berdiri sambil menggigit jari didepan kamar Jungkook.
Wajah manis itu terhalang oleh air mata dan beberapa bekas lebam. Seketika membuat hati Seokjin tercubit.
"Jiminie kenapa tidak masuk?" ucapnya lembut dan Jimin hanya membalas dengan gelengan kepala seperti orang ketakutan. Seokjin tau, Jimin masih belum terbiasa berinteraksi dengan orang asing, apalagi mengingat dirinya yang memang jarang berkunjung ke mansion. Sekalipun datang, Seokjin jarang dapat bertemu dengan Jimin. Karena itu, tak heran kalau Jimin memandangnya sebagai orang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] CASSIOPEIA || Brothership
Fanfiction(END) Layaknya berlian di angkasa luar Dialah sang pangeran yang selalu indahkan kelamnya malam Si surai kecoklatan yang sarat akan kasih sayang Sembunyikan kekurangan dibalik sebuah senyuman Dia yang hantarkan senja menuju petang Sosok lembut yang...