15. Let Me Know

3.4K 392 29
                                    

Double update nih
Hwhwhwhw 😂👇











Seingat Jimin, selama dirinya hidup, ia paling benci dengan yang namanya rahasia. Jimin tidak suka menerka-nerka, apalagi sampai bermain kata seperti yang tengah Seokjin lakukan saat ini.

Beberapa saat yang lalu mereka berdua sampai di rumah. Suasana berbalik. Jimin yang tadinya di mobil hanya diam, kali ini langsung menyambar Seokjin dengan berbagai pertanyaan, namun yang terjadi adalah si dokter muda yang mengalihkan pembicaraan.

Ditengah perbincangan mereka yang tak kunjung menemukan titik terang, Jimin memekik kesal.
"Hyung...!"

"Ayolah, Jimin, tidak ada yang perlu dibahas lagi. Wanita tadi mungkin salah orang" balas Seokjin sambil menuangkan dua gelas susu dingin ke dalam gelas. Satu untuknya dan satu untuk Jimin.

"Salah orang tapi dia bisa mengetahui namaku? Wah! Kebetulan macam apa ini" bersedekap dada sembari mendengus tak percaya, Jimin mengamati pergerakan Seokjin yang berjalan kearahnya kemudian memberikan segelas susu dingin untuknya.

"Lalu kau ingin jawaban yang seperti apa, heum? Jika aku bilang dia adalah ibumu apa kau percaya?" sebenarnya kalimat ini hanya sebagai pengalih, sebab Seokjin tahu betul bagaimana sifat Jimin.

Kali ini giliran Jimin yang bungkam. Setahunya, ia hanya memiliki satu orang ibu yang saat ini tengah berada di Helsinki guna menikmati masa tuanya. Selebihnya, Jimin tidak ingat memiliki ibu yang lain. Memangnya ada?

"Sudah, tidak usah dipikirkan. Minum ini lalu mandilah. Hyung tunggu di ruang makan nanti malam" Seokjin mengusak helai rambut Jimin sebelum berbalik dna pergi. Dan sahutan Jimin dibelakamgnya berhasil membuatnya berhenti.

"Hyung, jangan menutupi apapun. Aku paling tidak suka dibohongi" dingin dan dengan aura yang berbeda. Seokjin tahu betul jika Jimin benar-benar serius kali ini.

Ditengah tubuhnya yang mendadak kaku, Seokjin masih dapat melihat adiknya berjalan melewatinya dan masuk kedalam kamar dengan pintu yang sedikit dibanting. Dokter muda itu memejamkan mata seraya memijit pangkal hidunya guna meredakan pening yang melanda.

.

Melepas segala penat di dalam kamarnya yang bernuansa putih dan warna cerah baby blue, Jimin merebahkan dirinya di kasur besarnya. Ia mengambil ponsel, berniat membuka hal yang sekiranya bisa menghibur. Namun, gambar pada layar kunci berhasil membuat ia terdiam. Jimin mendudukkan dirinya, tidak jadi membuka game yang ingin ia mainkan sebelumnya, dan malah beralih dengan membuka galeri ponsel. Ada banyak foto yang ia ambil bersama Jungkook tadi, salah satunya ia jadikan sebagai lockscreen.

Sudut bibir Jimin terangkat. Seulas senyum ia sunggingkan setelah hatinya yang kesal kini padam. Sebuah nama ia gumamkan. Mendadak saja Jimin rindu pada sosok manis yang telah mencuri perhatiannya beberapa hari ini.

"Jungkookie..." lirihnya disela senyuman ringan.

Tiba-tiba, sekelebat bayangan samar lewat di kepalanya, diiringi dengan suara dua orang anak laki-laki yang terdengar familiar. Jimin tidak bisa melihat apapun, hanya bayangan kelabu buram yang tak mampu ia tafsirkan. Kepalanya sakit, bagai terjepit di sela bebatuan.

_

"Hyung, berjanjilah untuk tetap bersama ku"

"Hyung janji. Nanti kalau kata Taetae terapinya sudah selesai, giliran hyung yang menjaga adik, ya"

_


Jimin tak tahu suara ini. Mengapa bisa terasa hangat di telinganya? Dan mengapa pula saat ini ia tak bisa memikirkan apapun. Tapi yang jelas, ada kerinduan yang membuncah, entah untuk siapa dan karena apa. Ia menangis, menjambak rambutnya sendiri, berusaha mencari tahu suara siapa itu sebenarnya, apakah ia memiliki sisi lain di masa lalu? Ataukah jati dirinya dahulu kini disembunyikan? Jimin nyaris berteriak seiring telinganya yang kian berdengung. Masih ingin mencaritahu, namun ia tak mampu, sebab semakin ia memaksa, semakin sakit rasanya.

[✔] CASSIOPEIA || Brothership Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang