Tentang dunia dan segala isinya, Jeon Jungkook tak pernah tahu alasan Tuhan memilihnya untuk bertahan dibandingan ratusan insan yang juga hilang tujuan. Tak ada harapan. Dan cenderung membatasi diri dari dunia luar.
Bohong jika dirinya berkata akan tetap tertawa meskipun tak ada sang kakak di sampingnya. Nyatanya, hati itu masih tetap sama, hati yang tak bisa berada jauh terlalu lama dari yang tercinta. Muara kasihnya. Pusat dari segala rotasi kehidupan yang tak tergantikan. Jungkook tetap hidup, berkat sang kakak yang memberi warna pada rangkaian kelabu hidupnya.
Ia begitu merindukan Jimin, baik dulu, kini, maupun nanti, rasanya akan sama, sesak dan ingin mengakhiri diri. Tapi Jungkook sadar, bahwa yang dinanti bukan hanya Jimin seorang, melainkan juga dirinya yang seolah tersesat tak ada harapan.
Akhir-akhir ini Jungkook lebih memilih menjalankan banyak kegiatan dikampus dibandingkan berdiam diri dirumah. Beban pikiran yang menggunung ditambah dengan berbagai tuntutan tugas kuliah, sukses membuatnya berada diambang batas lelah. Pemuda itu terlalu memfosfir diri dengan hari-hari formal di kampus, tujuannya demi mendapat hiburan. Konyol memang, bahkan terkadang teman sekelasnya bepikir mengapa Jungkook maniak sekali dengan berbagai kegiatan dan sangat anti dengan rasa bosan berkepanjangan.
Seperti pagi ini. Belum sempat pemuda manis itu menyentuh pintu kelasnya, ia merasakan nyeri luar biasa di rongga dada, mendera bagai menghimpit paru-paru nya yang minim udara. Puncaknya adalah ketika dirinya mendapat informasi jika dosen yang mengajar hari ini mendadak ambil cuti. Jadi, ia meninggalkan kelas begitu saja tanpa kata sehingga sebagian temannya memandangnya heran. Beberapa saling pandang, kemudian salah satu ada yang menyusul si manis yang ternyata pergi ke kamar mandi yang kebetulan terlampau lenggang.
Jungkook mengunci salah satu bilik kamar mandi dan segera membuka ponselnya mencari kontak Taehyung untuk ia hubungi. Salah satu tangannya ia gunakan untuk memukul pelan belah dada kiri dimana sakit itu berasal dengan maksud agar sakitnya mereda, namun yang terjadi hanyalah ia yang semakin kehilangan daya.
Air mata Jungkook sudah keluar karena nyeri yang tak tertahankan. Ia mencoba menormalkan laju pernapasan nya ketika panggilan tersambung. Ada secercah harapan dibalik manik berairnya.
"Jungkook? Ada apa?" suara Taehyung dari seberang sana seolah menjadi pelita untuknya. Seperti biasa, Taehyung memang selalu cepat tanggap demi dirinya yang kadang memang merepotkan.
Dengan sisa tenaga, Jungkook bersusah payah mengucap kata.
"Kak Taehyung.., tolong aku" setelahnya, Jungkook tak dapat lagi menahan ponsel itu agar tetap ia genggam. Benda kotak itu meluncur bebas ke lantai bersamaan dengan ia mendengar suara seseorang yang masuk ke dalam kamar mandi.Rintihan itu terpaksa ia tahan. Tangannya mencengkeram bagian dada yang rasanya seperti dipukul dengan palu panas. Tak bisa Jungkook jelaskan, yang jelas ia tersiksa sekarang, lantaran tak ada angin tak ada hujan, ruas dadanya seolah tertikam.
Jungkook semakin tak tenang ketika pintu bilik kamar mandi yang ia tempati diketuk panik oleh seseorang dari luar sana.
"Jungkook?! Kau di dalam? Jawab aku!" pemuda itu, Kim Younghoon, kawan baik Jungkook.
Jungkook sedikit merutuk, kenapa ada salah satu teman yang menyusulnya kemari? Ia bukan gadis perawan yang harus dikawal sana sini, bukan? Begitu batinnya.
"Kalau kau tidak menjawab, akan ku dobrak pintunya" ancam Younghoon sudah ambil ancang-ancang untuk menendang.
"Kembali lah ke kelas, Younghoon, aku hanya buang air" dari dalam sana Jungkook menyahut lirih.
"Buang air sampai merintih begitu? Jangan bohong. Kau kira aku tak tahu? Kau sakit? Keluarlah, Jungkook, biar aku mengantar mu ke ruang kesehatan"
"Diare! Aku terlalu banyak makan rujak. Sudahlah, jangan cemaskan aku" meski berujar demikian, Younghoon malah semakin panik ketika mendengar lagi suara rintihan tertahan Jungkook dari dalam sana. Ia pikir ini adalah yang terbaik, terlebih ia paham betul bahwa manusia kelewat imut itu tengah bebrohong. Jadi, Younghoon mendobrak pintu bilik kamar mandi demi menyelamatkan Jungkook yang semakin tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] CASSIOPEIA || Brothership
أدب الهواة(END) Layaknya berlian di angkasa luar Dialah sang pangeran yang selalu indahkan kelamnya malam Si surai kecoklatan yang sarat akan kasih sayang Sembunyikan kekurangan dibalik sebuah senyuman Dia yang hantarkan senja menuju petang Sosok lembut yang...