Berlari tertatih, berusaha mengimbangi sesak di dada lantaran dinginnya cuaca berlawanan dengan panas tubuhnya yang tak bisa dikatakan normal. Air mata beserta keringat itu menjadi perlambang emosi yang tak karuan didalam hatinya, sesekali ia berteriak kencang guna meluapkan segala amarahnya.
Jeon Jungkook memutuskan untuk pergi ke Villa miliknya dengan berlari setelah beberapa saat menaiki taxi dan mendapati jalanan Seoul yang sedang tak bersahabat dengannya. Memang jaraknya sudah tak begitu jauh, namun kondisi tubuhnya yang tak bisa bisa dikatakan baik cukup menguras banyak energi untuk pagi ini.
Dimana seharusnya ia beristirahat untuk memulihkan diri malah keluyuran berbekal emosi. Tak jarang dirinya terjatuh bahkan membuat lututnya terluka. Dirinya terengah-engah ketika telah sampai di gerbang megah Villa itu.
Sang ibunda memang tidak memberitahu kemana ia membawa Jimin pergi, namun Jungkook sudah tahu pasti bahwa wanita itu akan membawa sang kakak kemari. Ia sudah hafal betul bagaimana perangai ibunya ini.
Menghela nafas panjang sembari menormalkan laju pernapasan nya, Jungkook kemudian melangkah masuk ke halaman Villa dan langsung disambut oleh beberapa pria yang tak lagi asing untuknya.
Pemuda manis itu melirik tajam kearah dua anak buah ibunya yang menghalangi jalannya masuk.
Salah satu dari pria berbadan kekar itu membungkuk hormat kepada Jungkook
"Maaf tuan muda, anda belum diperbolehkan untuk bertemu dengan nyonya" ucapnya segan."Jangan halangi aku"
"Sekali lagi maaf tuan muda, tapi-..."
"Aku bilang minggir!!"
Bugh!
Satu pukulan melayang bebas menghantam pipi anak buah Hyena hingga meninggalkan bekas yang menyakitkan, lantas Jungkook melenggang masuk begitu saja meninggalkan kedua anak buah ibunya yang berusaha menghentikan langkahnya.
"EOMMA!!" teriaknya kalap ketika mendapati Hyena duduk manis di sofa sedangkan kakaknya terus terisak dilantai dengan satu pria berpakaian formal di belakangnya.
Jimin tentu ketakutan, dan ketakutan Jimin adalah sumber kemarahan Jungkook saat ini.
"Kau sudah datang sayang? Apa keputusan mu?" tanya Hyena seraya berdiri mendekat pada Jimin yang semakit beringsut. Memang kedengarannya lembut, namun hal itu begitu memuakkan bagi Jungkook.
Tangannya terkepal marah.
"Sebenarnya apa maumu?" geram Jungkook berusaha menahan dirinya agar tidak emosi."Bukankah sudah jelas? Turuti kemauan eomma dan akan kulepaskan kakakmu. Atau-..." Hyena mengambil sebuah pistol dari anak buahnya dan mengarahkannya tepat di kepala Jimin.
"...-ingin melihat peluru ini menembus kepala anak ini?"Hyena gila. Wanita itu tidak waras. Ketamakan akan dunia mengambil alih sisi warasnya seketika.
"Hiks.., Jungkookie..." lirih Jimin memandang Jungkook dengan tatapan sarat akan ketakutan.
Amarah Jungkook sudah kepalang bukan main. Lantas dengan gerakan cepat, anak itu merampas salah satu pistol milik anak buah ibunya yang berjaga dibelakangnya sejak tadi. Tindakan Jungkook membuat mata semua orang membola terkejut-
DOR!
-lalu mereka lebih terkejut lagi saat pemuda itu menembakkan sebuah peluru ke langit-langit ruangan tanpa ragu hingga membuat ornamen yang terbuat dari rangkaian kayu itu jatuh dan menimpa dirinya.
"JUNGKOOK!"
Semua terjadi dalam sekejap, lalu Jungkook kembali mengarahkan ujung pistol itu ke kepalanya yang telah terluka dan mengeluarkan darah yang cukup banyak akibat tertimpa runtuhan itu. Bukan hanya kepala, lengan, punggung, dan beberapa bagian tubuhnya juga ikut terluka mengeluarkan darah, namun Jungkook tak peduli walau pening dan sakit mulai menggila menggerogoti tiap inci tubuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] CASSIOPEIA || Brothership
Fanfiction(END) Layaknya berlian di angkasa luar Dialah sang pangeran yang selalu indahkan kelamnya malam Si surai kecoklatan yang sarat akan kasih sayang Sembunyikan kekurangan dibalik sebuah senyuman Dia yang hantarkan senja menuju petang Sosok lembut yang...