18. Kartala

3.9K 437 115
                                    

Hari yang sangat melelahkan, dan menyebalkan pula untuk Jimin. Disaat banyak anak seni yang datang ke rumah duka demi memberikan penghormatan terakhir untuk kedua orang tua si dosen muda, Jimin justru tidak bisa hadir dikarenakan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa, terlebih ini adalah tugas perdananya sebagai mahasiswa baru di kampus itu. Bukannya pasrah begitu saja, namun Jimin tetapi sempat meminta izin pada dosennya yang saat itu tengah mengajar, hanya saja ditolak. Satu penolakan dan Jimin tak lagi berani untuk membantah.

Laki-laki itu terus menggerutu sepanjang jalan pulang. Tidak ada kabar dari Jungkook apalagi Taehyung, dan kakaknya pun juga ikut-ikutan hilang kontak, ia akhirnya pulang sendiri menggunakan angkutan umum dan untungnya selamat sampai rumah.

.

Seokjin membuka pintu utama beberapa saat setelah Jimin selesai membersihkan diri. Pria yang berprofesi sebagai dokter itu masuk dan langsung disuguhi dengan wajah masam Jimin.

"Kau buang kemana ponsel mu, hyung?" tanya yang lebih muda dengan nada menyindir.

Ditempatnya berdiri, Seokjin tersenyum kikuk lantas mencoba untuk menetralisir rasa gugup yang tiba-tiba melanda.
"Itu... Maaf, aku sengaja mematikan ponsel selama dirumah duka. Lihat ini, ponselnya bahkan masih mati, aku lupa menghidupkannya" pria itu merogoh tas kemudian mengeluarkan sebuah benda persegi yang sejak tadi jadi bahan perbincangan.

Beruntung Jimin itu orang yang budiman, jadi ia bisa dengan mudah memberi maaf dan memaklumi keteledoran kakaknya ini. Menghela napas, Jimin kemudian berbicara.
"Lain kali, hal-hal seperti ini harusnya kau perhatikan, hyung. Bukan apa-apa, kadang ada saat dimana aku mengkhawatirkan mu. Mendengar suaramu setiap hari sudah lebih dari cukup"

Seokjin terhenyak, tidak menyangka Jimin akan jadi selembut ini. Mungkin beberapa hari bergaul dengan Jungkook efeknya bisa membuat pemuda itu menjadi lebih manis.

"Ah~ Jiminie..." Seokjin membawa Jimin dalam pelukan singkatnya sembari mengusak gemas surai cokelat tua anak itu.

"Bagaimana tadi keadaan di rumah duka? Kim ssaem baik?"

"Tidak" baru saja Jimin ingin menunjukkan ke khawatirannya atas balasan Seokjin, namun dokter muda itu lebih dulu menyahut.
"Dia dirumah sakit. Tapi kakaknya dan Jungkook berada di rumah duka seharian ini"

Perihal Seokjin yang mengenal keluarga Kim tidak menjadi hal yang mencurigakan untuk Jimin, karena beberapa hari yang lalu Seokjin sendiri bercerita padanya mengenai hubungan saudara antara dirinya, Taehyung, Namjoon, dan Jungkook, tanpa menyertakan fakta siapa sebenarnya Jimin itu sendiri. Meski begitu, sebenarnya ada beberapa hal mengganjal dalam benak Jimin mengenai hubungan sebuah keluarga, termasuk alasan mengenai kenapa marga mereka berbeda. Setiap bertanya, Seokjin akan selalu menjawab karena ayah mereka berbeda, dan ayah Jimin telah meninggal lebih dulu. Awalnya Jimin percaya saja, tetapi setelah bertemu dengan Jungkook, ditambah fakta tentang hubungan darah mereka, Jimin makin yakin bahwa ada yang disembunyikan disini.

"Hyung, besok aku akan pergi ke acara kremasi bersama Jungkook. Aku boleh membawa mobil, ya?" pinta Jimin memohon. Jungkook memang memintanya datang, dan ia tentu tak punya alasan untuk menolak, lagipula anggap saja ini sebagai ganti sebab tak datang kerumah duka hari ini.

"Baiklah, tapi hati-hati. Kau membawa anak orang, Jimin, pastikan kalau dia pulang dengan selamat"

"Astaga.. Iyaa..."


.....


Berdiri menghadap abu kedua orang tuanya setelah proses kremasi yang panjang dan melelahkan ternyata cukup menguras emosi Taehyung. Pemuda itu tak henti-hentinya menangis tertahan kala mengingat fakta bahwa kedua orangtua nya telah tiada, bahkan diwaktu yang bersamaan. Anak mana yang tidak terpukul jika mendapati kejadian seperti ini? Taehyung adalah salah satu dari sekian banyak anak yang seperti itu. Dia salah satu dari sekian banyak anak yang tak sempat berbakti pada orang tuanya, anak keras kepala dan selalu bertindak sesuai keinginannya sendiri. Taehyung tak pernah tahu bahwa penyesalan akan semenyakitkan ini. Tak pernah tahu, dan tak ingin tahu. Namun nyatanya hal ini harus ia rasakan sekarang. Penyesalan tak berdasar yang membuatnya bagai terperosok ke palung paling dalam. Harusnya Taehyung tahu, maka ia akan melakukan lebih banyak hal berarti bersama mereka. Dia seharusnya tidak terlambat jika bisa menyadarinya lebih awal.

[✔] CASSIOPEIA || Brothership Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang