Jeon Hyena, ibu dari dua orang anak itu dilanda frustrasi sejak sang putra memutuskan untuk pergi dari rumah, meninggalkannya dengan tumpukan kata yang sarat akan kesal dan khawatir. Bagaimanapun juga dirinya adalah seorang ibu yang tidak ingin anaknya terluka. Berulang kali ia menghubungi Jungkook namun tak ada balasan sama sekali, ponsel anak itu mati sejak kemarin entah karena apa.
Hyena mendengus kesal, berpikir sebenarnya seberapa besar pengaruh Jimin bagi Jungkook? Dan apa yang membuat Jungkook begitu menyayangi Jimin melebihi dirinya sendiri?
Memang seharusnya kita membalikkan pertanyaan itu menjadi, 'sebenarnya apa yang membuat Hyena begitu membenci putra sulungnya sendiri?'
Jimin tidak salah, lalu kenapa ia diperlakukan tidak adil hanya karena sebuah kekurangan yang tak berarti dibandingkan ketulusan yang ia miliki? Jika hanya karena obsesi, bukankah dunia ini sudah benar benar gila?
Ya, katakanlah Hyena gila, wanita angkuh yang hanya peduli tentang harta dan martabatnya sebagai orang berada. Dunia yang kejam membuat wanita itu menjelma menjadi iblis tak berperasaan.
Masih ditempat yang sama seperti beberapa saat yang lalu, Hyena dalam pikiran yang berkecamuk di ruang tamu.
"Apa yang anak itu pikirkan sebenarnya? Bukankah ini sudah keterlaluan, Jeon Jungkook? Kau melawan ibumu sendiri lalu tega membuatku merana seperti ini" Hyena dengan dress hitam berkilaunya mendudukkan diri secara kasar pada sofa empuk ruang tamu."Apa yang akan dikatakan orang-orang nanti jika tahu bagaimana keadaanmu sekarang. Semoga saja kau tidak mempermalukan ibumu, Jungkook"
Hyena mengutak atik ponsel pintarnya berniat menghubungi seseorang. Seorang ajudan yang telah lama mengabdi padanya.
"Kau cari tahu keberadaan Jungkook dan bocah gila itu, lalu kabari aku" ucapnya. Wanita itu kembali meletakkan ponselnya kedalam tas, kemudian bergegas mengambil kunci mobil untuk pergi ke kantor.***
Jeon Jungkook mulai menjalani hidupnya yang berat namun menyenangkan. Bekerja di cafe memang melelahkan, tapi bisa membuatnya bahagia. Dirinya tidak perlu khawatir lagi mengenai perihal sang kakak, karena Taehyung dengan senang hati menawarkan diri untuk menjadi teman Jimin, kebetulan juga dirinya tidak sibuk untuk saat ini.
Jungkook akan berangkat pagi-pagi sekali ke cafe, sekedar membersihkan atau menatap meja dan kursi, lalu pergi sekolah dan kembali lagi ke cafe pada sore harinya, dia baru bisa pulang ketika cafe sudah tutup. Walau sebenarnya baik Taehyung maupun pemilik cafe menentang keras apa yang Jungkook lakukan, terlebih anak itu masih dibawah umur, namun Jungkook sungguh keras kepala, dan mereka juga sebenarnya tidak menyangka bahwa anak itu adalah sosok pekerja keras. Mereka kira Jungkook akan manja karena terbiasa hidup dalam gelimang harta, ternyata mereka total salah persepsi.
"Kak Namjoon, apa sekarang sudah saatnya menutup cafe?" tanya Jungkook pada pemilik cafe, yang tak lain adalah kakak dari Kim Taehyung.
Pria yang dipanggil Namjoon berhenti dari aktivitas merapikan meja kursi nya, menatap Jungkook sembari tersenyum lembut.
"Wae? Bukankah ini sudah malam? Besok kau juga sekolah, bukan?""Eoh.., begitukah? Ku pikir akan buka lebih malam lagi"
"Kita tutup pukul 8 malam pada hari biasa, lalu pada hari Sabtu dan Minggu bisa sampai pukul 11 malam" jelas Namjoon
"Wahhh, sepertinya aku harus banyak bertanya padamu, kak. Banyak yang belum kutahu disini"
"Tanyakanlah, aku akan selalu siap menjawabmu kapan saja" Namjoom merangkul pundak Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] CASSIOPEIA || Brothership
Fanfiction(END) Layaknya berlian di angkasa luar Dialah sang pangeran yang selalu indahkan kelamnya malam Si surai kecoklatan yang sarat akan kasih sayang Sembunyikan kekurangan dibalik sebuah senyuman Dia yang hantarkan senja menuju petang Sosok lembut yang...