12. Manquer

3.8K 451 76
                                    

Satu diantara sekian ribu malam yang syahdu, selalu terselip sebuah doa dan harapan. Rindu mendalam yang entah ia tujukan pada siapa. Kerinduan yang menyiksa tanpa muara. Satu bagian dari hidupnya terhapus dari ingatan, menyisakan sepenggal tanya besar yang tak bisa ia jelaskan.

Sakit hatinya kala melihat kedua netra bulat itu menitikan air mata. Sesak dadanya ketika belah bibir manis itu melafalkan namanya dengan begitu indah. Ingin rasanya ia menangis, lantas berlari menghampiri orang yang tak ia kenal itu disaat ia sendiri tak paham dengan apa yang tengah ia alami.

Telah jauh dari sepasang kakak beradik yang ia temui, kini Jimin tengah menunggu seseorang untuk menjemputnya di depan gerbang. Tidak banyak yang ia lakukan selain bermain dengan ponsel pintarnya, terlebih hari pertama ia masuk kampus dan belum memiliki banyak teman.

Hingga akhirnya, sebuah mobil sedan hitam mewah berhenti tepat dihadapannya, menampilkan wajah pria yang selama ini telah ia anggap sebagai kakak sendiri.

"Hey, sampai kapan akan berdiri disana? Ayo masuk"

"Aishh, ku kira tadi siapa" gerutunya.

Jimin lantas memasuki mobil hitam itu dengan senyum sumringah.
"Kau tidak bekerja, Jin hyung?" tanya Jimin kepada orang yang ia panggil Jin hyung, atau nama lengkapnya adalah Kim Seokjin.

"Aku akan kembali ke rumah sakit besok. Hari ini kita habiskan waktu untuk jalan-jalan. Setuju?"

"Call!"

.

.

Referensi tempat main Seokjin itu tidak beda jauh dengan anak usia balita, mereka sama-sama senang berada di taman bermain yang menyediakan bermacam wahana sederhana. Ya, bukan masalah, tapi dokter muda kita yang satu ini memang terkadang suka lupa usia.

"Tunggu disini, okay. Aku akan kembali dengan ice cream" sementara Seokjin telah lenyap dari hadapan, Jimin sendiri memandang punggung lebar itu dengan seulas senyuman geli. Lalu mendadak hatinya dilanda sebuah perasaan tak asing namun samar kala netranya mengedar ke penjuru taman.

Sebuah bayangan kilat melesat sesaat melewati otaknya ketika ia dipaksa mengingat seraut wajah seseorang. Kepalanya terasa seperti ditekan saat dirinya semakin keras mencaritahu yang telah hilang dari ingatan. Sepenggal hidupnya yang manis menyenangkan namun tak dapat ia temukan dalam lembar kenangan.

Pasti ada sesuatu dengan tempat ini, begitu pikir Jimin.

Belum sempat Jimin berkelana lebih jauh dengan alam bawah sadar, Seokjin terlanjur datang menyadarkan dirinya dari lamunan dadakan.

"Jimin? Kau mencari sesuatu?" tanya Seokjin begitu melihat wajah Jimin yang nampak kebingungan.

Jimin menatap lekat paras rupawan Seokjin yang telah bersama dengan dua cone ice cream, masing-masing memiliki dua rasa dan toping yang berbeda. Dalam hati Jimin berseru, 'ya, aku mencari sesuatu. Apa yang kau sembunyikan dariku, hyung?' namun itu hanyalah suara hati, sebab Jimin tak kuasa menyerukannya saat ini.

"Jimin?"

Jimin merubah rautnya seketika. Ia tersenyum mengambil ice cream dengan paduan rasa cokelat vanila itu.
"Duduklah, hyung, tidak baik makan sambil berdiri"

"Kau tadi tampak kebingungan. Ada apa?" Seokjin berucap setelah memposisikan diri duduk nyaman di samping Jimin.

"Ah, tidak. Aku hanya teringat salah satu teman kampusku tadi" jawab Jimin sambil fokus memakan ice cream nya.

"Oh, ya? Bagaimana kuliah mu? Apa semuanya berjalan lancar?"

"Sangat lancar, bahkan ada yang langsung akrab dengan ku seperti sudah lama saling kenal"

[✔] CASSIOPEIA || Brothership Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang