Yerin melangkah memasuki rumahnya, disambut oleh hening yang menggantung di udara, nyaris mencekam. Rumah itu terasa asing, seperti ruang kosong yang baru saja bangun dari tidurnya. Tanpa berpikir panjang, ia menyalakan semua lampu, seolah berharap cahaya bisa mengusir bayang-bayang yang menyelinap di sudut-sudut ruangan. Namun, begitu langkahnya mencapai ruang tamu, tubuhnya mendadak membeku. Nafasnya tertahan. Di sana, di antara perabotan yang biasa, ada kehadiran yang luar biasa. Seseorang sedang duduk, diam, tenang, bagai bayangan yang menunggu.
Bukan sesuatu yang diam, melainkan seseorang yang hidup.
“Taehyung?” suara Yerin keluar tertahan, nyaris tidak terdengar. Jiwanya bergetar, takut sekaligus tidak percaya. Seperti seekor burung kecil yang terperangkap dalam badai besar, ia merasa kerdil di hadapan sosok itu.
Taehyung, pria yang duduk di sofa, mengangkat wajahnya perlahan, memperlihatkan senyum yang begitu akrab namun kini terasa berbeda. Senyumnya lebar, seperti bulan sabit yang mengintip di balik awan malam. Ada ketenangan yang menyusup dalam tatapan mata pria itu, tetapi di baliknya tersimpan sesuatu yang tidak bisa diartikan dengan mudah—sebuah rahasia yang gelap.
“Maafkan aku jika telah membuatmu terkejut, Yerin,” ucapnya, suaranya berat, namun lembut, bagaikan bisikan angin malam yang tenang. “Aku baru saja kembali, dan rupanya terlupa menyalakan lampu. Kuharap kamu tidak terlalu ketakutan oleh kehadiranku.”
Yerin mencoba tersenyum, namun senyumnya kaku, tidak sempurna. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya, sesuatu yang ia tidak bisa lukiskan dengan kata-kata. Rasa aman yang biasanya menyertai keberadaan Taehyung kini terasa memudar, seperti lilin yang meredup diterpa angin. Ia menghela nafas panjang, mencoba mengusir ketakutan yang membelit hatinya. Namun, di sudut batinnya, ada sesuatu yang bergolak, seolah alam bawah sadarnya mencoba memperingatkan tentang bahaya yang tidak kasat mata.
Taehyung memejamkan matanya sejenak, lalu menyalakan televisi. Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, seakan dunia tidak membawa beban apa pun di pundaknya. Sementara itu, Yerin berjalan ke dapur, tangannya gemetar saat ia mulai menata belanjaan yang dibelinya sepulang sekolah tadi. Sesekali matanya melirik ke ruang tamu, memastikan sosok itu benar-benar hanya Taehyung. Tapi kenapa ada rasa takut yang tidak hilang? Mengapa setiap tarikan nafas terasa berat, seperti ada sesuatu yang tidak seharusnya di sini?
Yerin terdiam di depan meja dapur, mengumpulkan pikiran yang berantakan. Dunia terasa berputar lambat, seolah waktu ingin menunda sesuatu yang pasti akan datang. Namun, tiba-tiba, perasaan hangat yang tidak diharapkan menyelimuti punggungnya. Sebuah pelukan, erat namun lembut. Ia tersentak, dadanya bergemuruh seperti gelombang laut yang tidak terduga datangnya. Tubuh itu... Taehyung.
“Apa yang kamu lakukan?” tanyanya dengan nada tercekik. Nafasnya terhenti sejenak ketika ia merasakan hembusan nafas laki-laki itu di tengkuknya. Setiap sentuhan seolah mengalirkan aliran listrik yang membakar kulitnya, membuat tubuhnya merinding tidak tertahankan.
Taehyung hanya tersenyum, tanpa menjawab. Ia tidak perlu berkata apa-apa. Bibirnya yang panas mulai menyusuri leher Yerin, meninggalkan jejak-jejak rasa yang membuatnya bergetar. Dunia seolah bergeser, mengabur di antara ciuman yang bertubi-tubi di kulitnya. Di sela-sela keheningan malam, hanya suara desahan yang menyelinap, samar-samar namun nyata.
Saat Taehyung membalikkan tubuh Yerin, ia menatap wajah gadis itu dengan sorot yang begitu dalam. Matanya bagaikan lautan gelap tanpa dasar, menariknya ke dalam pusaran yang tidak bisa dilawan. Wajahnya mendekat, dan tanpa sepatah kata pun, bibirnya menempel di bibir Yerin. Ciuman itu tidak sekadar sentuhan fisik, namun seakan menjadi jembatan antara dua jiwa yang terperangkap dalam dunia yang mereka sendiri tidak pahami.
Namun, ada sesuatu yang salah. Yerin bisa merasakannya. Hatinya berontak, namun tubuhnya tidak mampu melawan tarikan kuat dari sosok di hadapannya. Taehyung perlahan membuka kancing seragamnya, seolah waktu telah melambat. Segala sesuatu terasa kabur, kecuali sensasi panas yang menyebar di antara mereka.
“Ahh… Taehyung….” desah Yerin, nyaris tanpa sadar. Namun, kata-katanya menghentikan segalanya.
Taehyung melepaskan bibirnya dari Yerin dengan tiba-tiba. Ia mundur, tatapan hangat yang tadi memancar dari matanya kini berubah. Tatapannya keras, dingin seperti es yang mengiris jiwa. Tidak ada lagi kelembutan, tidak ada lagi kehangatan. Semua itu menguap, tergantikan oleh amarah yang meluap tanpa peringatan.
“Aku bukan Taehyung.”
Kata-kata itu menghantam Yerin bagaikan angin badai yang datang tiba-tiba. Ia terdiam, menyadari kesalahan fatal yang baru saja dilakukannya. Nama itu—Taehyung—seharusnya tidak keluar dari mulutnya. Sebab laki-laki yang berdiri di hadapannya saat ini bukanlah Taehyung yang ia kenal, melainkan V, jiwa lain yang menghuni tubuh yang sama.
V, dengan tatapan yang membakar, memandang Yerin seolah seluruh alam semesta terdiam di antara mereka. Dan di balik tatapan itu, tersembunyi sesuatu yang jauh lebih kelam, jauh lebih dalam dari sekadar nafsu atau amarah—ada kehampaan, sebuah lubang yang tidak pernah bisa diisi. Mungkin inilah perwujudan dari sisi gelap manusia, sisi yang senantiasa tersembunyi di balik topeng yang dikenakan di hadapan dunia.
Keduanya terdiam dalam keheningan yang mencekam, dan Yerin tahu bahwa malam itu, ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan antara dua jiwa. Ada rahasia yang mengintai, ada kegelapan yang menanti di ujung malam. Dan dalam diam itu, keduanya menyadari bahwa ada hal-hal dalam diri manusia yang tidak pernah bisa sepenuhnya mereka kendalikan.
Manusia, pada akhirnya, hanyalah hamba dari bayangannya sendiri.
——⍟——

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows of Reflection
FanfictionTaehyung dikenal sebagai sosok yang memiliki kepribadian baik, selalu siap membantu dan memberikan senyuman kepada orang-orang di sekitarnya. Namun, di balik kepribadiannya yang ramah, tersembunyi sebuah rahasia kelam: ia memiliki kepribadian ganda...