13 : Conflicted Hearts

279 47 4
                                    

Pagi itu, mentari seakan bersinar lebih suram di mata Yerin, seolah langit memahami kegelisahan yang meresap di dadanya. Angin pagi yang biasanya memberikan kesegaran kini hanya terasa menusuk, membawa serta bisikan kekhawatiran yang tidak kunjung pergi. Di sekelilingnya, suasana kelas begitu hidup-tawa dan canda para siswa menggema, mengisi udara dengan keceriaan yang biasanya mampu mengusir kekalutan hati. Namun hari ini, kebisingan itu hanya berderai hampa di telinganya, tidak mampu menutupi keresahan yang menggerogoti setiap sudut jiwanya.

Pandangan Yerin tertuju pada sosok yang duduk di seberang ruangan-Kim Taehyung, pemuda yang selama ini memenuhi ruang batinnya dengan kehangatan yang lembut, namun kini justru menjadi sumber ketakutan yang membeku. Mata Taehyung berbinar, tawa lepasnya seolah meruntuhkan tembok-tembok kekhawatiran di sekelilingnya, begitu bersemangat dalam obrolan ringan bersama teman-temannya. Yerin hanya bisa menatap, merasa begitu asing terhadap sosok yang pernah ia kenal dengan baik. Seperti bayangan di atas air, kehangatan itu terasa semu, tidak terjangkau.

Sebuah senyum terlukis di bibir Yerin-bukan senyum yang memancarkan kebahagiaan, melainkan senyum yang getir, perih, penuh dengan luka yang tersembunyi di balik topeng tenangnya. Jemarinya, yang berusaha menyentuh permukaan meja untuk menggapai secuil kepastian, kini gemetar tidak terkendali. Dan meski ia berusaha sekuat tenaga menahan air matanya, setitik demi setitik mulai menggenang di sudut matanya, membentuk danau kecil yang menggambarkan kepedihan yang dalam.

Bagaimana mungkin ia bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa setelah malam yang mencekam itu? Semuanya terasa begitu nyata, membakar ingatannya dengan detail yang tidak terhapuskan. Setiap detik dari kejadian itu seolah terukir di pikirannya, membuat nafasnya terasa berat, seolah tercekik oleh bayang-bayang masa lalu yang menghantui.

Taehyung mungkin tidak tahu-atau tidak ingin tahu-tentang apa yang sebenarnya terjadi. Baginya, malam itu adalah rahasia yang terkubur dalam kegelapan. Ia tidak sadar, karena bukan dia yang melukai Jungkook. Namun, siapa yang akan percaya jika Yerin mengatakan bahwa bukan Taehyung yang melakukan kekejian itu? Bagaimana bisa ia menjelaskan bahwa dalam diri Taehyung, ada kepribadian lain-V-yang penuh dengan kegelapan dan amarah yang membara?

Hanya tiga orang yang tahu kebenaran itu-Yerin, Jimin, dan tentu saja, Taehyung, meski sosok yang lain dalam dirinya yang telah mewujudkan kekejian malam itu. Di bawah sinar redup bulan, dalam kesunyian malam yang hanya diiringi oleh deru nafas yang tersengal, V muncul dari kegelapan hati Taehyung. Dan dalam sekejap, kekerasan tidak terhindarkan. Pisau yang terhunus, darah yang tertumpah, dan keheningan yang menyelimuti saat Jungkook jatuh lemah di pelukan maut.

Yerin gemetar mengingat malam itu. Air matanya tumpah ketika ia menghubungi Jimin, memohon dengan isak yang tercekik agar ia segera datang. Jimin, dengan keteguhan hati yang tidak pernah goyah, datang tanpa ragu. Bersama, mereka menyelamatkan nyawa Jungkook yang nyaris terenggut. Namun luka yang diderita Jungkook begitu dalam, fisik dan batin. Apakah ia akan selamat sepenuhnya? Itu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Malam itu, sekolah telah lama ditinggalkan oleh penghuninya. Hanya mereka bertiga yang tersisa, terperangkap dalam jaringan takdir yang rumit. Tanpa diketahui siapapun, mereka menyelundupkan tubuh Jungkook yang terluka parah melalui pintu belakang sekolah, berharap waktu akan berpihak pada mereka. Namun, seiring detik yang bergulir, bayangan V terus menghantui pikiran Yerin. Sosok yang begitu mirip dengan Taehyung, namun membawa aura kegelapan yang tidak pernah ia sangka akan bersemayam dalam diri seseorang yang begitu ia sayangi.

Dan setelah kekejaman itu terwujud, V menghilang, seakan hanyut dalam kegelapan yang melahirkan dirinya. Meninggalkan Yerin dalam ketakutan dan kebingungan yang tidak berujung, dengan Jungkook yang tergeletak di ambang antara hidup dan mati.

Mengingat semua itu, Yerin merasa tubuhnya lunglai, seolah gravitasi menariknya lebih dalam ke dalam bumi. Bagaimana mungkin ia dapat melewati hari ini tanpa dibayang-bayangi ketakutan akan pengulangan tragedi yang sama? Bagaimana jika kehadiran V kembali menghantui, membawa bencana yang lebih besar?

Shadows of ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang