08 : Bound in Silence

281 51 0
                                    

Malam menyelimuti jagat raya dengan keheningannya, seakan semesta tengah menahan nafas di bawah langit kelam yang tidak berbintang. Angin lembut berdesir pelan, menyusup di antara dedaunan yang bergoyang malas, namun di dalam kamar yang redup itu, keheningan tidak lagi menjadi sahabat. Ada sesuatu yang lebih dalam, lebih tajam dari sekadar sunyi-sebuah ketegangan yang menggantung di udara, menunggu untuk pecah.

Yerin terbaring di atas kasur, tubuhnya seakan terpenjara dalam gelisah yang tidak berujung. Matanya menatap kosong pada dinding yang redup, sementara pikirannya berkelana jauh, menembus batas-batas waktu dan kenangan. Di sampingnya, Taehyung terbaring dengan tenang-setidaknya, itulah yang terlihat. namun Yerin tahu, di balik wajahnya yang tenang, ada badai yang bergejolak dalam diri pria itu. Badai yang belum tersingkap, yang masih tersembunyi di balik dinding-dinding rapuh yang dibangunnya selama ini.

Taehyung tidak pernah menjadi seseorang yang mudah terbuka, meski ia begitu kuat, begitu tidak tergoyahkan di hadapan dunia. namun di malam ini, di saat hanya mereka berdua yang tersisa dalam keheningan, Yerin merasakan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang mengundang kegelisahan yang tidak biasa. Bukan karena kedekatan fisik mereka yang tidak lazim-bukan karena ia berbaring di kasur yang sama dengan Taehyung, meski tidur mereka terpisah jarak yang cukup jauh. Bukan itu. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang jauh lebih rumit dan sukar dijelaskan dengan kata-kata.

"Yerin?" Suara Taehyung terdengar pelan, namun begitu jelas di tengah keheningan malam. Itu bukan sekadar panggilan, melainkan undangan untuk memasuki ruang pikirannya yang terdalam.

Yerin terdiam sejenak, mencoba menenangkan debar di dadanya sebelum membalikkan tubuhnya untuk menatap pria itu. Dalam cahaya remang-remang yang dipancarkan oleh lampu kamar yang nyaris padam, wajah Taehyung terlihat samar, namun tatapan matanya jelas, seperti lautan dalam yang penuh misteri.

Sebelum Yerin sempat mengucapkan apapun, tangan Taehyung dengan lembut menarik tubuhnya ke dalam pelukan. Gerakannya cepat namun tidak memaksa, dan kini, tubuh Yerin berada dalam dekapan hangatnya. Dada bidang Taehyung menyentuh wajah Yerin, dan seketika dunia terasa begitu sunyi, seolah hanya ada mereka berdua di dalam ruang waktu yang terhenti. detak jantung pria itu terasa, berdetak pelan namun tegas, menyatu dengan hembusan nafasnya yang lembut.

Yerin tersentak dalam diam, tidak menyangka akan keintiman yang tiba-tiba ini. nafasnya tercekat, dan tubuhnya menegang, tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Keadaan ini begitu asing baginya-sebuah perpaduan antara ketenangan dan kegelisahan yang memerangkap mereka berdua dalam kebisuan yang penuh makna.

"Yerin..." Taehyung kembali memanggil namanya, kali ini lebih pelan, lebih dalam, seolah suara itu berasal dari relung hatinya yang paling sunyi.

"Hm?" jawab Yerin, suaranya terdengar lirih, hampir seperti bisikan yang tersapu angin.

"Apakah kamu ingin tahu alasan mengapa aku tidak membalas Jungkook siang tadi?" Taehyung bertanya dengan nada yang menggantung, seakan ia tengah berdiri di tepi jurang, antara keputusan untuk melangkah maju atau mundur.

Pertanyaan itu menghantam Yerin seperti ombak besar yang tiba-tiba menerjang pantai tenang. Untuk sejenak, ia tidak tahu harus merespons bagaimana. Mengapa Taehyung membahas ini sekarang, di tengah malam, dalam keintiman yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya? Namun Yerin tidak berkata apa-apa. Ia memilih untuk diam, membiarkan pria itu melanjutkan, karena ia tahu, di balik setiap kata yang akan terucap, ada sesuatu yang jauh lebih besar yang tengah disingkapkan.

Taehyung menghela nafas panjang, dan Yerin merasakan tarikan nafas itu di puncak kepalanya. Tangan pria itu masih dengan lembut membelai rambutnya, seolah mencari ketenangan di tengah gejolak yang ada di dalam dirinya.

Shadows of ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang