05 : Whispers of a Double Life

444 58 0
                                    

Jungkook meremas kaleng kosong di tangannya, suaranya berderak dalam genggaman. Di bawah sinar matahari yang terik, dunia seolah melebur bersama dengan kekacauan yang memenuhi benaknya. Panas mentari seakan-akan menyalakan api di dadanya, membakar perasaannya hingga tidak ada yang tersisa kecuali amarah yang membara, dan luka yang tidak kunjung sembuh. Tamparan yang Yerin berikan di pipinya mungkin telah hilang bekasnya, namun yang tertinggal di dalam hati tidak akan pernah benar-benar sirna.

Sekarang ia berdiri di lapangan sekolah, tempat di mana ia bisa menyepi dari hiruk-pikuk kelas yang terasa begitu jauh. Jam pelajaran bergulir tanpa kehadirannya, namun itu bukanlah hal yang ia pikirkan saat ini. Pikirannya terus berputar pada peristiwa pagi tadi, memutar luka yang telah tergores di masa lalu. Semuanya kembali terulang, menghujamnya tanpa belas kasih.

Bukan rasa malu yang menghantui Jungkook-tidak. Bukan bagaimana Yerin menamparnya di depan teman-teman sekolah, mempermalukannya di hadapan mata-mata yang menyaksikan tanpa henti. Bukan. Yang tidak bisa diterima olehnya adalah kenyataan bahwa Yerin, gadis yang begitu dipuja oleh hatinya, berdiri membela Taehyung. Bahwa gadis itu memilih orang lain-pria lain-di atas dirinya. Setiap kali ia membayangkan Yerin di sisi Taehyung, hatinya berdesir penuh kebencian. Betapa ia benci melihat Yerin lebih memilih pria itu. Betapa ia benci mengingat bagaimana gadis itu menolak cintanya, demi sosok yang tidak lain adalah Kim Taehyung.

Kilas balik.

Lorong sekolah senyap ketika Yerin menutup pintu lokernya dengan lembut. Suara derit besi yang bertemu kunci terdengar samar. Buku-buku yang tidak perlu dibawanya pulang telah tersimpan rapi di dalam sana, dan kini Yerin bersiap untuk beranjak pulang. Namun, saat ia berbalik, langkahnya terhenti mendadak. Sesosok bayangan berdiri di hadapannya, begitu dekat hingga ia bisa merasakan kehadiran pria itu. Jung Jungkook.

"Jeon Jungkook," ucap Yerin dengan nada datar, matanya menatap tajam namun tetap menyimpan rasa terkejut. "Bukankah loker kelasmu ada di sisi lain lorong ini? Kenapa kamu berada di sini?"

Pria itu tersenyum, senyum yang begitu halus namun sarat makna. Mata hitamnya menatap dalam ke mata Yerin, seakan mencoba membaca setiap sudut hati gadis itu. Namun, kata-kata tidak kunjung keluar dari bibirnya. Jungkook hanya diam, memperhatikan, menunggu.

"Ada apakah? Apa yang ingin kamu sampaikan padaku?" Yerin akhirnya angkat bicara. Rasa jengah mulai menyelinap dalam dirinya, terutama ketika ia melihat tatapan Jungkook yang begitu intens.

Namun, Jungkook tidak memberi jawaban. Alih-alih, ia melangkah maju, mendekatkan tubuhnya hingga hanya sejengkal jarak tersisa antara mereka. Tangan Jungkook bersandar di loker di belakang Yerin, mengurung gadis itu dalam ruang sempit diantara tubuhnya dan dinding besi dingin. Wajahnya mendekat begitu dekat, sehingga Yerin bisa merasakan hembusan nafas pria itu, aroma mint yang menyertai setiap tarikan nafasnya.

"Aku menyukaimu, Jung Yerin," suaranya terdengar tenang namun penuh kejelasan. "Jadilah kekasihku."

Kata-katanya mengalir seperti perintah, bukan sebuah pengakuan cinta yang lembut. Jungkook bukanlah pria yang biasa memohon, dan tidak ada kesan memohon dalam nada bicaranya. Seolah ia yakin bahwa dengan ucapannya saja, Yerin akan luluh, seperti gadis-gadis lain yang terpesona oleh dirinya.

Namun, Yerin adalah gelombang yang tidak mudah tunduk pada arus. Matanya berkedip pelan, mencerna apa yang baru saja ia dengar. Meski sejenak pesona Jungkook sempat membekukan langkahnya, akal sehat Yerin tidak gentar oleh ketampanan pria itu.

Shadows of ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang