Yerin menarik lengan Taehyung dengan langkah tergesa. Rasa marah yang membakar dadanya seolah tidak memberi ruang bagi pikirannya untuk tenang. Namun, tiba-tiba, langkah Taehyung berhenti. Seperti pohon yang mengakar dalam tanah, tubuhnya diam tidak tergoyahkan. Yerin memutar tubuhnya, menatap pemuda itu dengan penuh kebingungan.
"Ada apa?" tanyanya dengan nada tegas, meski sedikit gemetar di ujung suaranya.
"Kita masih punya waktu dua puluh menit sebelum bel masuk," ujar Taehyung, suaranya tenang, bagai sungai yang mengalir dalam senja. "Sebaiknya kita ke UKS dulu. Masuk kelas dengan keadaanmu yang seperti ini? Tidak, itu bukan ide bagus. Ayo."
Tanpa menunggu jawaban, kini giliran Taehyung yang menarik lengan Yerin, menuntunnya menuju UKS dengan langkah pasti. Amarah Yerin pada Jungkook terasa begitu membara, seakan membakar tiap inci kesadarannya. Ia bahkan lupa bahwa tindakannya tadi-tindakan yang didorong oleh kemarahan buta-bisa saja memanggil sosok lain yang selama ini hanya ia sembunyikan dalam-dalam, jauh di kedalaman dirinya.
Namun, di sampingnya, Taehyung begitu tenang, seakan badai yang mengguncang jiwa Yerin tidak bisa menyentuh ketenangannya. Dan untuk sesaat, hanya sesaat, Yerin merasa bersyukur. Sosok itu tidak muncul, dan situasi belum berakhir dalam kekacauan.
"Ini, duduklah," ucap Taehyung lembut, menunjuk ranjang di sudut ruangan UKS yang sepi itu.
Yerin menurut, membiarkan tubuhnya jatuh perlahan di atas ranjang. Ia menatap pemuda itu yang kini berjalan menuju dispenser, meraih gelas kertas, dan mengisi air hangat. Dalam kesunyian itu, Yerin memperhatikan setiap gerak-geriknya-sikap tenang, bahu yang tegap, dan ketenangan yang seolah lahir dari kedalaman yang Yerin tidak bisa pahami.
Sesaat kemudian, Taehyung kembali dengan segelas teh hangat di tangannya. Ia menyerahkan teh itu kepada Yerin dengan senyum tipis yang samar, namun begitu tulus.
"Minumlah ini," katanya lembut, "semoga bisa membuatmu merasa lebih baik."
Yerin menerima gelas itu dengan tangan gemetar, menundukkan kepala sejenak sebelum menatap teh yang mengepul hangat. "Terima kasih," ucapnya pelan, suaranya hampir tidak terdengar.
Taehyung tersenyum lagi. Dan senyuman itu-ah, senyum itu. Kim Taehyung, pikir Yerin dalam diam, seandainya kamu tahu, senyummu lebih hangat dari teh yang kamu tawarkan. Seandainya kamu tahu, aku ingin melihat senyuman itu terus, selamanya, seperti matahari yang tidak pernah terbenam.
Yerin meneguk teh itu perlahan. Setiap tegukan seolah menyentuh lapisan terdalam hatinya, melunturkan amarah, menggantinya dengan rasa damai yang ia rindukan. Sejenak, ruangan UKS itu seperti terpisah dari dunia luar, diisi hanya oleh mereka berdua dan ketenangan yang rapuh namun indah.
Namun, kedamaian itu hanya sementara. Taehyung menatap Yerin dengan sorot mata penuh tanya. "Yerin," suaranya terdengar serius kali ini, "sebenarnya apa yang terjadi kemarin? Kenapa Jungkook dan murid-murid lain menatapmu seperti itu? Dan... kenapa kamu tidak mengingatnya?"
Yerin tercekat. Pertanyaan itu menelusup ke dalam hatinya, mengguncang sesuatu yang selama ini ia coba abaikan. Ia mendongak, menatap mata Taehyung-mata yang biasanya menenangkan, namun kini ada sesuatu yang lain di sana. Kesedihan. Kesedihan yang mendalam dan membuat Yerin merasa seakan telah mengecewakannya. Rasa bersalah menusuk tajam, melukai hatinya lebih dalam dari yang bisa ia ungkapkan.
Dengan susah payah, Yerin mengatur nafasnya. "Taehyung, aku..."
"Sial," Yerin tersentak, memaki dalam hati. Kata-kata seakan menguap dari bibirnya, tidak ada lagi penjelasan yang bisa ia sampaikan tanpa merusak segalanya. Namun sebelum ia sempat melanjutkan, pintu UKS terbuka, dan suara lain menyela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows of Reflection
Fiksi PenggemarTaehyung dikenal sebagai sosok yang memiliki kepribadian baik, selalu siap membantu dan memberikan senyuman kepada orang-orang di sekitarnya. Namun, di balik kepribadiannya yang ramah, tersembunyi sebuah rahasia kelam: ia memiliki kepribadian ganda...