19 : Bonds Under Fire

221 47 1
                                    

Yerin duduk dengan tenang di kursi yang terletak di sebelah ranjang Jungkook. Cahaya lampu ruangan memancarkan kehangatan yang lembut, memantul samar pada wajah Jungkook yang tertidur dalam posisi duduk, seakan-akan waktu telah berhenti hanya untuk mengizinkan Yerin merenungkan perasaannya. Pria itu mungkin terlalu lelah menunggu, menanti kedatangan Yerin dengan harapan yang tidak pernah ia utarakan. Dalam hati, ada perasaan bersalah yang mulai menyeruak. Apakah benar yang ia lakukan ini? Membiarkan Jungkook larut dalam penantian yang panjang?

Yerin menatap wajah pria yang terlelap di hadapannya. Jungkook terlihat damai, begitu berbeda dari sosoknya yang biasanya selalu tampak tegas dan tidak tersentuh oleh dunia luar. Perlahan, Yerin menggerakkan tangannya untuk memutar knop di sisi ranjang, membuat posisi Jungkook lebih nyaman dengan cara yang halus, tanpa mengganggu tidurnya. Ia ingin, sebisa mungkin, memberikan sedikit ketenangan kepada pria yang tampak begitu kelelahan.

Setelah memastikan Jungkook berbaring dengan nyaman, Yerin memandang wajah pria itu lebih lekat. Dalam kesunyian yang terasa mendalam, wajah lelap Jungkook tiba-tiba menyeret ingatannya kembali ke seseorang—Taehyung. Ada kemiripan yang tidak bisa ia abaikan. Bukan dalam bentuk fisik, namun dalam keheningan wajah mereka saat tidur. Seolah-olah dalam tidur, kedua pria itu melarikan diri dari dunia yang begitu keras dan penuh tuntutan.

Saat itu, tanpa sadar jemari Yerin bergerak menyentuh luka kecil di sudut bibir Jungkook. Sentuhan lembutnya membuat pria itu sedikit bergerak, melenguh pelan namun tidak terbangun. Luka itu adalah hasil dari perjuangan yang terus ia simpan di dalam dirinya, perjuangan yang mungkin tidak pernah Yerin pahami sepenuhnya. Ia mengusap luka itu sekali lagi, seperti berharap bahwa dengan sentuhannya, rasa sakit yang pernah dialami pria itu bisa sedikit mereda. Entah mengapa, melihat wajah Jungkook dalam keadaan yang begitu damai membuat Yerin tersenyum—sebuah senyum yang muncul tanpa paksaan, datang dari tempat terdalam di hatinya.

Pikiran Yerin melayang ke ucapan Yoongi, yang pernah berkata bahwa Jungkook memiliki sisi lain yang jarang ditunjukkan kepada siapapun. Kini, di tengah keheningan malam dan ketenangan tidur Jungkook, Yerin menyadari kebenaran dari kata-kata itu. Di balik sikap tegar dan tajamnya, tersimpan kelembutan yang enggan ia tunjukkan kepada dunia. Sifat baik itu terselubung di balik tirai yang rapat, mungkin oleh alasan-alasan yang tidak ingin ia bicarakan, atau mungkin oleh luka yang ia simpan rapat-rapat di balik topeng kekuatannya.

Lebih dari sepuluh tahun Yerin menghabiskan hidupnya bersama Taehyung, dan selama itu pula ia telah memahami bahwa setiap orang membawa beban mereka sendiri. Beban yang terkadang hanya bisa dirasakan, namun tidak pernah bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dalam diam, Yerin seolah bisa merasakan apa yang Jungkook rasakan, sebagaimana ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Taehyung. Kedua pria itu mungkin berbeda dalam banyak hal, namun ada satu kesamaan yang mencolok—keduanya terperangkap dalam dunia yang tidak mereka pilih, dunia yang mengharuskan mereka untuk kuat meskipun seringkali mereka hancur di dalamnya.

Yerin menarik nafas dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan yang menggumpal di dadanya. Ia menatap Jungkook lagi, melihat sesuatu yang lebih dari sekadar pria dengan luka di bibirnya. Ia melihat seorang manusia yang, meskipun keras di luar, mungkin sangat rapuh di dalam. Adakah cara untuk menjangkaunya?

Dengan suara yang nyaris berbisik, seolah kata-kata itu hanya ditujukan pada malam yang sunyi, Yerin bergumam, “mulai hari ini... Aku akan menjadi temanmu, Jeon Jungkook.”

Ada ketulusan dalam ucapannya, janji yang tidak perlu diucapkan dengan lantang namun begitu kuat maknanya. Bukan karena ia merasa harus, namun karena ia ingin. Ingin memberi sesuatu yang lebih dari sekadar kehadiran sementara. Ia tahu, di balik tembok keteguhan yang dibangun Jungkook, tersimpan perasaan yang membutuhkan kehangatan seorang teman.

Shadows of ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang