10 : Nightfall's Secrets

278 47 0
                                    

Kilas balik.

Taehyung dan Yerin melangkah pulang di bawah langit malam yang tenang, dengan bulan seolah menjadi satu-satunya saksi dari perjalanan panjang yang mereka tempuh. Udara dingin menusuk, namun kehadiran mereka berdua di tengah senyap jalanan memberi kehangatan yang tidak kasat mata. Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam, sebuah jam yang menyuarakan akhir dari kesibukan hari. Namun, bagi keduanya, kesibukan itu belum sepenuhnya pergi, terjebak dalam rutinitas pelajaran tambahan yang tiada henti menjelang ujian akhir.

Yerin membuka pintu rumah, merasakan dinginnya kenop yang telah sekian lama tidak tersentuh. Kegelapan menyambut mereka, seakan rumah itu sedang tertidur lelap, menanti sentuhan kehidupan untuk membangunkannya kembali.

"Apakah Kak Yemin belum pulang?" tanya Taehyung sambil menekan saklar lampu. Cahaya kuning lembut menerangi ruang tamu, menyapu habis kegelapan yang tadi menyelimuti.

Yerin melepas sepatunya perlahan, seperti orang yang ingin meredam keletihan yang telah menumpuk sejak pagi. Tanpa berkata-kata, ia berjalan menuju kamar Yemin, membiarkan pertanyaan Taehyung menggantung di udara. Ia membuka pintu kamar kakaknya, dan menemukan ruang itu sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan.

"Belum," jawab Yerin dengan suara pelan. Ia memandangi kamar yang tertata rapi, seperti selalu, mencerminkan karakter Yemin yang teratur dan penuh kasih. "Barangkali dia ada jadwal mengajar kelas malam."

"Mungkin," balas Taehyung sederhana, kemudian ia melangkah pergi ke kamarnya sendiri, suaranya seolah menari bersama keheningan rumah.

Yerin kembali ke ruang tamu dan melemparkan tubuhnya ke sofa. Ada kelelahan yang tidak hanya meresap ke dalam otot, namun juga ke dalam jiwa. Seperti beban yang perlahan-lahan menekan setiap inci dari keberadaannya. Hari ini, dan hari-hari lainnya, ia merasa seolah sedang berlari mengejar sesuatu yang tidak terjangkau-mungkin waktu, mungkin impian yang mulai pudar di ujung cakrawala.

Saat ia hampir tenggelam dalam renungan, getaran dari saku rok menggoyahkan lamunannya. Sebuah pesan masuk di teleponnya.

Kak Yemin
Yerin, apakah kamu sudah pulang? Maaf kakak pulang terlambat. Aku sedang membeli sesuatu untuk kejutan ulang tahun Taehyung. Aku sudah memesan kue ulang tahun untuknya. Nanti sekitar pukul sebelas malam, ajak dia ke supermarket sebentar, ya? Biar kakak bisa menyiapkan kejutan di rumah. Sampai bertemu di rumah.

Yerin tersenyum kecil. Ia hampir lupa bahwa besok adalah hari ulang tahun Taehyung, pria yang telah menjadi bagian dari hidup mereka layaknya keluarga. Meski Taehyung bukan adik kandungnya, namun Yemin selalu memperlakukannya dengan kasih sayang yang tulus, seolah Taehyung adalah darah dagingnya sendiri. Di dalam rumah ini, batas-batas antara ikatan darah dan ikatan hati terkadang tidak lagi terlihat.

"Ada apa?" suara Taehyung tiba-tiba memecah kesunyian. Yerin menoleh dan mendapati Taehyung berdiri di hadapannya. Namun, yang membuat jantungnya berdebar tidak menentu bukanlah kehadiran Taehyung, melainkan sosoknya yang tidak seperti biasanya.

Taehyung berdiri tanpa mengenakan baju, hanya dengan celana pendek, dan handuk yang tergantung di lehernya. Tubuhnya basah oleh sisa-sisa air dari mandi, otot-ototnya mulai terbentuk, mencerminkan usia remaja yang tengah beranjak dewasa. Yerin seketika merasa ada yang berbeda; bukan fisik Taehyung yang ia lihat, namun cara waktu diam-diam mengubah segalanya. Waktu, yang selalu bergerak tanpa henti, kini membentangkan jarak antara mereka.

Shadows of ReflectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang