PART 3

1.7K 202 9
                                    

"Kau kenapa?" Lee Taeyong mendudukkan diri di samping seorang gadis yang diam dari awal permainan voli dimulai. Padahal biasanya ia bergabung dengan regu untuk bermain, kadang menyoraki dengan heboh dari pinggir lapangan sambil membagi-bagikan permen.

Choi Miyeon memegangi perut sebelah kanannya, ia melamun sejak tadi karena menahan sakit. Begitu ditanya, Miyeon hanya menunjukkan cengiran tak bersalahnya. "Aku lapar."

Taeyong mendecak. "Ibu sudah mengingatkanmu sarapan tadi pagi, bukannya minum es, sekarang kambuh lagi, kan." Ia sampai hapal setiap kali gadis yang berstatus sebagai saudarinya ini sudah mengeluh lapar, maka artinya adalah: maag-ku kambuh lagi.

Miyeon terdiam, lalu mendengus. "Iya, iya, aku salah. Kau mau ke kantin, tidak?"

"Bilang saja mau ditemani," cibir Taeyong sambil berdiri.

"Bilang saja kalau mau bolos." Miyeon menyindir balik.

"Terserah. Kita harus cepat sebelum guru kembali." Taeyong berjalan lebih dulu menyusuri pinggir lapangan yang hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai ke pintu masuk kantin tak jauh dari lapangan voli.

Kantin selalu menjadi tempat yang paling diminati selain halaman depan sekolah. Bangunan dua lantai dengan balkon dan minimarket. Mereka menyediakan makan siang gratis setiap hari. Meski agak ketat aturan, setidaknya mereka dapat menghabiskan waktu sepulang sekolah di sini dengan nyaman.

Kantin cenderung sepi, hanya terlihat beberapa murid berseragam olahraga dan beberapa lainnya membolos mata pelajaran terakhir. Taeyong mengambil dua botol air mineral sementara Miyeon sibuk mengambil berbagai makanan ringan alih-alih makanan berat hingga kedua tangannya penuh dan menumpuk semuanya ke atas meja untuk dibayar.

"Miyeon, Taeyong!"

Keduanya berbalik begitu mendengar namanya dipanggil. Atensinya mendapati Eunwoo yang berjalan turun dari arah tangga dengan wajah murung Jungkook di belakangnya menjadi pemandangan pertama yang menarik perhatian Taeyong.

"Bukankah seharusnya kalian masuk kelas?" tanya Miyeon.

Eunwoo hanya menunjukkan cengirannya, kemudian merangkul bahu Jungkook dan menepuknya dua kali. "Aku menemani anak ini yang sedang bersedih."

"Kau masih belum berbaikan dengan Jaemin?" Pertanyaan Taeyong sukses membuat Eunwoo melepas rangkulannya dan menatap Jungkook tidak percaya.

"Jadi benar kau berkelahi dengan Jaemin hanya karena nilai?" sela Eunwoo sebelum Jungkook sempat bereaksi karena Taeyong baru saja membongkar rahasianya. Jungkook hanya mendengus kecil dan membuang muka, enggan membahas topik yang masih sensitif baginya. "Pantas kalian tak pernah belajar bersama lagi."

Taeyong menghela napas, menduga reaksi Jungkook begitu melihat wajahnya. "Sia-sia saja kau terus menyembunyikannya, Jungkook. Ada banyak mata di antara teman-teman kita." Ia memberitahu meski ragu Jungkook akan mendengarkannya.

Jungkook melempar pandangan tak suka. Tangannya mengepal kuat. Taeyong hanya menghembuskan napas pelan, merendahkan sorot matanya seraya mengulas senyum kecil. Ia tidak tahu apakah senyum itu bermaksud meremehkan atau mengejek karena rahasianya terbongkar. Eunwoo yang memperhatikan akhirnya berdeham, menengahi dengan tangannya sebelum terjadi sesuatu yang buruk. "Tunggu sebentar, kenapa wajah kalian begitu?"

Tak menggubris pertanyaan Eunwoo, Jungkook memalingkan wajah, enggan bicara. Taeyong mengedikkan bahu, tatapan matanya seakan menyuruh Eunwoo untuk tidak membicarakannya sekarang.

"Daniel dan Jennie pernah bermusuhan hampir setengah tahun karena salah paham. Akhirnya masalahnya selesai setelah mereka membicarakannya baik-baik, itu pun tidak akan terjadi jika kita tak memaksa mereka untuk bertemu." Miyeon menambahkan. Tangannya menenteng tas berisi makanan. "Lebih baik kalian cepat berbaikan, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, sebelum terlambat."

Dead Attack I : The Tragedy [REVISI VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang