Jungkook spontan melempar ember di tangannya ke arah pintu yang terbuka. Terdengar bunyi benturan dan teriakan kecil sebelum semburan air akhirnya berhenti. Sepasang kaki dalam balutan sepatu hitam tergelincir kemudian di samping selang air yang terjatuh.
Ketiganya masih menjerit sampai gadis yang kini terduduk di lantai melenguh pelan sembari memegangi ember yang menutupi kepalanya. Taeyong mengarahkan kepala pel ke depan, bersiap menimpuk wajah siapa pun yang berada di balik ember. Rambut panjang kecoklatan nampak terurai dengan seragam setengah basah yang dibalut jaket parasut merah muda bercorak kemerahan.
"Siapa kau?!"
Gadis tersebut mendecak sembari melepas ember dari kepalanya. "Seharusnya aku yang bertanya begitu, dasar mes—Eunwoo?" Wajah kesalnya berubah dengan cepat ketika melihat ketiganya. "Kalian?"
"Jennie?"
Miyeon memotong ucapan Jungkook yang hendak membuka mulut. Ia menggeser Eunwoo ke samping agar dapat melihatnya lebih jelas. Kim Jennie agaknya pun terkejut saat melihat Miyeon dan Somi yang muncul di belakang, namun ia terlanjur kesal karena kepalanya sekarang pening dan bokongnya sakit sehabis membentur lantai berkali-kali.
Taeyong menjauhkan pel dari wajah gadis itu. Ketiganya melemaskan bahu seketika saat melihat wajah yang mereka kenal tengah merengut kesal. Jennie kembali mendecak. "Kau keberatan?"
"Oh, benar. Maaf." Eunwoo meringis dan mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. "Sungguh, bukan aku yang melempar ember padamu."
Jungkook terdiam ketika seluruh pasang mata mengarah padanya. Jennie melayangkan tatapan tajam pada pemuda itu dan mendengus pelan. "Kau tahu, mulia sekali melempar ember ke kepala seorang gadis terutama ketika tiga orang pria berada di toilet perempuan dan mengunci pintunya!"
"Aku hanya refleks." Jungkook merentangkan tangannya pasrah kala Jennie melangkah keluar dari toilet. "Maafkan aku, oke? Setidaknya sekujur tubuh kami basah sebagai gantinya. Lagipula bagaimana bisa kau tak mengenal suara kami?"
Taeyong memperhatikan Jennie dari atas ke bawah. Pakaiannya dipenuhi bercak darah dan celana longgar hitam yang ia gunakan di balik roknya sobek di bagian belakang lutut. "Sepertinya kau tahu apa yang terjadi di luar sana?"
Jennie mendengus, ia meraih beberapa lembar tisu dan menyeka wajahnya yang baru saja ia basuh. "Menurutmu?" Ia melepas jaketnya dan menyampirkannya pada sisi wastafel, lalu tiba-tiba terdiam. "Tunggu, memangnya apa yang terjadi di luar?"
Eunwoo mengangkat sebelah alisnya. "Kau tidak tahu?"
Jennie bergeming. Wajahnya menunjukkan raut kebingungan. Ia lalu menatap Jungkook, baru menyadari bahwa pemuda itu penuh dengan luka dan bercak darah di sekujur tubuhnya. "Dan apa yang terjadi dengannya?"
"Jika kau tidak tahu, lantas bagaimana kau bisa ada di sini?" Somi bertanya.
Jennie menghela napas dan berbalik. "Panjang ceritanya."
Ia memandangi Eunwoo dan Jungkook bergantian, lalu mengerutkan dahinya. "Hei apa kalian bersama Jaemin beberapa menit terakhir?" tanyanya penasaran.
Eunwoo dan Jungkook saling berpandangan selama beberapa saat sebelum menggeleng. "Tidak. Kami berpisah dengan yang lain saat pelajaran ketiga berakhir. Jaemin seharusnya bersama mereka. Memangnya kenapa?"
Jennie mendengus. "Karena aku melihat anak itu menggila dan mendorongku jatuh dari tangga." Ia menatap kedua tangannya yang masih sedikit bergetar. "Lalu aku lari ke bawah karena aku takut dia akan mengejarku. Aku ketakutan dan spontan berlari kemari karena kupikir dia takkan masuk ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Attack I : The Tragedy [REVISI VER]
Fanfikce⚠️ CERITA BERBEDA DARI VERSI LAMA⚠️ Dead Attack I: The Tragedy Peristiwa itu mengubah segalanya. Peristiwa pada sore hari itu akan selamanya terus membekas di ingatan mereka yang berhasil melarikan diri dari sekolah. Lapangan yang penuh dengan tawa...