Tidak ada yang bersuara selepas merenungi satu lagi kematian teman mereka. Jihyo bergeming di tempatnya dan menatap kosong jalanan. Putus asa dan kesedihan menguasai kewarasannya. Jennie dan Sowon yang berusaha membujuknya pun menyerah dan memutuskan untuk membiarkannya sendiri dulu. Butuh beberapa saat sampai akhirnya Jihyo dapat menjadi sedikit lebih tenang ketika mereka meninggalkan sekolah.
Mingyu menggenggam erat kemudi saat matanya menangkap mobil pemadam kebakaran teronggok di sisi jalan. Lampu rotatornya menyala. Bagian depan mobil remuk akibat menabrak pohon. Dua mayat berseragam tergeletak di samping pintu mobil yang sedikit terbuka. Ia menahan napas, memperhatikan tubuh-tubuh berselimut darah yang barangkali pernah ia lihat.
"Kau baik-baik saja?" Eunwoo bertanya.
Eunwoo dan dirinya bertukar tempat duduk sekitar setengah jam setelah berhasil lepas dari kejaran zombie di kawasan sekolah. Mereka sepakat untuk pergi menuju pos pemadam kebakaran tempat ayahnya bekerja. Meskipun tak ada yang yakin apakah di sana akan menjadi tempat yang aman melihat betapa kacaunya kondisi di sepanjang jalan.
Ada banyak kebakaran dan mayat. Hanya segelintir zombie yang terlihat mengingat daerah sekolah mereka bukan berada di pusat kota. Toko-toko tampak seperti habis dirampok. Kaca-kaca pecah, barang-barang berhamburan, mayat-mayat dan genangan darah menghiasi lantai hingga ke jalanan. Tidak ada lagi pemandangan yang lebih menarik selain tubuh-tubuh tak bernyawa yang bergelimpangan dan menerka-nerka apa yang menyebabkan mereka tewas alih-alih menjadi zombie.
Mingyu tersentak ketika seseorang menyentuh bahunya. Tapi ia mengabaikan pertanyaan itu dan mengembalikan pandangannya pada kaca spion dengan ragu.
"Turun saja." Yoongi bersuara. "Turun dan lihat."
Pintu bus dibuka. Yoongi mengedikkan dagu ke arah mobil pemadam kebakaran. Mingyu menimbang-nimbang ragu sebelum akhirnya berdiri dan mengumpulkan keberanian untuk menginjakkan kaki keluar pintu. Yoongi dan Eunwoo akan mengiringinya dari belakang.
Mingyu mencolek salah satu dari tubuh yang terkapar itu dengan ujung sepatunya. Pelan-pelan ditariknya lengan mayat tersebut dan mendorongnya hingga terlentang. Dahinya mengernyit ngeri. Sepasang mata membelalak padanya dengan hidung patah dan setengah wajah yang seakan habis terseret aspal. Tetapi Mingyu dapat menghela napas lega karena rupanya pria ini bukanlah seseorang yang ia kenal.
"Bukan." Eunwoo menjatuhkan lengan seragam pria yang satunya. Kemudian ia menoleh pada Yoongi yang berdiri di dekat pintu mobil. Jarinya ditaruh di depan bibir—menyuruh mereka untuk tidak berisik. "Kau mau periksa sendiri?"
Yoongi dapat melihat siluet seseorang di balik pintu. Bergerak kesetanan disertai suara geraman anjing. Ia segera menjauh dari pintu mobil dan membiarkan Mingyu memeriksanya sendiri. Memilih untuk memerhatikan kondisi sekitar yang menurutnya terlalu sepi.
Mingyu menarik pintu mobil dengan jantung berdetak cepat. Makhluk mengerikan itu menyalak begitu pintu terbuka lebar. Tubuhnya berusaha condong ke depan menggapai Mingyu. Eunwoo bersiap hendak menyerang balik sebelum sadar bahwa makhluk itu tak bisa bergerak banyak akibat sabuk pengaman yang melilit tubuhnya.
Bahunya mendadak lemas.
Mingyu bergeming di sana selama beberapa saat. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Tetapi ia tahu ada perasaan sedih ketika tiba-tiba air matanya mengalir turun lewat pipinya. Dipandanginya wajah mengerikan yang masih dapat ia kenali dengan perasaan menyesal yang sulit untuk diungkapkan.
Ayah.
Eunwoo meremat bahunya. Sebenarnya ia sudah yakin bahwa Mingyu tahu bahwa kondisi ayahnya yang seorang petugas pemadam kebakaran akan seperti ini. Sejak mereka berusaha menelepon meminta bantuan dari luar dan tak ada satu pun jawaban, mereka semua tahu barangkali orang-orang sudah tak terselamatkan lagi mengingat wabah ini terjadi lebih dulu di luar lingkungan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dead Attack I : The Tragedy [REVISI VER]
Fanfic⚠️ CERITA BERBEDA DARI VERSI LAMA⚠️ Dead Attack I: The Tragedy Peristiwa itu mengubah segalanya. Peristiwa pada sore hari itu akan selamanya terus membekas di ingatan mereka yang berhasil melarikan diri dari sekolah. Lapangan yang penuh dengan tawa...