" Jadi, orang yang selama ini kamu benci dan kamu maki-maki itu aku?"
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang mengintainya. Leonardo Dante, orang yang selama ini mengincar jawaban dari Grace, you know lah. Orang yang ngejar-ngejar pernyataan cinta dari Grace.
Tahu Grace menyukai pria lain, Dante ingin mati sekarang saja rasanya. Tak tahu kenapa, dada Dante sakit setelah mendengarnya. Usahanya selama ini untuk Grace sia-sia.
Melihat Grace pergi meninggalkan Hulya, tanpa basa-basi Dante menghampiri Hulya.
-------
" Hei! Shhtt, don't cry."
" Dante? Kok bisa ada disini?"
" Itu gak penting sekarang. Jangan nangis, aku malah tambah sakit ngeliat nya."
Hulya menyeka air matanya. Dante dan Hulya memiliki perasaan yang sama, jadi mereka menceritakan yang mereka rasakan saat ini.
" EH? Beneran kamu suka Grace?" Dante mengangguk, lantas menjelaskan kenapa ia bisa menyukai perempuan bernama Grace Mchavy.
" Maaf, kalau aku cepat-cepat mengakuinya, ini pastinya tidak terjadi."
" Memang, Bukan waktu yang menjadi masalah, tetapi keraguan. Jika kau menyukai seorang teman, maka, cepatlah mengakuinya, jangan membuat keraguan semakin melanda dirimu sehingga kamu terus-menerus menundanya."
Dante mengangguk mengerti.
" Beri aku waktu."
Hulya dan Carhlyne keluar dari ruangan dan pergi berjalan menuju kelas mereka masing-masing. Hari ini ada kelas utama pukul 10.25. Hulya bergegas menuju kelas agar tidak terlambat. Ditengah jalan ia tak sengaja menabrak kakak tingkat yang terkenal akan ketegasannya, kak Stephanny, mahasiswa jurusan hukum. Aduh parah! Anak hukum lagi, udah tahu anak hukum itu mulutnya kaya kuah ramyeon, ditambah boncabe level 30.
" Hey! LOOK AROUND WHEN YOU'RE WALKING!"
" I'm sorry, I didn't see you." Katanya membungkuk dan pergi meninggalkan Stephanny yang masih menatapnya tajam.
" Hulya! Wait!" hulya menoleh mendapati Azmi yang mengejarnya dari belakang sambil terengah-engah.
" What's wrong with you Mi? Calm down."
" Aku panggil-panggil kamu gak nyaut! Dasar!"
" Ehehe, aku gak denger, ya udah yuk barengan aja, bentar lagi kan kelas mulai."
Azmi mengangguk dan berjalan disebelah Hulya.
" Dari mana?"
" Dari ruangannya mr. Mike, nanyain tentang praktik buat minggu depan."
" Oh, yang kata kamu harus bawa alat praga itu?"
" Ya."
Azmi mengangguk mengerti, lalu sampai dikelas yang ternyata masih sepi. Baru ada Maira, Jihan, Zidan, Frasky, and Justin. Azmi duduk disamping Maira, begitu juga Hulya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are BaClaTuBTion
Non-FictionMengisahkan kehidupan mahasiswa di kelas yang bernama Baclatubtion. Seperti biasanya, mereka juga punya masa-masa yang kelam, indah, dan juga momen-momen tak terduga. Rasanya mereka tidak ingin berpisah. Tapi apa boleh buat? Mereka terpaksa terpeca...