02.44 WIB
Seorang pemuda berpakaian serba hitam dengan penutup kepala yang juga berwarna hitam, menyelinap masuk ke dalam salah satu rumah yang ada di Perumahan Griya Indah melalui jendela samping rumah itu.
HAP!
Ia berhasil masuk ke dalam rumah yang sunyi itu. Pandangannya menyebar ke seluruh ruangan. Dengan langkah sedikit berjinjit, pemuda itu membuka sebuah pintu berwarna coklat tua. Ia masuk dengan perlahan dan menutup pintunya kembali.
Kamar yang tidak terlalu luas dengan pencahayaan yang sangat minim, namun tak membuat penglihatan pemuda itu kehilangan pemandangan yang sangat indah baginya. Di atas ranjang, seorang gadis bertubuh mungil dengan selimut yang menutup tubuhnya itu tengah terlelap.
Pemuda itu mendekat dengan sudut bibir yang mencetak sebuah seringai. Ia duduk di samping tubuh gadis itu, pupil matanya bergerak menatap seluruh tubuh yang terbalut piyama itu. Sebelah tangannya mulai merambat membelai rambut hitam milik gadis itu dengan lembut.
Gadis bernama Syifa itu menggerakkan tubuhnya. Dengan perlahan ia membuka matanya ketika ia semakin merasakan belaian lembut yang mulai menjamah tubuhnya. Syifa tersentak begitu ia melihat sosok yang berpakaian serba hitam sedang menyentuh tubuhnya dengan leluasa.
"Siapa kamu?!" Syifa terbangun dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Pemuda itu semakin mendekat dan mulai menangkap tubuh Syifa. Ia memeluk erat tubuh Syifa dengan wajah yang masih tertutup. Syifa berteriak dan memberontak, ia memukul dada pemuda itu dan berusaha keluar dari pelukannya.
"Tolong!" teriak Syifa, "Dasar maling! Jangan sentuh aku," katanya.
Pemuda yang diteriaki Syifa maling itu justru semakin mengeratkan pelukannya. Ia tidak memedulikan teriakan Syifa yang terdengar sangat memekik di telinganya. Dalam pelukannya, pemuda itu membisikkan sesuatu di telinga Syifa.
"Sssstt! Tenang Yank, jangan berisik. Iki aku bojomu," bisiknya.
(Iki aku bojomu : Ini aku suamimu)
Syifa terdiam dan tidak lagi meronta dalam pelukan pemuda itu. Ia mengenal suara itu. Ya, Syifa mengenal suara yang baru saja membisikkan sesuatu di telinganya. Perlahan Syifa menjauhkan tubuhnya dan menatap lekat-lekat pemuda itu.
"Mas Andri!" pekik Syifa ketika pemuda itu membuka penutup kepalanya.
Yups! Pemuda berpakaian serba hitam yang Syifa kira maling itu ternyata adalah Andrian, kekasihnya. Andrian terkekeh melihat wajah kesal Syifa.
"Yank, aku kangen," ucap Andrian, ia kembali memeluk tubuh Syifa.
"Mas, kamu bikin aku kaget! Nggak lucu, Mas. Meh ngopo sampean bengi-bengi rene?"
(Meh ngopo sampean bengi-bengi rene : Mau ngapain kamu malam-malam ke sini)
"Sorry, Yank. Aku nggak kuat nahan kangen, Yank. Mumpung rumahmu sepi, aku meh bobok kene ae ya?" Andrian melepas sepatunya dan secepat kilat membaringkan tubuhnya di atas ranjang Syifa.
(Meh bobok kene ae ya : Mau bobok sini aja ya)
"Nggak, Mas! Jangan ngawur, nanti kalau ada yang tau gimana? Bahaya, Mas." Syifa berusaha mendorong tubuh Andrian agar bangun dan meninggalkan kamarnya.
Andrian bangun, tapi ia tidak keluar dari kamar Syifa. Andrian justru melepas kaosnya dan melemparnya begitu saja. Di depan Syifa, Andrian bertelanjang dada dengan raut wajah yang tidak bisa di tebak. Andrian memegang kedua bahu Syifa dan menatap wajah cantik itu.
"Yank, jangan usir aku. Please, aku kangen banget, Yank." Andrian memeluk Syifa dan mencium lehernya.
Syifa bergidik geli, "Jangan macem-macem, Mas," ucapnya.
Setelah mencium leher Syifa, Andrian bergerak sedikit ke atas. Ia menjilat dan melumat telinga Syifa, membuat Syifa semakin menggeliat. Tangan kanannya masuk ke dalam piyama Syifa dan menari di atas perut datar Syifa.
"Mas Andri..." Syifa merasa geli, ia mulai menikmati sentuhan Andrian.
"Ssstt! Tenang Yank, tenang," katanya seraya menciumi pipi Syifa.
"Mas, aku geli. Stop, Mas." Syifa menyingkirkan tangan Andrian, namun gagal. Andrian semakin menjadi, ia mulai terbakar napsunya sendiri.
Andrian mendorong tubuh Syifa agar terbaring di atas ranjang. Dan setelah itu, Andrian menindih tubuh Syifa. Ia menciumi bibir Syifa dengan ganas. Semakin dalam dan panas. Tangannya mulai meraba ke atas gundukan Syifa yang terasa mengeras. Andrian meremasnya dan memainkannya dengan lembut.
"Mas Andri, aah..." desah Syifa.
"Iya, Sayang. Tahan ya, jangan teriak." Andrian melepaskan seluruh pakaian Syifa dengan kasar. Dan kini, tubuh Syifa yang tidak terbalut apapun itu, terekspos dengan jelas di hapadan Andrian.
"Mas, ngapain?" tanya Syifa saat ia melihat Andrian yang juga mulai melepaskan celananya.
"Tenang, Yank. Nggak usah khawatir, pasti enak kok." Andrian kembali menindih tubuh Syifa.
"Mas, aku takut," rintih Syifa.
"Nggak, Yank. Tenang, Mas nggak bakal bikin kamu hamil kok," ucap Andrian.
Syifa pasrah menerima sentuhan lembut Andrian yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Ciuman panas Andrian kembali mendarat di bibir Syifa, kedua tangannya meremas dada Syifa. Syifa mendesah dan menggeliat.
Andrian menciumi tubuh Syifa hingga ke bawah. Tepat di sekitar pusar Syifa, Andrian menciuminya berkali-kali. Tubuh Syifa mengejang, ia meremas dan menjambak rambut Andrian. Semakin ke bawah, ciuman Andrian akhirnya sampai di titik sensitif milik Syifa. Andrian menciumnya, menjilat bagian intim itu dengan lembut.
"Aah... Mas Andri, aku nggak kuat," ucap Syifa dengan desahannya.
"Yank, aku mulai sekarang ya. Tahan, Yank. Mendesahlah sekeras-kerasnya, iki pasti loro, tapi bakale enak, Yank." Andrian berlutut di tengah-tengah selangkangan Syifa yang sudah terbuka lebar.
(Iki pasti loro, tapi bakale enak : Ini pasti sakit, tapi bakal enak)
Perlahan Andrian mulai memasuki tubuh Syifa yang sempit. Suara teriakan dan desahan Syifa semakin membuat Andrian bergairah. Gesekan maju dan mundurnya membuat Syifa menggigit bibir bawahnya dengan mata yang terpejam.
"Aah, sempit Yank. Tahan ya, Yank," kata Andrian sembari membelai wajah Syifa.
"Sakiiitt, Mas..."
"Dikit lagi udah nggak sakit kok, Yank. Ini enak, Yank. Aah..."
"Mas, kencengin. Jangan pelan-pelan," pinta Syifa.
"Katanya sakit, kok malah minta dikencengin?"
"Nggak, udah nggak sakit, Mas. Sekarang udah enak. Aah... ahh..."
Andrian tersenyum, ia semakin mempercepat gerakannya. Namun, saat Syifa mulai menikmati permainannya, tiba-tiba Andrian menghentikan permainan itu. Andrian menuntun tubuh Syifa agar berpindah di atasnya. Setelah itu, Andrian menuntun tangan Syifa untuk memasukkan miliknya ke dalam tubuh Syifa lagi.
Syifa semakin berhasrat ketika berada di atas Andrian. Napasnya menggebu-gebu dengan diiringi erangan yang semakin mengeras. Setelah cukup lama Syifa mendominasi tubuh Andrian, ia menghentikan semuanya ketika ia merasakan ada sebuah cairan hangat yang keluar dari tubuhnya. Sedangkan Andrian, ia kembali memainkan miliknya sendiri hingga cairan berlendir miliknya menyembur begitu saja.
Kedua saling berpelukan dengan napas yang saling memburu. Andrian mencium kening Syifa dan mendekap tubuh Syifa erat. Mata Andrian tertuju pada kain sprei Syifa yang terdapat bercak merah seperti darah. Andrian melepas pelukannya dan menyentuh kain sprei itu.
"Yank, kamu berdarah loh," katanya.
"Iya, Mas. Kamu yang merebut keperawananku, jangan tinggalin aku ya." Syifa menatap sorot mata Andrian yang hangat.
"Nggaklah Yank, kan aku udah janji mau nikahin kamu. Aku sayang kamu, Yank."
Keduanya kembali terbaring dalam keadaan saling berpelukan, tanpa pakaian yang menghalangi tubuh mereka. Hanya seutas selimut yang menutupi tubuh keduanya. Dalam hangatnya dekapan Andrian, Syifa kembali terlelap.
Give me vote and comen
Nazilah__
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Mas Kurir(Sebagian Part Dihapus)✔️
Lãng mạnCollab @Nazillah #warning 18++ Tersedia di Shopee Ketika tuhan menakdirkan kita bersama