part 15

278 16 0
                                    

Untuk Mengiringi part ini ada lagunya guyon waton. Keraska volumnya yak 😄😭
Selamat membaca

######
Lelaki itu masih saja termenung meratapi nasibnya, Ia mencoba menelpon, dan mengirim pesan WhatsApp. Namun, tak ada balasan, hanya tercetak centang dua biru. Ia mendatangi rumah gadisnya, namun tak ada jejak. Hanya ada Eko, dan Yulia. Dan, memberitahu bahwa Syifa telah menikah dengan Riyan. Otak, dan hati Andrian tidak bisa menerima semua. Ia merasa janggal. Ia berfikir Syifa telah dipaksa oleh kedua orangtuanya. Ia menentang keras pernikahan Syifa, dan Riyan. Dan, hal yang lebih mengejutkan lagi, seminggu lalu ia mengirim pesan WhatsApp ke gadisnya, ada jawaban yang tidak bisa ia terima, dan berhasil membuatnya hancur. Pasalnya yang Andrian tahu, Syifa sangat mencintai, dan menyayangi Andrian dengan tulus.

Tidak disangka ketika Syifa membalas pesan yang begitu dalam membuat Andrian Sakit hati, sekaligus kecewa.

*Jangan berharap terlalu lebih padaku mas. Sekarang aku sudah menjadi milik orang lain. Saat ini aku bahagia bersama Riyan. Aku harap Mas Andrian mengerti, dan mau menerima ini semua bahwa kita tidak berjodoh. Aku minta maaf, bersama Riyan pasti hidupku terjamin. Riyan orang yang berada, tidak seperti Mas. Yang hanya seorang kurir JKB. Aku menikah dengan Riyan bukan karena paksaan. Tapi atas kemauanku sendiri. Aku harap mas relain Aku, cari pengganti yang lebih baik dariku. Karna mulai detik ini rasa yang pernah ada untuk Mas Andrian sudah hilang. Syifa sudah mencintai lelaki lain, yaitu Mas Riyan. Yang kini udah jadi suami Syifa. Jadi, Aku mohon! Tolong lupain Syifa!*

Andrian bingung harus apa. Ia mau Syifa kembali, saat ini dia stres, dia depresi. Sudah beberapa hari ia tidak masuk kerja. Menangis, meratapi kehancuran hatinya, ia mencintai Syifa begitu dalam, namun Syifa menghianatinya. Ia bingung harus berbuat apa, ia hilang arah. Beberapa hari hanya terbaring di atas kasur. Tidak ada yang tahu tentang keadaannya yang sekarang. Matanya menghintam, bibirnya memucat, pertanda bahwa Andrian tidak sedang baik-baik saja. Setiap malam, hingga pagi hanya memikirkan Syifa, bahkan sampai ia tak berselera makan.

Wahyu datang, karena Andrian sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. pemuda itu khawatir akan rekannya itu. Wahyu mengetuk pintu, Tidak ada jawaban hanya terdengar suara musik ponsel. Ia masih menunggu jawaban Andrian, tapi masih tetap saja sama. Perasaan khawatir semakin membuncah, pemuda itu takut jika terjadi sesuatu kepada Andrian, Ia mendobrak pintu.
Dan, benar sedang mencoba menyilet tangan kirinya.

"Bro, Stop! Lu gila ya?" Wahyu kini berteriak, segera menghampiri Andrian, pemuda itu merebut silet yang berada di tangan kanan Andrian dengan sangat hati-hati. Tidak ada perlawanan dari Andrian, lelaki itu hanya diam, padangan matanya kosong.

"Lu kenapa sih? Ada masalah apa?" tanya Wahyu sambil mengelap darah yang ada di tangan Andrian. Andrian masih saja diam.

"Woy! Lu denger gak sih? ada apa sih sebenernya, cerita to! Dewek iki konco! Koe due utang? Ayolah! Ngomong, nak koe due utang aku biso bantu, tapi ojo ngene carane."

(Dewek iki konco : kita ini teman.
Koe due utang : kamu punya utang.
Nak koe due utang aku biso bantu, tapi ojo ngene carane : kalo kamu punya utang aku bisa bantu, tapi jangan gini caranya)

"Syifa menikah," lirih Andrian. Wahyu terkejut, berusaha menangkap apa yang baru saja Andrian katakan.

"Aku, bingung. Aku ki kurang opo? Kabeh cara wis tak lakoni. Tetep bae aku di larani. De e milih lanangan sing luweh sugih. Aku biso opo cok?" Wahyu tahu, bahwa Andrian sangat terpukul, ia tahu betul, masalalu yang dialami Andrian, selalu ternistakan dalam masalah percintaan. Selalu dianggap rendah, karena tidak sederajat, karena bukan orang yang berpunya. Wahyu berusaha menguatkan Andrian, karena Wahyu tahu bahwa Andrian kini pemuda sebatang kara, ia butuh tompangan.

(Aku, bingung. Aku ki kurang opo? Kabeh cara wis tak lakoni. Tetep bae aku di larani. De e milih lanangan sing luweh sugih. Aku biso opo cok : aku bingung. aku ini kurang apa? Semua cara sudah aku lakukan, tetap saja aku disakitin. Dia memilih lelaki yang lebih kaya. Aku bisa apa?)

"Lelaki harus kuat cok! Mungkin Syifa dudu jodohmu. Kamu harus bangkit!"
Wahyu menepuk pundak Andrian dengan jantan,Andrian geleng kepala.

"Gak bisa, Yu. Aku kudu bisa rebut Syifa balik. Syifa ke pacarku, calon istriku. Aku mau Syifa Yu. Syifa dimana?" Andrian menitikkan air matanya. Wahyu semakin miris melihat temannya seperti ini.

Entah, setan apa yang merasuki Andrian, ia bangkit membanting semua benda yang ada di dalam kamar kontrakannya. Sambil berteriak. Tetangga yang mendengar kegaduhan di tempat Andrian segera menghampiri sumber suara.
Bu Sari, pemilik kontrakan sama terkejutnya, melihat pemandangan seperti ini.

"Ya ampun. Nak, ono opo iki? Ngopo biso ngene?" tanya Bu Sari. Wanita  parubaya  itu menghampiri Andrian, dan membantu menenangkan Andrian, Wahyu nampaknya sudah kuwalahan.

(Ono opo iki: ada apa ini.
Ngopo biso ngene: kenapa bisa gini.)

"Ngene, Bu. Andrian ditinggal nikah sama ceweknya, Jadi kaya gini," tutur Wahyu.

"Ya Allah le. Kenapa bisa gini? Kamu yang sabar toh, le. Semua masalah ada jalannya," pinta Bu Sari.

Andrian memperhatikan Bu Sari. Ia tersenyum, Bu Sari yang melihat Andrian tersenyum nampak lega. Setidaknya Andrian sudah sedikit tenang, dan mau mendengarkan ucapan wanita paruhbaya itu.

"Dek Syifa? Kamu kah itu? Mas Andri kangen," kata Andrian dengan wajah sumringah. Bu Sari  menarik kembali fikiran yang sempat terlintas di otaknya. Ternyata Andrian belum sadar,Wahyu semakin miris.

"Dek, kamu janji bakal nungguin Mas. Kamu jangan pergi-pergi lagi. Mas mau kamu." Bu Sari juga merasa miris, sekaligus kasihan. Pemilik kontrakan itu hanya diam. Suasana kembali Dramatis ketika melihat Andrian menjauh, dan menangis, Ia terlihat sangat rapuh.

"Kamu bukan Syifa."

"Syifa sudah jadi kepunyaan orang lain."

"Aku hanya sendiri di sini."

Semua orang yang menyaksikan ikut menitikkan air mata.

Andrian kembali teringat pesan yang dikirim oleh Syifa. Syifa sudah tidak membutuhkannya lagi. Ia marah, dan kembali kecewa, hatinya terluka. Ia mengepalkan tangannya.

"Antar aku ke terminal, aku meh balik ke Malioboro bae, Meh nenangke fikiran," kata Andrian kepada Wahyu. Wahyu mengangguk.

Syifa, sekuat apapun kamu menyakitiku. Aku akan tetap cinta sama kamu. Aku pamit sebentar. Rasanya aku butuh kekuatan menerima semua, batin Andrian.

Andrian benar-benar membutuhkan waktu untuk tenang, ia memutuskan untuk pulang ke kampung halamanya, Ia butuh tenaga.

Cerita ini adalah hasil kolaborasi saya dengan Nazilah__

Dan cerita ini kami publikasikan di akun kami dengan judul yang sama, jadi jangan berpikir jika cerita ini hasil jiplakan ya
Hahahaii

Cinta Mas Kurir(Sebagian Part Dihapus)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang