part 10

279 16 0
                                    

"Dek, kenapa kamu nggak mau dijodohin sama aku? Kamu nggak perlu khawatir Dek, aku mampu kok nafkahin kamu. Lagian kerjaan aku lebih mapan daripada pacar kamu yang kurir itu," kata Riyan pada Syifa.

Sore ini, Riyan kembali datang ke rumah Syifa. Mereka berdua duduk di ruang tamu dengan segelas kopi di hadapan Riyan. Sejak kedatangan Riyan, raut wajah Syifa terlihat kecut dan kesal. Ia sama sekali tidak berniat untuk menatap wajah Riyan sedikitpun.

Syifa mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Riyan, "Ojo padakne pacarku karo sampean, Mas. Pacarku memang seorang kurir, tapi aku nggak mempermasalahkan itu. Aku cinta sama dia, dan dia cinta sama aku," ucapnya.

(Ojo padakne pacarku karo sampean : Jangan samakan pacarku dengan kamu)

Riyan menarik tangan Syifa dan menggenggamnya, "Wes toh, terima ae perjodohan iki. Tak jamin uripmu nggak bakal kekurangan," Riyan mengatakan itu semua dengan nada penekanan.

(Wes toh, terima ae perjodohan iki. Tak jamin uripmu nggak bakal kekurangan : Sudahlah, terima aja perjodohan ini. Aku jamin hidupmu nggak akan kekurangan)

Syifa merasa jengah dengan sikap Riyan yang terus menyombongkan dirinya. Syifa menghentakkan genggaman Riyan dan menatapnya dengan tajam.

"Aku heran sama kamu, Mas Riyan. Kenapa kamu mau aja dijodohin kayak gini, apa kamu nggak bisa nyari cewek sendiri?" Syifa tersenyum miring.

Kurang ajar, sok banget nih cewek, batin Riyan.

Riyan tertawa, "Asal kamu tau ya Syifa, aku terpaksa nerima perjodohan ini. Kalau aku nolak perjodohan ini, Bapakku nggak bakal ngasih semua warisannya ke aku. Jadi aku terpaksa!"

Syifa terkejut mendengar penjelasan dari Riyan. Ternyata semua ini hanya karena warisan. Dan saat ini Syifa merasa sial karena telah menjadi korbannya.

"Zaman sekarang masih mengandalkan warisan orang tua?" tanya Syifa dengan nada mengejek.

Mendengar pertanyaan dari Syifa yang seolah memojokkannya, Riyan menggeram menahan emosinya. Ia mengembuskan napasnya, berusaha untuk tetap sabar menghadapi gadis yang akan menjadi calon istrinya.

Tiba-tiba Syifa mendengar suara motor yang tidak asing berada di luar rumahnya.

Kok kayak suara motornya Mas Andri ya, batinnya.

Dan setelah itu...

"Assalamualaikum!" teriak seseorang dari luar.

Dengan cepat Syifa berlari ke arah sumber suara, "Walaikumsalam," jawabnya.

Begitu sampai di teras, Syifa melihat Andrian sudah berdiri di depan pagar rumahnya dengan jaket berlogo JKB yang masih membungkus tubuhnya. Syifa segera membuka pagar rumahnya dan menyambut sang kekasih. Senyuman Syifa mengembang seketika saat Andrian mengacak puncak kepalanya dengan sayang.

"Mas Andri," Syifa memeluk Andrian singkat.

"Kangen yo, Yank?" tanya Andrian.

"Banget!" seru Syifa.

"Aku juga kangen, kangen banget malah. Eh Yank, kok nggak disuruh masuk toh? Aku pegel nih, bikinin kopi dong," ucapan Andrian membuat Syifa terdiam. Ia bingung harus menjawab apa.

"Oh, iki toh Mas kurir kesayangane Dek Syifa," sahut Riyan yang tiba-tiba muncul dari dalam rumah Syifa.

(Iki toh Mas kurir kesayangane Dek Syifa : Ini ya Mas kurir kesayangannya Dek Syifa)

"Eh, Dek..." Andrian melirik Syifa dengan penuh tanda tanya di benaknya.

Syifa masih terdiam, ia bingung harus memulai dari mana untuk menjelaskan semuanya pada Andrian.

Cinta Mas Kurir(Sebagian Part Dihapus)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang