CHAPTER 24

2.8K 75 0
                                    

"Aku mencintaimu!" Ucap Jessie tiba-tiba.

Mendengar kalimat tersebut, Erick langsung mendongakkan kepalanya tak percaya. Ia menatap sepasang mata bermanik hitam pekat itu. Mencoba mencari kebohongan disana. Namun, yang ia temukan hanyalah kesungguhan.

"Apa--apa katamu?" Tanya Erick mencoba meyakinkan bahwa pendengarannya tidak salah.

"Aku mencintaimu!" Tegas Jessie.

"Jadi jangan berpikir bahwa kau tidak berguna untukku, Erick. Karena kenyataannya hatiku selalu membutuhkanmu," sambungnya secara mantap.

Mata Erick seketika berbinar. Bak memainkan game tersulit di dunia. Dan akhirnya, ia bisa menaklukannya. Kebahagiaan yang tiada duanya. Erick bersumpah, hari ini adalah hari paling berharga dan mengesankan sepanjang masa baginya.

Ribuan kupu-kupu seakan siap terbang bebas dari perutnya, harum bunga-bunga di taman bahkan mengalahkan harum bunga-bunga yang sedang bermekaran di hatinya.

Erick sangat bahagia, sungguh!

Ada yang bisa memberitahu Erick, bagiamana ia bisa meluapkan semua kebahagiaanya ini pada dunia?

Jika di dunia ini ada pertandingan manusia paling bahagia di muka bumi. Erick yakin sepenuh jiwa, ia lah pemenangnya.

Namun, ditengah kebahagiannya kini. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Bahkan mulai terdengar petir dimana-mana.

Disaat semua orang mulai berlarian, Erick malah diam berdiri mematung di tengah taman. Membiarkan guyuran hujan itu menjadi saksi cintanya dengan Jessie. Ia mulai memejamkan matanya.

Namun, air hujan semakin deras menerpa wajahnya. Bahkan petir terdengar menggelegar sekarang. Erick langsung membuka matanya, ia sontak menegakkan tubuhnya kala saat membuka mata, yang ia lihat adalah pemandangan gadis sedang menciprat-ciprat kan air tepat di wajahnya.

Erick mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Kemudian berdecak malas, kala menyadari bahwa ia masih berada di ruangan beraroma khas obat-obatan tersebut.

"Ck! Kenapa pula harus mimpi, kenapa bukan kenyataan, ah!" Batin Erick.

"Wajahku basah karena mu!" Ucap Erick,

"Tadi kau bilang mau ke taman, tapi malah tertidur pulas. Tersenyum-senyum dengan mata tertutup pula,"

"Ya kau bisa membangunkan ku secara halus, kenapa sih!"  Ucap Erick seraya mengusap-usap wajah basahnya.

"Heh, aku sudah membangunkanmu halus tadi. Ck! Tapi kau sulit sekali untuk bangun."

"Sepertinya kau mulai gila, Erick!" Sambungnya

"Apa?" Pekik Erick tidak terima dengan penuturan Jessie,

"Kau tidur sembari tersenyum-senyum sendiri. Apalagi kalau bukan gila?"

Mendengar itu, sontak Erick mengingat kembali pecahan-pecahan bunga tidurnya. Pria itu kembali dihiasi wajah yang berseri-seri, kala mengingat gadis candu nya itu juga sama mencintainya.

Jika bisa memilih, Erick ingin tertidur selamanya saja, sungguh! Asalkan mimpi itu tetap nyata bagi tidurnya. Meskipun tidak dalam realita. Setidaknya dia bisa merasakan kehangatan kasih sayang Jessie, walaupun dalam imajinasi terlelapnya.

"Erick!" Jessie lagi-lagi memekikan suaranya. Jengah, benar-benar jengah pada pria di hadapannya kini. Pasalnya, ia kembali tersenyum-senyum sendiri, tak lupa dengan mata berbinarnya. Itu membuatnya bergidik jijik.

Tak tahu apa alasannya, dan Jessie pun tak peduli dengan itu.

"Hey, wake up! Orang sehat! Waras? Ah, entahlah. Aku mulai ragu jika dia benar-benar waras,"

Oh My Bitch (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang